"KAK TITAAAAAA! LUNA DATENG NICH!" teriak Aluna sambil membuka password pintu apartemen temannya.
Aluna sudah sering mampir dan menginap di apartemen Tita, teman satu kerjanya. Bahkan karena saking seringnya, Tita memberi tahu password pintunya.
Tita saat ini sedang libur jadi ia tengah bersantai sambil menonton acara gosip di salah satu stasiun televisi. Dilihatnya Aluna yang masih lengkap dengan kebayanya masuk sambil menyunggingkan senyum tiga jarinya.
"Udah balik, Lun? Udah makan belom? Kakak masak sayur asem sama goreng ayam. Kamu ganti baju dulu gih di kamar. Oh iya besok pagi Kakak mau ke Surabaya seminggu, kamu kalo males dirumah nginep disini aja. Di kulkas ada sayur sama bahan-bahan lain kalo kamu laper. Inget ya apart Kakak jangan dibakar lagi, nanti kamu susah nyari tempat ngungsi kalo mau kabur." Aluna mengeluarkan cengiran lima jarinya saat mendengar ucapan Tita.
Pernah Aluna tidak sengaja membakar dapur Tita saat sedang masak mie instan, untung Aluna cepat memadamkannya dan tidak menimbulkan kerusakan yang parah, hanya temboknya saja yang berubah menjadi mahakarya lukisan abstrak warna hitam.
Salahkan Aluna yang bukannya memasak tapi malah menonton live salah satu suami khayalannya di Youtube. Sudahkah Nuni bilang kalau Aluna itu bucin segala jenis cogan? Jika belum, maka berarti hari ini Nuni sudah mengatakannya.
"Itu kecelakaan, Kak. Bukan salah Luna pokoknya. Itu sama mienya yang cepet mateng terus salah api kompornya juga yang bikin dapur Kakak kebakaran, kalo Luna kan diem aja ga ngapa-ngapain. Jadi pokoknya Luna gak salah."
Ingin sekali Tita melempar Aluna dengan sofa yang sedang ia duduki, tapi sayang ia tidak kuat mengangkatnya apalagi melempar. Jadi diabaikannya pikiran yang sangat ingin ia lakukan itu.
"Iya suka-suka kamu aja lah. Di sebelah ada tetangga baru, dia cogan sih tapi agak dingin-dingin bangsad gimana gitu. Kamu jangan godain dulu pokoknya. Kakak tau kalo kamu denger kata cogan dikit aja langsung jungkir balik guling-guling," jelas Tita yang membuat Aluna mengerucutkan bibirnya kesal.
Ingin sekali Aluna menyanggah ucapan Tita, tapi tidak bisa karena ucapan Tita itu sepenuhnya benar. Salahkah jika Aluna menyukai cogan? Tidak, bukan? Itu berarti Aluna normal karena masih suka spesies batangan, bukan kue apem.
"Ih Kak Tita yang cantik tapi pasti lebih cantik Luna, kalo ngomong jangan terlalu jujur dong walaupun bener sih ini. Tenang aja gak Luna godain kok ... kalo inget tapi hehe." Setelah mengucapkan kalimat itu Aluna segera kabur ke kamar guna menghindari barang terbang yang biasa disebabkan oleh Tita.
Tita menggelengkan kepalanya maklum melihat kelakuan teman kerja yang sudah dianggapnya adik itu. Walaupun berkat Aluna, tempat tinggalnya jadi lebih ramai.
Aluna mengganti bajunya di kamar Tita, otomatis kamar dirinya juga karena apart Tita sudah seperti rumah keduanya. Jadi baju-baju Aluna juga ada disana.
Setelah mengganti baju, Aluna makan bersama Tita yang sudah menunggunya di meja makan. Acara makan itu dipenuhi dengan celotehan Aluna yang topiknya tidak jauh dari 'cogan' sampai-sampai Tita sudah bosan mendengarnya.
"Lun, Kakak mau jalan dulu sama Mas Radit ya. Kalo kamu mau pulang ke rumah kamu bilang ya ke Kakak. Jadi nanti Kakak gak perlu beli makanan, udah ya Mas Radit lagi nunggu dibawah. Assalamualaim."
"Waalaikumsalam Kak."
Radit yang dimaksud disini memang benar adalah manager di cafe tempat mereka bekerja, dan Tita adalah tunangan Radit. Pasangan itu benar-benar menyayangi Aluna seperti adik mereka sendiri, karena mereka tau Aluna tidak mendapat kasih sayang dari keluarganya sendiri.
Aluna merebahkan dirinya di sofa lalu memejamkan matanya, "Hari ini gue lulus, tapi gak ada rasa bahagianya sama sekali. Capek juga lama-lama kalo kaya gini."
Tak terasa Aluna sudah tidur selama tiga jam. Dilihatnya diluar sudah gelap dan jarum jam menunjukkan pukul 7 malam. Aluna hari ini malas pulang, dan sepertinya akan tidur disini saja.
Aluna bangun lalu mengambil rokok dari tas miliknya. Sebenarnya Aluna bukan perokok aktif, ia hanya merokok untuk menenangkan pikirannya. Dan beberapa kali juga menenggak alkohol jika memang sudah benar-benar penat.
Tapi tenang, walaupun ia merokok dan minum alkohol, tapi Aluna tidak pernah menyentuh obat terlarang. Ia masih sedikit sayang dengan kesehatannya.
Aluna berjalan menyangga tubuhnya dengan siku yang menumpu di balkon. [Ini ngerti ga sih maksudnya? Aku susah jelasinnya ciyusan, pokoknya si Aluna tuh nemplok di balkon dah intinya yak no protes pokoknya, dan aku anggep kalian semua ngerti wkwk]
Memang benar menghisap nikotin adalah pilihan yang tepat bagi Aluna, karena pikirannya bisa sedikit lebih tenang. Walaupun sebenarnya ia lebih ingin meneguk alkohol tapi pasti Tita dan Radit akan mengamuk.
Aluna tersenyum sinis. Sungguh lucu, orang yang tidak ada hubungan darah dengannya jauh lebih perhatian dibanding yang benar-benar berhubungan darah dengannya. Andai ketiga abangnya bisa perhatian seperti Tita dan Radit, Aluna pasti bisa merasakan sedikit kebahagiaan.
"Gak ada bintang dong hari ini, kayaknya tau banget kalo gue lagi sedih-sedih bangsad gini." Aluna menghela nafasnya.
Asap mengepul keluar dari mulutnya, "Ma, Pa, Luna capek kalo kaya gini terus. Luna boleh ikut kalian aja gak sih? Luna sendirian tau, gak ada yang sayang sama Luna."
Sudah habis satu batang, dinyalakannya satu batang lagi. Sebenarnya Aluna tidak terlalu kuat merokok, tapi untuk kali ini saja ia ingin menghisap beberapa nikotin itu lagi.
Hawa dingin menusuk tulangnya, tapi Aluna tidak ada niatan juga untuk beranjak dari balkon itu dan hanya bisa menggigil kedinginan. Salahkan dirinya sendiri yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek, jelas saja itu pasti membuatnya dingin.
"Pengen ambil jaket tapi males, yaudahlah diem aja disini dulu."
Tanpa disadarinya, sedari tadi Aluna diperhatikan oleh seseorang di balkon sebelah. Sepertinya itu tetangga baru yang dibilang Tita tadi siang.
Aluna sudah menghisap tiga batang rokok, dan sepertinya ia belum ada niatan berhenti. Beberapa kali juga Aluna sudah batuk karena efek rokok tadi. Hingga saat akan membakar rokok keempatnya, tiba-tiba rokok itu hilang dari pandangannya.
"Loh kok rokoknya istrinya Cameron ilang? Diambil penunggu sini tah? Doh mbah penunggu, jangan gangguin Luna dong. Kan Luna disini cuma numpang ngerokok doang, ciyusan deh. Nanti Luna kasih cogan deh, etapi jangan juga deh mending cogannya buat Luna aja. Sebagai gantinya nanti Luna kasih Mas Radit yang cogan tapi otaknya seperenambelas," racau Luna sambil berjongkok sambil jarinya membentuk v sign dengan telunjuk dan jari tengahnya.
Tersangka yang mengambil rokok Aluna berusaha menahan tawanya. Ia bingung kok ada spesies manusia seperti gadis yang ada di depannya ini. Apa ini spesies yang kabur dari museum? Entahlah.
"Ehem. Maaf tadi rokoknya saya ambil. Kayaknya kamu jangan ngerokok lagi deh soalnya udah beberapa kali kamu bat-...."
"Eh? Halo Kakak ganteng, godain Neng dong."
~~~
Mulmed: AndraTBC
HOLLAAAAA YUHUUUUU NUNI YANG CANTIK NAN IMUT BIN KIYUT HIIIRRRR💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣💣
Doh part ini rada gimana gitu, kayaknya kurang puas aja gitu bikinnya. Maklum yak aku nulisnya ga kaya dulu lagi, tapi aku usahain aku bakal tetep belajar nulis lagi kok ciyusan deh
Seperti biasa aku males review okay, jadi kudu dimaklumin kalo nemu kata2 aneh
Semoga suka sama part ini, vomment jangan lupa and seeya next part gengs😘
Salam cinta peluk cium,
Murni Abiyati
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionGue punya idup rumit amat sih astaga, mau kawin aja lah gue lelah gini mulu hiks. Tapi bentar ... calon gue kan belom keliatan batang idungnya. - Aluna Putri Haditama 🍀🍀🍀 Hanya cerita klise seorang gadis ceria nan pecicilan serta pecinta cogan ya...