Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Aluna masih bergelung dengan selimut motif Sailor Moon miliknya. Ia masih cukup malas untuk bangun. Ayolah, ia tengah bergabut ria karena sudah lulus. Tidak ada hal yang bisa dilakukannya dari pagi hingga sore hari.
Tapi mungkin sebentar lagi ia akan belajar mati-matian untuk ikut tes beasiswa kuliah di universitas yang sangat diidamkannya di Melbourne. Sebenarnya ini juga bisa dibilang kesempatan untuk meninggalkan tempat kelahirannya ini.
Mungkin ia dapat menemukan sedikit kebahagiaannya diluar sana. Kebetulan beberapa bulan lagi akan dibuka pendaftarannya. Jadi sepertinya ia akan sangat sibuk, dan sebisa mungkin sekarang-sekarang ini meluangkan waktunya sedikit untuk bersantai ria.
"Laper tapi males masak, males bangun, males mandi. Dd kudu piye iki?" Aluna berguling-guling di kasurnya.
"Pulang aja tah? Istrinya Sasori pengen bubur ayam depan komplek masa. Tapi masih ngantuk sama mager astaga gamau ngapa-ngapain hih."
Dan setelah mengumpulkan niat yang amat sangat sulit akhirnya Aluna mau juga bangun dari kasurnya. Ia berjalan untuk mencuci muka dan gosok gigi lalu mengganti baju, tanpa mandi tentunya.
Aluna memesan ojek online dan berhenti di tempat ia biasa beli bubur ayam langganannya dekat komplek rumahnya.
"Bang, Luna pesen satu ya, biasa gak pake kacang sama seledri. Sama mau satenya 2."
"Siap Neng Luna, sebentar ya ditunggu."
Aluna sampai di rumahnya dan segera menuju meja makan. Cacing di dalam perutnya sudah bernyanyi minta diberi asupan makanan.
"Seperti biasa, bubur ayam emang paling enak dimakan pas pagi kesiang-siangan." Aluna menyuap sesendok bubur sambil tangan kirinya memainkan ponselnya.
Saat akan makan suapan ketiga, kedua abang kembarnya Daffa dan Daffi menuju meja makan sambil menenteng bubur ayam juga. Sepertinya mereka juga habis membeli bubur di tempat yang sama.
Daffa dan Daffi awalnya tidak tau jika ada Aluna di meja makan, jadi mereka mau makan disana. Tapi saat melihat Aluna, mereka berhenti dan akan berputar balik ke ruang tengah dan makan disana.
'Sebegitu bencinya kah kalian Bang? Sampe gak pernah mau makan satu meja sama Luna.'
"Stop Bang, kalian makan disini aja. Luna udah selesai kok." Aluna membereskan sisa makanannya dan langsung membuangnya di tempat sampah.
Sebenarnya tidak bisa dibilang sisa makanan karena ia hanya makan dua suap. Entah kenapa rasa laparnya seketika menguap begitu saja.
Saat Aluna pergi, Daffa dan Daffi segera makan di meja makan dengan diam. Wajah mereka seperti ... menyesal? Benarkah? Karena apa? Aluna? Entahlah, tidak ada yang tau. Terutama saat melihat bubur yang dibuang Aluna.
Aluna merebahkan tubuhnya di kasurnya. Sungguh ia lelah dengan semuanya. Kapan keluarganya bisa menyayanginya? Apa seumur hidupnya ia tidak akan pernah mendapatkannya walaupun sedikit?
Aluna menggenggam erat kalung berbandul bulan miliknya, dan satu-satunya peninggalan mamanya. Hanya ini yang bisa dilakukannya saat merindukan kedua orangtuanya, yang bahkan sama sekali belum pernah ditemuinya. Kecuali mamanya yang melahirkannya, walaupun pasti Aluna tidak mungkin mengingatnya karena mamanya meninggal saat melahirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aluna
Teen FictionGue punya idup rumit amat sih astaga, mau kawin aja lah gue lelah gini mulu hiks. Tapi bentar ... calon gue kan belom keliatan batang idungnya. - Aluna Putri Haditama 🍀🍀🍀 Hanya cerita klise seorang gadis ceria nan pecicilan serta pecinta cogan ya...