Berharap takdir sedikit saja memihak, kenapa semuanya terasa begitu menyakitkan
-Leonardo Davandra-Happy Reading!
AIR itu masih saja mengalir dari kedua sudut matanya, ia bukanlah orang yang dengan gampangnya meneteskan air mata. Hanya hal tertentu yang bisa membuatnya seperti ini, sangat lemah sebagai seorang yang cukup di wanti-wanti orang di sekitarnya.
Ia tersadar dari lamunanya dan mencoba bangkit meskipun tubuhnya terasa berat, seperti ada yang menahanya untuk tetap disini.
"Saya pulang, saya selalu merindukanmu" ia tersenyum bersamaan dengan tetesan yang masih saja keluar dari matanya.
Ia berjalan meninggalkan gundugan tanah yang keadaanya sekarang sudah sedikit ditumbuhi rumput liar.
Ya, itu tempat peristirahatan terakhir orang yang mempertahankanya meskipun banyak yang tak menginginkan ia terlahir didunia ini.
Kesedihan yang teramat dalam, menyaksikan alur hidupnya yang menyedihkan. Ia tak mengerti mengapa hidup begitu kejam padanya, seakan takdir buta akan hadirnya dan tak pernah menganggapnya ada.
"Arrrgghhhh Anjing!" teriaknya penuh amarah disusul gelak tawanya.
Dengan cepat ia mengambil kunci motor dari sakunya lalu menyalakan mesin motornya.
Ya, semenjak kematian ibunya hidup Ardo benar-benar hancur. Tak ada lagi orang yang sepeduli ibunya, hidupnya hampa sekarang.
Ardo pun harus bisa mengikhlaskan bahkan menghapus khayalan mendapat belaian kasih sayang dari seorang ibu sekarang. Ia tak lagi mempunyai siapa-siapa sekarang, apapun itu ia benci hidupnya!
Senyumnya pun kini tak seceria dulu, hanya ada satu yang bisa membuatnya senyum, meskipun senyum itu bukan hal yang ia harapkan namun ia masih bisa tersenyum.
Terdengar suara getar dari balik saku jaketnya. Ardo melambatkan laju motornya kemudian tangan kirinya mengambil benda pipih itu lalu menempelkanya ditelinga.
Terdengar bisik-bisik suara di sebrang sana, Ardo mengangguk tanda mengerti apa yang sedang dibicarakan, "Oke, gue kesana sekarang"
Ardo telah sampai di sebuah gudang tua, gudang itu terlihat bersih dan cantik dengan goresan art di mana-mana, membuat tempat itu tak seperti tempat tua yang terbengkalai seperti kebanyakan.
Ia masuk dan disambut beberapa orang yang sudah menunggunya.
"To the point" ucapnya dengan nada datar.
"Jadi gini Do. Anak Gridin nyerang markas kita di barat, dan nantangin kita buat duel nanti malem di perbatasan" ucap Andi dengan yakinnya.
Ardo mengambil minuman yang terbungkus kaca itu dan meneguknya, "Punya nyali juga dia"
"Siapin pasukan buat tempur nanti malem" sambungnya lalu berjalan keluar.
•••
Leonardo Davandra
Gimana-gimana ceritanya?
Lanjut bacanya dong yah!
.
Maap banget kalau ceritanya kurang bagus-_
Aku masih belajar menulis guys.
Maklumin yak!
.
Awal kisahnya akan dimulai setelah part ini jadi kalian baca yah:)
.
Ohya kalo ada typo bisa komen, aku bakal seneng kalau kalian komen entah itu kritik atau saran. Kita sama-sama belajar.
.
Kalau kalian suka bisa vote. Kalau ada kesalahan dalam tulisan aku kalian juga bisa komen disini.
.
Apapun itu kalau kalian mau vote + komen juga gak papa kok. Justru aku suka kalian yang kaya gitu. Ngehargai karyaku yang receh ini.______
Salam sayang dari author gaje hehe:)
.
_RissaMuawanah
KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARDO [BTS]
Teen FictionUntuk apa hati ini bertahan jika semuanya tak berjalan, untuk apa saling mencintai dan menyayangi jika akhirnya saling menyakiti. -Leona Adriana