"Bapak! Kata orang Bapak kawin lagi?!" tanya Ucup seraya duduk di teras depan gubuknya.
Gubuk itu masih belum berubah, masih tetap dalam tampilan khas gubuk-gubuk di pedesaan pada umumnya, dengan pemandangan sawah di halaman gubuk.
"Matamu! Mana mungkin Bapak menduakan emakmu! Itu hanya omongan warga se-idung eh semata!" kata pria berusia lima puluh tahunan di samping Ucup.
"Fyuhhh! Syukurlah! Kalau Bapak kawin lagi kan bahaya!"
"Loh? Bahaya kenapa?"
"Ucup ga bisa seranjang lagi ama Bapak! Huhu... Ntar Ucup ngepor di lantai dong~" Ucup memeluk kaki Bapaknya yang terbalut sarung widimor.
Dengan cepat Bapak Ucup menjawil telinga Ucup hingga memerah. Ucup merintih kecakitan:"(
"HEH! BADAN KAMU ITU UDAH KAYAK THANOS! MASIH MAU NYEMPIL-NYEMPIL AMA BAPAK?! NIH NIH MAKAN KETIAK BAPAK!"
Kepala Ucup terjepit ketiak bapaknya sendiri.
"Huwekkk—ek—Uok! Ek—Huwee—Bwa—pak! uhok!" Ucup tercekik di dalam naungan ketiak berbahan asam amonia milik Bapaknya.
Pak Haji Qodir yang sedang bersenda gurau lewat bersama warga yang lain terkejut saat mendapati seorang anak hampir tewas terjepit ketiak Abahnya sendiri.
Pak Haji Qodir dan para warga segera berlari menuju balai desa.
"W-woy! Kok malah ke balai desa! Tolongin gua Oy—Huweek!"
"Mati kamu! Mati!" kata Bapak Ucup semangat.
"Anjir! Pak!!!" teriak Ucup menderita.
.
.
.
Di balai desa...
Pak Haji Qodir segera memukul lonceng peringatan di dalam balai desa. Beberapa menit kemudian, para warga segera berdatangan.
"Ada apa Pak Haji?! Kenapa Pak Haji cemas?!" tanya salah seorang wanita tua yang tengah mengendong anak babi.
"Itu! Bapaknya Ucup menjepit anaknya sendiri! Ayo kita tolong!" kata Pak Haji tergesa-gesa.
"Demi dewa! Ucup Muhaidin ma bespren polepel dianiyaya bapaknya sendiri?! Omeygot!" kata salah seorang laki-laki dengan sarung melintang dari pundak ke pinggang.
Dia Mamat.
"Ayo! Ibu-ibu dan Bapak-Bapak, kita tolong Ucup!"
Merekapun berbondong-bondong pergi ke TKP.
.
.
.
"Ampun, Pak!!!" mohon Ucup masih dalam posisi terkunci di ketiak Bapaknya.
"Biar kamu rasain, betapa sulitnya Bapak membajak sawah di internyet! Rasakan keringat kerja keras Bapak ini! Hiyaaa!!!" Bapak Ucup seketika berubah menjadi Narutoh.
Warga desa dan Pak Haji tiba di TKP. Mereka segera mendekati Ucup dan Bapaknya.
Beberapa dari warga segera membuat batas agar warga tak terlalu dekat dengan pergelutan.
Kemudian mereka menggelar tikar dibalik batas tersebut dan segera duduk.
Pak Haji dan beberapa orang warga terlihat duduk di samping kiri kejadian. Dan mer—
"WOY THOR! LAMA AMAT NARASINYA! GUE KEBURU MATI TAUK!"
"THAR THOR THAR THOR, MATAMU JONTOR! SABAR YEUW!" –Autis, eh-Author.
Para warga pun berteriak,
"BAPAK UCUP HARUS MENANG!"
"KALAHKAN DIA FERGUSO!"
"JEPIT LAGI! JEPIT AMPE KEPALANYA PUTUS!"
"ITU HIDUNGNYA BELUM KETUTUP KELEK PAK!"
"UCUP!!! SEMANGAT AMBIL NAPASNYA!"
"ANJIR KALIAN SEMUA—HUWEEK!"
Para warga pun bersorak-sorak gembira di tengah pertandingan sengit antara bapak dan anak tersebut.
Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Bapaknya Ucup dengan skor 5-0. Ucup terbaring lemas di teras gubuknya.
"Jahat kalian semua~" kata Ucup sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya.
Ucup kejang-kejang hingga akhirnya ia tergolek lemas di lantai.
"Selamat tinggal semua," arwah Ucup otw pergi.
Pak Haji melirik tubuh Ucup yang memucat.
"Astaga! Bapak-Bapak! Ucup meninggal!" Pak Haji menutup mulutnya tak percaya.
Semua warga desa langsung terkejut mendengar kabar duka tersebut termasuk sang Bapak Ucup.
Semua langsung mengerumuni tubuh pucat Ucup.
"Anjirlah Cup! Jangan pergi dulu Cup! Kita belom mandi bareng, huhu..."
"Ucup... Maapin Bapak Cup! Bapak terlalu kebawa emosi tadi! Bapak cuma main-main kok! Bapak gak tau kalo ketiak Bapak sewangi itu hingga membuatmu terbang menuju ilahi Hiks... Jangan pergi nakku!" Bapak Ucup memeluk tubuh Ucup.
"Kak Ucup! Kakak belom balikin kepercayaan aku Kak Huhu..."
"Woe Cup! Ga usah segala terbang-terbang di langit lo! Turun ga lo!" kata seorang pria Indihome—ralat indigo.
"UCUP KAMU BELUM LAMAR AISYAH CUP! JANGAN PERGI DOELOE!"
Arwah Ucup yang tengah bergaya seperti Superman di langit tersebut segera berhenti.
"Hanjir! W lupa!" arwah Ucup segera melesat menuju tubuhnya.
"HAH! HAH! HAH!" Ucup kembali membuka matanya.
"KAMPRET!!! MAYAT IDUP!!! LARI ANJIR!!!"
Semua warga berlarian menuju rumah mereka masing-masing termasuk Pak Haji dan Bapak Ucup.
Bapak Ucup dan Pak Haji lari terseok-seok sambil bergantian menariki sarung widimor yang mereka kenakan. Mereka lari kemudian terjatuh, lari kemudian terjatuh, lari kemudian terjatuh, lari kemudian terjatuh, lari kemudian terjatuh, lari kemudian terjatuh, lari kemudian terjatuh.
Dan seterusnya hingga sarung widimor mereka habis tergesek jalanan desa.
~End~
Yosh!
Terus nulis! Apapun!
Seabsurd apapun idemu, tulis aja! Yang penting kamu ga berenti nulis!Yeay!
Semoga kalian terhibur dengan cerita Hifa ini :")
Hifa
10/05/20#Votement
#StayAtFoodies
KAMU SEDANG MEMBACA
Foodies
HumorAloha! Lapak ini berisi cerpen-cerpen absurd yang melegahkan perut dan hati anda dengan semburan bumbu komedi, sehingga membuat anda tertawa seperti orang pintar :D Selamat membaca sobat gaje!!! !PERINGATAN! Cuci Tangan Sebelum Makan! 3- (Tidak bol...