Aisyah

19 5 0
                                    

Suatu pagi yang cerah—

"Perasaan pagi mulu Thor! Ga ada siang dan malamnya apa?!" kata seorang reader tidak berkepala.

Keluar suaranya dari mana njir, dia kan ga punya kepala–Author.

"Aku emang ga punya kepala Thor! Tapi punya mulut!" katanya lagi.

"Iye, serah anda y." –Author.

"Makanya Thor! Kalo punya mata tuh gunain!" katanya lage.

"Lu rebet banget sih! Ntar w headshot mati lu!"

"Aku ga ada kepala, yeuw!"

"Sabar... Sabar... Orang sabar jantungnya lebar..."

***

Malam hari, ketika para warg—

"Nah, gitu dong Thor! Malem! Biar Cast Foodies bisa tidur!" dia muncul lagi gaes!

"Woe! W mau buat Narasi ga kelar-kelar! Ntar nih part ganti judul jadi 'Seorang tanpa kepala tewas tanpa kepala'"

"Bener kok, aku tewas tanpa kepala."

🐙 : Wow! Aku terkejood!

🐟 : Gubluk... gubluk... gubluk

✔  : Absolutely haram

📱: Aiyay iyay... Guk! Guk! Guk!    Guk!

"Gaje Lu Thor!"

😃

***

Malam hari yang cerah. Para warga termasuk Ucup sedang berkumpul di depan rumah Pak Kades. Mereka sedang mengadakan hajatan atas berhasilnya Pak Kades sunnat yang ke 50 tahun.

"Selamat ya, Pak Kades, akhirnya Pak Kades suci dari hadast dan najis mugholazoh." Ucup menyalami Pak Kades yang tengah terduduk memegangi sarungnya.

"Kamu kata saya Baby?!" kata Pak Kades ngegas.

"Wehe selaw Pak! Canda doang~" kata Ucup santuy. "Yodah Pak Kades, Ucup pulang dulu ya! Makasih makanannya!"

Ucup berpamitan dengan Pak Kades sambil cipika-cipiki.

"Kek bencong Lu Cup, pake segala cipika-cipiki"–Author.

"Suka-suka Ucup lah!"

Akhirnya, Ucup pulang. Melangkah. Menjauh dari rumah Pak Kades yang masih terlihat ramai dengan lantunan lagu tigtog. Sebab itu Ucup pulang.

"Di mana-mana lagu tigtog nying." Ucup bermonolog alone.

Selama perjalanan pulang, Ucup terus menyusuri jalan setapak yang ada di desanya dengan kondisi pencahayaan lampu desa yang remang-remang with kunang-kunang yang akan selalu kukenang hingga kutergenang.

*Eakkk

Berbagai macam bentuk rumah warga Ucup lewati. Mulai dari balok, kubus, kerucut, prisma, limas, mas-mas, dan simas. Hingga Ucup berhenti di sebuah rumah berbentuk pentagon.

Rumah tersebut lebih terang dari rumah-rumah yang Ucup lewati tadi. Rumah tersebut semakin terang cahayanya tatkala kedua mata Ucup melihat sarung terbang—ga bukan bukan!—seorang wanita cantik berkerudung panjang yang tengah duduk di teras rumah tersebut sambil berbincang hangat dengan Pak Haji.

Ucup dengan cepat membenahi penampilannya. Kemudian melangkah masuk ke pekarangan rumah wanita tersebut.

"Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab kedua Insan pemilik rumah berbentuk pentagon tersebut.

"Eh, Ucup? Tumben ke sini malem-malem, mau ngapain Cup? Ngapelin anak saya Aisyah?" tanya Pak Haji mesem-mesem.

"A-Abah apaan sih," Aisyah salto—Eh, salting. Pak Haji—Abahnya Aisyah hanya terkekeh kecil.

"Ehehe, tau aja Pak Haji."

"Ayo Cup, duduk dulu. Mau dibuatin apa?" Aisyah mempersilahkan Ucup duduk.

"Buatin aku anak yang soleha kayak kamu," kata Ucup setelah menempelkan pantatnya ke kursi.

Mendengar gembelan dari Ucup, pipi Aisyah memerah. Refleks Aisyah melempar Ucup dengan vas bunga plastik yang ada di atas meja.

"Aduh!!! Otak Ucup geser!!!" Ucup mengelus kepalanya yang terkena lemparan maut dari Aisyah.

"Yeuu, emang dari dulu dah geser kaliii" kata Pak Haji membenarkan fakta.

"Pak Haji jahat ih..."

"E-Eh, ma-maaf Cup! Tadi aku ga sengaja, itu tadi refleks ngelempar kamu pake vas. Maafin aku Cup... Sakit ga?" Aisyah kelabakan karena bersalah.

"G-ga papa kok, Aisyah! Ehehe, anggep aja itu tadi lemparan cinta dari kamu~"

Aisyah kembali memerah.

Pak Haji pun segera masuk rumah.

Pletak!

Aisyah kembali melempar Ucup dengan vas bunga, kali ini vas bunga asli. Vas bunga bewarna ungu gadis itu tepat mendarat di kepala Ucup. Benjol sudah pala Ucup.

"Awww! Aisyah jahat ih..." Ucup kembali mengelus kepalanya yang benjol.

"Ucup sih! Aisyah ga suka digombalin, kalo serius, ga usah pake gombal-gombalan segala." Aisyah balik kanan, masuk ke dalam rumah.

"Assalammualaikum. Aisyah duluan." Aisyah menutup pintu.

"Waalaikumsalam. Weh??? Ucup ditinggalin sendiri:( nasib jomblo." Ucup berdiri, kemudian membenarkan properti korban bekas pelemparan Aisyah.

Ketika Ucup meletakkan vas bunga plastik kembali ke tempatnya. Sekilas senyum mengembang di wajah Ucup. Kemudian ia terkekeh.

"Awowkowkwow biar cem drama-drama gitu~"—Ucup.

"Assalammualaikum." Ucup kemudian pulang, meninggalkan rumah Aisyah.

Sebelum Ucup benar-benar menghilang dari perkarangan rumah Aisyah. Diam-diam Aisyah mengintip Ucup dari balik jendela rumah.

"Waalaikumsalam." jawab Aisyah dengan nada pelan. Kemudian ia tersenyum manis.

"Awowkowkwow biar cem drama-drama gitu~"—Aisyah.

~Ehe~

Hifa
12/05/20

Votement! :D







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FoodiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang