CHAPTER 4

4 0 0
                                    

Beberapa orang tidak menyadari bahwa dirinya tengah jatuh cinta. Keajaiban cinta bisa mengubah segalanya termasuk persahabatan

***

       Diam-diam tary memperhatikan gerakan bola mata raga yang terus mencuri pandang pada rena, tetapi rena sama sekali tidak menyadari bahwa ia sedang diperhatikan oleh raga. Dada tary mulai sesak dan pipinyapun kian memanas, apa tary cemburu?

***

      "Dok saya boleh ke kelas sekarang" tanya rena pada bu citra yang tengah duduk dikursi bersama tumpukan kertas diatas meja kerjanya. "Boleh, tapi kamu jangan kecapean ya. Ini ibu kasih resep obat dan kamu tebus ke apotik ya" jawab bu citra sangat lembut pada rena. "Makasih bu" balas rena dengan senyum manis nya.
       Raga yang melihat senyuman rena ikut tersenyum, walaupun wajahnya pucat tidak mengurangi kecantikannya. "Yaudah yu gue bantu" ucap tary pada rena yang mencoba turun dari ranjangnya seorang diri. Dengan sigap raga menggendong rena dari tempat tidurnya dan membawanya keluar UKS.
       "Apaan sih lo maen gendong-gendong aja, ga sopan banget. Turunin ga" protes rena pada raga yang tanpa izin menggendong tubuhnya. Raga tidak menjawab apapun, ia terus melangkahkan kakinya dengan lebar agar cepat sampai ke kelas rena. Sedangkan rena terus mengomel pada raga yang tak kunjung menurunkan tubuhnya.
      "Lo berat juga ya" ucap raga sambil menurunkan tubuh rena pelan, "gue ga pernah nyuruh lo buat gendong gue" balas rena ketus. "Udah baik gue bantuin, ucapin makasih ke" gerutu raga pada rena yang masih jutek padanya. "Ogah" balas rena simpel kemudian mendudukan badannya dikursi. Raga hanya menghembuskan nafas berat, sebenarnya ia ingin sekali berdebat dengan rena, tapi ia tidak tega jika harus menguras tenaga rena lebih banyak lagi.

***

        Tary masih terdiam di UKS, jantungnya berdebar sangat kencang, dadanya bertambah sesak.
         Tary melangkahkan kakinya dengan guntai menuju kelas, badannya seperti kehilangan tenaga untuk melangkah seperti biasanya. Saat tiba didepan kelas, ia melihat rena dan raga sedang berdebat kecil. pemandangan yang sudah biasa ia lihat. tapi kenapa saat ini hatinya merasa sakit?
      Tary berusaha mengontrol detak jantungnya, ia tidak mau rena curiga kalau ia sedang tidak baik-baik saja. Dengan mantap tary melangkah mendekati rena dan raga.
      "Tar lo kemana aja?" tanya rena pada tary yang baru saja sampai dihadapannya. "Tadi gue ngobrol dulu sama bu citra soal keadaan lo" bohong tari pada rena. "Gue gapapa tar, gausah panik gitu ah" balas rena sambil tersenyum manis ke arah tary. Lagi-lagi raga jadi nyamuk ditengah romantisnya persahabatan mereka.
        "Tar gue balik ke kelas dulu ya, jam pelajaran udah mau mulai. Jagain temen lo biar ga kesana kemari" pamit raga pada tary yang tengah duduk dikursi sebelah rena. "emangnya gue anak kecil ketus rena pada raga. Raga hanya terkekeh pelan melihat ekspresi rena yang sangat menggemaskan. "Makasih ya ga sekali lagi" ucap tary pada raga yang hendak pergi meninggalkan kelas rena. "Jaga diri baik-baik cewek rese. Biar nanti bisa baku hantam lagi" ledek raga pada rena yang sedang terduduk lemas. Ingin rasanya rena memukul hidung mancung nya sampai mengeluarkan cairan merah, tapi apa daya rena sekarang, jangankan memukul hidung raga, mau berdiri dengan kakinya sendiripun susah.
        "Bye cewek rese" pamit raga pada rena dengan mengejek, Rena hanya mendengus kesal karna tidak bisa melawan raga. Ia mengutuk raga habis-habisan dalam hati.

***

         "Ga lo kemana aja? Istirahat kagak keliatan?" tanya rendi yang melihat raga masuk kelas dengan senyum tipis dibibirnya. "Kepo lo kayak dora" balas raga sambil terkekeh pelan. Rendi hanya mendengus kesal mendengar jawaban raga.

***

         "Anak-anak bulan depan sekolah kita akan mengikuti olimpiade fisika dan juga lomba sastra, barangkali dikelas ini ada yang mau jadi perwakilan sekolah?" tanya pa bagus yang kini sudah mengajar dikelas XI IPA 3, ada beberapa orang yang mengacungkan tangan, termasuk raga. Kapasitas otak raga memang tidak usah diragukan lagi soal fisika, rumus-rumusnya sudah tercatat dengan baik di otaknya. "Baik karna bapa hanya butuh 2 orang untuk perwakilan, maka bapa akan menyeleksi kalian. Kalian akan diberi waktu 30 menit untuk mengerjakan 100 soal fisika ini" jelas pak bagus pada anak-anak dikelas XI IPA 3. tentu saja penjelasan pak bagus barusan membuat mulut anak-anak terbuka lebar, bagaimana bisa dalam waktu 30 menit mereka bisa menyelesaikan 100 soal. "Ga gue yakin lo pasti bisa" ucap rendi pada raga yang berada disebelahnya. Raga menoleh ke arah rendi lalu tersenyum PD, itu bukan hal yang sulit bagi raga.

***

       Pengumuman yang sama disampaikan oleh bu andini dikelas XI IPS 2, tidak ada yang mengacungkan tangan ketika ditawari olimpiade fisika. Karna kebanyakan alasan mereka masuk IPS karna tidak ingin bertemu dengan MATEMATIKA. Ketika bu andini menawarkan lomba sastra, banyak yang antusias ingin menjadi perwakilan, salah satunya renata anandita. Rena bukan hanya menyukai sastra, tapi ia juga pernah beberapa kali membawa piala dari perlombaan sastra.
       "Ren lo yakin mau ikutan lomba ini? Badan lo masih lemes loh. Ntar kalo kecapean gimana" ucap tary pada rena dengan khawatir. "Lo tenang aja tar, gue gapapa ko" balas rena berusaha menghilangkan kekhawatiran tary.
        "Karna banyak yang ingin menjadi perwakilan, ibu akan mengadakan seleksi untuk memilih 2 orang terbaik. Sekarang silahkan kalian buat puisi sebagus mungkin, temanya bebas. Ibu tunggu 10menit lagi" jelas bu andini pada anak-anak dikelas XI IPS 2. Tidak banyak yang protes, mereka langsung mengerjakan perintah bu andini.

ShvsjdjbchcbfhduwgkskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang