- 5 -

353 45 8
                                    

"Karna orang macem lo gak pantes buat adek gue."

🍀🍀🍀

Keadaan seketika hening. Hendra, Dika, dan Rangga masih mencerna perkataan Daffi. Apa? Aluna ternyata adik mereka?

"Ngadi-ngadi lo berdua ya?" Dika masih tidak percaya dengan ucapan Daffi.

"Kayaknya gak mungkin kalo Luna tuh adek kalian," begitupun juga Rangga.

"Yah susah dong minta restunya. Kudu ngelewatin lo berdua dulu. Belom lagi Bang Chandra yang horror kalo lagi marah." Hendra bergidik ngeri membayanglan jika dirinya dianiaya oleh tiga kakak dari Aluna.

Daffa dan Daffi memutar bola mata mereka malas. Bagaimana bisa ketiga temannya tidak percaya jika mereka berdua adalah kakak dari Aluna. Jika dilihat lebih seksama, bentuk wajah mereka hampir mirip.

Daffa melihat ke arah adiknya yang ada di panggung, "Dia beneran adek gue, gue sayang sama dia. Tapi sayangnya ego gue terlalu tinggi buat nunjukin rasa sayang gue ke dia."

"Wait, bentar-bentar. Jangan bilang kalo lo berdua gak nunjukin rasa sayang ke adek lo itu kaya yang di tipi-tipi?" ucap Dika yang membuat kakak-beradik itu terdiam.

Hendra dan Rangga seketika melongo. Bagaimana bisa mereka berdua mengabaikan adik ceria macam Aluna? Jika mereka bertiga adalah kakak dari Aluna, sudah pasti Dika, Rangga, dan Hendra akan sangat memanjakan Aluna.

"Gue tau, gue juga bingung kok bisa gue kaya gitu. Bahkan gue sama Daffa baru tau kalo Luna bisa ketawa selepas itu. Luna di rumah bener-bener beda sama orang yang diatas panggung itu." Daffi menatap adiknya yang tengah menyanyikan lagu Never Enough dengan suara yang merdu.

"Gue juga bahkan baru tau kalo adek gue bisa nyanyi sebagus itu. Selama ini gue kemana aja? Gue nyesel gak tau apapun tentang Luna."

Rangga, Hendra, dan Dika menghela nafasnya melihat Daffa dan Daffi. Sungguh siblings yang rumit. Dan jangan lupa jika mereka bertiga sangat ingin membuat Daffa dan Daffi babak belur karena mereka berani berbuat seperti itu pada orang yang bisa dibilang cukup mereka kagumi.

"Lo berdua bener-bener gagal buat jadi kakaknya Aluna."

Ya, Daffa dan Daffi sangat menyadari itu.

🌼🌼🌼

Hari ini Aluna libur, ia tidak ada rencana pergi kemanapun dan hanya akan belajar untuk mendapatkan beasiswa di kampus favoritnya. Kali ini waktunya sudah tinggal dua bulan lagi dan ia tidak ingin membuang waktunya dengan percuma.

Dari pagi hingga sore Aluna tidak keluar dari kamarnya. Ia hanya akan keluar untuk mengambil makanan dan memakan makanannya di kamarnya, itupun sambil belajar. Sungguh, kali ini Aluna seperti bukan dirinya yang biasanya paling anti dengan buku pelajaran.

Chandra beberapa kali melihat Aluna dari pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Ia melihat Aluna tidak berenti belajar. Sebenarnya apa yang ingin diraih adiknya itu? Karena walaupun Chandra jarang berinteraksi dengan Aluna, ia tau apa disukai dan tidak disukainya. Dan belajar adalah satu hal yang sangat tidak disukai adik bungsunya itu.

Sebenarnya Chandra sedikit kasihan karena semakin lama dipikirkan, ia merasa bahwa apa yang terjadi dengan kedua orangtua mereka itu sama sekali bukan kesalahan Aluna. Tapi mereka bertiga sebagai kakaknya itu terlalu bodoh melimpahkan semua kesalahan itu pada adik bungsu mereka.

Ingin sekali Chandra menyayangi Aluna, tapi sayangnya egonya mengalahkannya. Bisa dibilang masih gengsi dan rasa bersalahnya terlalu besar. Dirinya juga tau bahwa kedua adiknya yang lain juga merasakan hal yang sama dengannya, tapi tentu saja ego mereka masih lebih tinggi.

AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang