Jam sudah menunjukkan pukul dua siang, seperti biasa saat siang hari sebelum berangkat kerja sore nanti, Aluna akan belajar untuk ujian beasiswanya. Tapi hari ini dirinya benar-bejar sulit berkonsentrasi, dan semua itu dikarenakan oleh Daffa dan Daffi, lebih tepatnya teman-teman mereka berdua.
Teman-teman Daffa dan Daffi sedang berkunjung ke rumah mereka. Dan teman-teman kedua abangnya itu benar-benar berisik, padahal mereka hanya berenam sudah termasuk kedua abang Aluna. Tolong kecualikan Daffa dan Daffi, kedua abangnya terlalu pendiam untuk bermain bersama yang lain.
Kali ini Aluna heran bagaimana bisa kedua abangnya yang bisa dibilang cukup pendiam ith bisa berteman dengan spesies toa dan speaker yang digabung menjadi satu? Benar-benar tidak bisa dipercaya.
Dug
Aluna membenturkan kepalanya di meja belajarnya, "Demi sempag ubur-ubur, itu temen-temen si kembar bangsad berisik banget anjir gimana mau belajar coba?"
"Bla... bla... bla... hahaha."
Suara tertawa dan candaan serta obrolan mereka benar-benar terdengar sampai ke kamarnya. Padahal jarak ruang tamu di bawah cukup jauh dari kamarnya yang di lantai dua dan cukup terpojok. Apa benar mereka semua adalah teman abangnya? Aluna berani jamin jika kedua abangnya paling hanya sesekali menanggapi mereka semua, secara kedua abangnya itu termasuk orang yang cukup pendiam.
Ayolah, Aluna bukan orang jenius yang bisa langsung pandai saat meminum jus buku pelajaran yang sudah di blender dan dicampur dengan sedikit percikan kepandaian. Dia hanya manusia biasa dengan kadarisasi kelemotan otak yang sudah akut, tapi masih bisa sedikit mencerna saat giat membacanya tengah kumat.
"Kalo gini ceritanya sih mending gue ngungsi ke apart Kak Tita, siapa tau kan bisa sekalian ngedipin cogan di sebelah unitnya hehe nais aidea,"
Aluna memasukkan beberapa bukunya ke dalam tasnya dengan semangat. Semangat ingin bertemu cogan sebelah unit maksudnya. Lumayan bukan, bisa belajar dengan tenang sekaligus melihat pemandangan surga dunia. Yak, Aluna tidak sabar menanti.
Aluna mengenakan sweater kesayangannya dan dipadukan dengan rok pendek kotak-kotak. Lalu mengambil boots kesukaannya juga. Yap, sempurna. Ia melihat pantulan dirinya di cermin.
"Yak done. Saatnya liat cogan! Eh, maksudnya belajar di apart Kak Tita."
Aluna menuruni tangga dan melihat keempat teman abangnya yang sangat berisik tengah bermain UNO stacko dan tak lupa wajah mereka semua sudah penuh dengan coretan tepung. Pantas saja mereka semua berisik, Aluna menghela nafasnya.
Salah satu teman abangnya melihat Aluna turun dari tangga, "Aluna ya? Yang suka nyanyi di kafe itu kan?"
Aluna menaikaan sebelah alisnya, "Eh? Iya kayaknya sih gitu hehe."
"Tuh kan bener Aluna. Mau kemana?" tanyanya lagi.
"Mau main ke rumah temen," jawab Aluna seadanya. Ayolah, Aluna ingin cepat pergi dari sini karena kedua abangnya melihatnya dengan tajam. Demi kerang ajaib, salah apa lagi ini Aluna astaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionGue punya idup rumit amat sih astaga, mau kawin aja lah gue lelah gini mulu hiks. Tapi bentar ... calon gue kan belom keliatan batang idungnya. - Aluna Putri Haditama 🍀🍀🍀 Hanya cerita klise seorang gadis ceria nan pecicilan serta pecinta cogan ya...