PROLOGUE

2.1K 195 6
                                    

Jam telah menunjukkan pukul dua dini hari. Harry ingin tidur, sangat. Namun, matanya tak mau memejam. Ia hanya menatap ke arah jam dinding, melihat bagaimana jarum-jarum itu bergerak dan berdetak. Harry tak ingat kapan terakhir kali ia bisa tertidur pulas tanpa memikirkan esok hari. Setiap pandangannya mengabur dan hampir terlelap, selalu saja tubuhnya tiba-tiba menegang. Rasanya seperti terbakar. Harry benci itu.

"Ada apa denganmu sebenarnya," bisiknya pada diri sendiri.

Entah karena rasa trauma dari masa lalu atau memang bekas luka berbentuk petir itu meninggalkan jejak yang pahit, Harry tak pernah mengira dirinya akan menjadi sekacau ini. Terlebih, dia menyimpan rahasia besar yang tak mungkin akan dikatakannya pada orang lain, pada orang terdekatnya sekalipun. Namun, Harry tak ingin memikirkan itu sebab sudah cukup dirinya tertekan.

Harry sangat lelah, ia ingin tidur. Matanya yang sayu menatap hati-hati pada tongkat sihir di meja samping tempat tidurnya. Badan Harry menegang, ia menyentuh perlahan pada benda dari kayu itu. Dengan gemetar, ia meraih tongkatnya dan mengarahkan batang itu ke kepalanya. Napasnya terengah, terdengar begitu jelas di ruangan yang sunyi dan hampa. Harry mengayunkan tongkat itu pelan sambil mengucap mantra. Hanya dalam beberapa detik, napasnya menjadi tenang dan yang terdengar setelahnya hanyalah dengkuran halus.

My Sweetest Sin in NYC | DrarryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang