CHAPTER 1

14 0 0
                                    


Jika memang kita ditakdirkan untuk bersama, sejauh apapun jarak memisahkan, selama apapun waktu jadi pembentang, kita akan tetap dipersatukan. Meski tidak cepat tapi diwaktu yang tepat.

      Matahari mulai naik, tapi udara masih sangat dingin membuat gadis berparas cantik enggan untuk menjauhkan selimut dari tubuh mungilnya. Sinar mentari mulai masuk menerobos cela jendela tepat pada kelopak mata rena. Perlahan matanya terbuka kemudian tangannya mengucek lembut kedua matanya.
      rena kemudian melirik jam weker yang berada dimeja sebelah ranjangnya, ia langsung berlari menuju kamar mandi. Ternyata jam menunjukan pukul 6.30 dan sekarang hari senin.
     “kenapa mamah ga bangunin aku sihhhh, kan aku jadi kesiangan” gerutu rena sambil menuruni anak tangga menuju meja makan. Bibirnya maju beberapa senti ke depan, membuat anisa ingin tertawa melihat ekspresi putri kesayangannya. “rena ayo makan dulu”, ucap anisa mamanya rena. “ga mah, aku udah telat kesekolah, aku berangkat dulu ya. Assalamualaikum”, ucap rena dengan terburu-buru.
        Rena berlari sekuat tenaga agar tidak telat sedikitpun, karena kalau sampai ia telat ia akan dimarahi oleh guru BK kemudian berada dibarisan anak nakal yang suka telat datang upacara atau yang tidak memakai atribut lengkap. Ia tak ingin itu terjadi.
       Bruuuuukkk...
“aww”, ringis rena sambil memegang bahu sebelah kirinya. Badannya menabrak sesuatu yang kuat hingga membuat dia tersungkur ke lantai. “sorry, gue ga sengaja”, pria itu mengulurkan tangannya pada rena. Pria dengan wajah tampan dan badan kekar yang bisa membuat semua mata memandangnya tanpa jeda, kecuali rena. Dengan mengabaikan tangan pria tersebut rena langsung berdiri dan memandang wajah pria itu dengan tatapan mata yang tajam bak elang yang akan memakan mangsanya.
       “lo ga papa kan?” tanya cowok itu dengan tatapan bersalah, “menurut lo”, jawab rena dengan nada tinggi kemudian pergi meninggalkan cowok itu sendiri.

***

      “sial banget gue hari ini, udah bangun kesiangan, masuk barisan murid nakal, dihukum guru BK, ketemu cowok rese, gara-gara dia nih gue jadi telat masuk lapangan” gerutu rena dibangku kelasnya. “udah lah ren jangan marah-marah mulu” ucap tary sahabatnya yang mulai kesel mendengar gerutuan rena dari tadi. “ga bisa gitu tar, harusnya gue ga telat masuk lapangan tadi, tapi gara-gara cowok ga jelas itu gue jadi telat upacara” jawab rena dengan nada yang penuh kekesalan. “dia kan ga sengaja” ucap tary mencoba menenangkan amarah rena. Rena tidak menjawab ia hanya terus meremas jarinya kuat-kuat seolah ia sedang meremas cowok yang sudah menabraknya tadi.

***

        Bel masuk sudah berbunyi, rena menghentikan ocehannya karena guru sudah memasuki ruang kelas XI IPS 2. Hari ini pelajaran sejarah, pelajaran yang tidak disukai anak-anak kelas XI IPS 2, karena selain materi yang membosankan penyampaian dari gurunya pun menambah suasana menjadi double membosankan.
      Rena yang duduk dibangku paling pojok memilih untuk memejamkan matanya, membiarkan kesadarannya hilang ke dunia mimpi, karena memperhatikanpun tidak akan masuk kedalam otaknya.
       Setelah beberapa menit ia memejamkan matanya, ia terbangun. Ternyata jam pelajaran sudah hampir selesai, ia menatap bukunya yang masih kosong tanpa coretan pena apapun. “tar lo nulis apaan?” tanya rena pada tari yang duduk disebelahnya. “gue ga nulis apa-apa, nih liat buku gue masih suci”, jawab tari sambil menunjuk bukunya yang masih putih bersih. rena hanya mengehembuskan nafasnya pasrah.
“Anak-anak minggu depan kita ulangan materi yang baru saja ibu sampaikan”, bu dewi mengucapkan kata-kata yang berhasil membuat anak-anak terkejut. Tentu saja dari sekian murid yang berada dikelas XI IPS 2 hanya beberapa yang memperhatikan.
        Para siswa hanya pasrah dan mengandalkan keberuntungan mereka.

***

        “tar kantin yuk, cacing diperut gue udah pada demo nih”, ajak rena pada tari yang sedang asyik memainkan jarinya diatas layar ponsel. “bentar lagi ah ren, baru juga bel istirahat”, jawab tari tanpa memandang ke arah rena. “ayolah tar, gue udah laper banget ini”, bujuk rena sambil memegangi perutnya seolah belum makan dari TK, tari hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang berubah menjadi seperti anak TK yang merengek minta jajan pada ibunya. “yaudah ayo”, jawab tari karna tidak kuat melihat wajah sahabatnya yang sangat menyedihkan. Rena langsung melingkarkan tangannya dipergelangan tangan tari dan menariknya menuju kantin, tari tidak bicara apapun, ia hanya pasrah dan berusaha menyeimbangkan langkahnya dengan langkah rena.
       “lo mau makan apa?” tanya rena pada tari yang sudah duduk dibangku kantin pavorit mereka. “kayak biasa aja” jawab tari singkat. Rena hanya mengangguk dan langsung menuju bu kantin yang sedang sibuk melayani murid yang kelaparan.
       “bu saya pesan mie ayam 2 sama jus alpukat 2” ucap rena pada bu ihat. “siap neng, tunggu sebentar ya”, jawab bu ihat tanpa melihat ke arah rena, tangannya dengan lincah membuatkan mie ayam pesanan rena. “nih neng mie ayam dan jus alpukatnya”, ucap bu ihat sambil membawakan nampan berisi dua mie ayam dan dua jus alpukat, “iya bu, makasih ya, ini uangnya”, jawab rena sambil memberikan uang pada bu ihat. “uang nya pas ya neng”, ucap bu ihat sambil membawa uang dari tangan rena, “iya bu” jawab rena sambil membawa nampan nya.
        Rena berjalan dengan sedikit terburu-buru karena sudah tidak sabar ingin menyantap makanan andalannya. “udahh jadiii”, ucap rena sambil menyimpan nampannya diatas meja. Tary hanya tersenyum kemudian mengambil makanannya. “makasihhhh renaaa”, ucap tary dengan senyum termanisnya. Rena tidak mengubris tary, ia fokus melahap makanannya.
“alhamdulillah udah kenyang” ucap rena sambil memegang perutnya yang sudah kenyang. “buset lo makan udah kayak setaun ga makan”, gubris tary yang keheranan melihat makanan sahabatnya yang sudah habis tidak tersisa, sedangkan makanannya masih tersisa setengah. Rena hanya tertawa geli melihat kelakuannya sendiri.
        Jam istirahat sudah berakhir, rena dan tary berjalan menuju kelasnya. Mereka berbincang dengan seru, sesekali mereka tertawa menandakan obrolan yang asyik. Dan bruukkkk mereka menabrak seseorang didepannya. Kedua wanita mungil itu tersungkur ke lantai karena menabrak 2 dada bidang didepannya. Rena langsung berdiri untuk melihat siapa yang menabrak dia dan sahabatnya. Mata rena langsung melotot tidak suka, karena yang ia tabrak adalah cowok yang tadi pagi menabraknya. “lo lagi lo lagi, hobby banget nabrak tubuh gue” ucap rena sinis pada cowok itu. “tadi pagi gue akuin gue yang salah, tapi kali ini lo yang nabrak gue jadi lo yg harus minta maaf sama gue” balas laki-laki itu dengan nada yang tak kalah sinis dari rena. “idih ogah”, “ gue minta maaf ya, tadi kita ga sengaja nabrak kalian”, ucap tari menengahi perdebatan antara rena dan cowok tersebut. Rena membuka matanya lebar-lebar menatap tary, menandakan ia tidak suka karena harus mengalah. “iya ga papa, kenalin gue rendi” ucap cowok tersebut sambil mengulurkan tangannya pada tary. “gue tary” ucap tari sambil membalas uluran tangan rendi. “ini sahabat gue raga”, ucap rendi sambil menepuk pundak raga. Raga hanya terdiam tidak berkata apapun. “udah lah tar males gue lama-lama disini” ajak rena pada tary. Tari hanya pasrah dan mengikuti langkah kaki sahabatnya.

***

       “yang tadi deket tary cantik ya ga”, ucap rendi pada raga yang sedang asyik memainkan ponselnya. “selera lo rendah bro”, balas raga tanpa berhenti memainkan ponselnya. Walaupun dalam hatinya ia mengakui bahwa cewek yang selalu membuatnya emosi cantik. Dengan bulu mata lentik, pipi chabi, kulit sawo mateng, dan tubuhnya yang mungil menambah kesan imut pada cewek itu. Oh iya jangan lupakan deretan gigi yang mempunyai gingsul, membuat senyumnya sangat manis, namun sayang cewek itu tak pernah senyum pada raga.
         “woy” teriak rendi tepat didepan telinga raga, membuat raga seketika terlonjak kaget. “sial” balas raga sambil memukul bahu rendi. Rendi hanya terkeh pelan, “kayaknya parkiran udah mulai sepi deh, balik yu” ajak rendi pada raga. Raga hanya mengangguk lalu berjalan beriringan bersama rendy menuju parkiran sekolah.
        Mereka sengaja pulang lebih lambat, karena malas harus berdesak-desakan dengan murid lainnya. Diparkiran hanya ada beberapa motor yang terparkir. Raga menaiki KLX kesayangannya , kemudian memakai helm dan menghidupkan motornya. Rendi melakukan hal yang sama, yang membedakan rendi menaiki ninja merah kesayangannya. Mereka melajukan motornya dengan beriringan menuju gerbang sekolah.
Tiba-tiba rendi berhenti, raga ikut berhenti. Ternyata rendi menghampiri rena yang tengah berdiri dipinggir jalan sendirian. “lo temennya tary kan?” tanya rendi pada rena. “iya, kenapa?” jawab rena dengan nada ketus. “ko belum pulang?” tanya rendi masih dengan nada ramah “nunggu bis” jawab rena yang lagi-lagi dengan nada ketus. “ren buruan pulang, ngapain sih ngobrol sama cewek sombong kayak dia”, teriak raga pada rendi yang sedang ngobrol dengan rena. “gih sana pulang, pergi jauh-jauh. eneuk gue liat muka lo”, teriak rena pada raga yang berada tidak jauh dari dirinya “ini gue juga mau pulang”, jawab raga sambil menyalakan motornya. “yaudah sana”, suruh rena dengan tatapan tajamnya. Raga melajukan motornya tanpa memperdulikan rendi yang masih berdiri didekat rena. “mau gue anter?” tanya rendi pada rena, “ga usah makasih, lagian bisnya udah dateng” tolak rena dengan nada yang masih agak ketus. “yaudah, hati-hati ya” balas rendi dengan senyum manisnya.
         Rena tidak menjawab, ia langsung memberhentikan bis dan naik ke dalamnya. Didalam bis ia langsung duduk dibangku belakang dekat jendela. Ia menghidupkan ponselnya, memasangkan earphone ke telinganya kemudian memutar musik secara acak dari ponselnya.
       “kamu baru pulang? Tumben telat” ucap mama anisa saat mendengar suara ceklekan pintu terbuka. “assalamualaikum mah” ucap rena sambil mencium punggung tangan mamanya. “waalaikum salam” balas mama anisa. “rena langsung ke kamar ya mah, mau istirahat”, ucap rena dengan lemas. “yaudah sana, ntar mama panggil buat makan ya” balas mama anisa sambil mengelus puncak kepala rena. Rena tidak menjawab, ia langsung menaiki anak tangga dan menuju ke kamarnya. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur berwarna putih miliknya. Matanya terpejam, membayangkan kejadian-kejadian yang menguras tenaganya hari ini.

ShvsjdjbchcbfhduwgkskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang