Dua♪

1K 161 45
                                    

     [Name] keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambutnya menggunakan handuk. Hari ini ia libur kerja sehingga ia bisa bebas di rumah. Matanya kemudian melirik ke sebuah keranjang bertuliskan 'Millo'. Tetapi penglihatannya hanya menangkap tumpukkan kain disana.

  "Millo kemana Mah?" tanya [Name] pada ibunya yang sedang memasak di dapur.

  "Mama nggak lihat Millo sejak tadi pagi," jawab sang ibu.

  "Kemana ya." [Name] menerka-nerka keberadaan Millo beberapa saat.

  "Jangan-jangan...."

     Millo adalah kucing berbulu tebal berwarna putih yang diberikan oleh Natsuya sebagai hadiah ulang tahun untuknya. Kata Natsuya kucing itu dari Australia, jadi namanya Millo. Bukan tanpa alasan Natsuya memberinya hadiah seekor kucing, ia ingin kucing tersebut bisa menemani [Name] dikala Natsuya sedang pergi sehingga [Name] tidak merasa kesepian.

     [Name] berjalan mengendap-endap menuju rumah keluarga Kirishima.

  "Aduh jadi apa nggak ya, atau pulang aja?" ucap [Name] gugup.

     Ia berbalik badan dan hendak pulang, tapi entah kenapa tiba-tiba ia kembali berjalan menuju pintu rumah keluarga Kirishima. Jalan pikiran perempuan memang aneh.

  "Demi Millo," ucapnya.

     Tangannya bergerak memencet bel dan berharap tidak ada orang di rumah tersebut yang membukakan pintu.

  'Tanganku kenapa jadi berat begini? Padahal dulu biasa saja.'

     Beberapa saat kemudian pintu terbuka dan ia bersyukur karena orang yang membuka pintu adalah Ikuya.

  "Ya?" Ikuya menatap [Name] dengan tatapan menyelidik.

  "Millo di sini ya?" ucap [Name]

     Belum sempat Ikuya menjawab kucing berbulu putih itu berlari dari dalam rumah menuju ke arah [Name], kucing itu kemudian menggesekkan tubuhnya pada kaki sang majikan.

  "Millo ku sayang!" [Name] membungkuk dan menggendong Millo dalam pelukannya.

     Ketika ia menegakkan kepalanya ada satu pemandangan yang membuatnya terkejut sekaligus senang disaat bersamaan. Natsuya berdiri di belakang Ikuya sambil membawa sebotol susu.

  "Dari kemarin dia disini. Mungkin dia mengenali bau ayahnya," ucap Ikuya sambil melirik sang kakak.

     Natsuya menatap Ikuya tajam dengan tatapan yang berarti, 'Kamu bicara apa Dek? Siapa yang ngajarin?'

     [Name] hanya tersenyum kaku melihat interaksi antara kakak beradik itu.

  "Ahahaha kalau jadi ayahnya Millo jangan deh, kalau jadi ayah dari anak-anakku nanti nggak papa," ucap [Name] receh.

  "Maksudnya?" tanya Natsuya.

  "Oh gini Kak," ucap Ikuya menyela pembicaraan. "Nanti kalau [Name] udah nikah lalu punya anak, Kakak yang jadi babysitter nya," lanjut Ikuya.

  "Enak aja," ucap Natsuya cepat.

  "Bukan... Bukan begitu kok," ucap [Name] sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

  "Jadi kamu mau aku jadi pembantu?" tanya Natsuya.

  "Bukan begitu Natsuya." [Name] kelabakan dengan pertanyaan Natsuya yang sudah melenceng jauh.

  "Lalu?"

  "Aku pengennya kita ngurus anak sama-sama," ucap [Name], dan ia baru sadar akan ucapnya.

     Natsuya dan Ikuya menatap [Name] aneh, sedangkan wajah [Name] sudah memerah sempurna.

  "Oh... dia juga pengen jadi pembantu Kak," ucap Ikuya.

  "BUK-"

  "Ya sudah, kita jadi pembantu bareng-bareng," ucap Natsuya yang sama sekali tak dipahami oleh [Name].

     Keduanya saling bertatapan. Menyelami mata indah satu sama lain. Kapan terakhir kali mereka melakukan ini? Rasanya sudah lama sekali [Name] tak melihat mata jernih Natsuya yang selalu berkilauan ketika berbicara dengannya. Apakah Natsuya begitu membencinya?

  "Millo, kamu mau ikut Mama atau Papa?" ucap Ikuya sambil menatap kucing berbulu putih di gendongan [Name] dengan tatapan kasihan.

     Natsuya mendelik ke arah adiknya. Orang yang sepertinya tak pernah peduli apapun selain renang dan Haru itu kenapa selalu terlihat tertarik dengan hubungannya dan [Name].

  "Ikuya, cepat selesaikan sarapanmu sebelum aku berangkat." Natsuya berbalik masuk ke dalam rumah setelah mengatakannya tanpa memedulikan [Name] sama sekali.

     [Name] memiringkan kepalanya melihat kelakuan Natsuya, 'Adiknya sesat kakaknya bang- jangan, jangan mengumpat gitu-gitu juga aku masih sayang,' ucap [Name] dalam hati.

     Lagipula sejak kapan Natsuya yang atlet renang malah bercita-cita jadi pembantu? Memikirkannya saja [Name] sudah pusing.

     Dulu [Name] berpikir bahwa Natsuya adalah orang paling peka di dunia ini setelah ibunya sendiri. Sinyal-sinyal sekecil apapun yang ia berikan, Natsuya pasti memahami maksudnya.

     Tetapi, semenjak dia pulang dari Australia sifat 'tidak peka' nya meningkat drastis. Mungkinkah di Australia terdapat krisis kepekaan? Atau memang inilah karma yang harus diterima oleh [Name] karena telah bermain-main dengan hubungan mereka berdua?

  'Mau balikan sama mantan aja gini amat. Kapan sih kamu pekanya?'

╰Tbc╮

662 words

662 words

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Peka Dong! || Kirishima Natsuya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang