“Lo ga pulang, Na?” tanya Yudhis, salah satu teman dekat Aruna.
“Lo duluan deh, gue mau ikut UKM.” jawabnya seraya meneteng tas gitarnya. Bisa dilihat bahwa gadis itu terlihat kesusahan membawanya, tas gitarnya terlihat lebih besar dari pada badannya yang terlihat begitu mungil.
“Nebeng gue sini, gue anter sampek ke tempat tujuan.”
“Ngga usah, Yudhis. Gue bawa motor, gue bisa berangkat sendiri. Lo udah ditungguin tuh sama anak-anak futsal.”
Selalu saja seperti itu ketika terdapat seorang yang ingin membantunya, sekalipun itu teman dekatnya. Bukannya tidak suka, Una hanya tidak ingin merepotkan orang lain. Selagi bisa dikerjakan sendiri, dia akan melakukannya sendiri.
“Ya udah gue duluan. Hati-hati, ok?”
“Iya udah, bawel deh.”
Setelah Yudhis menghilang dari pandangannya, Una segera menuju tempat UKM musik. Sebagai mahasiswa baru mengikuti kegiatan UKM adalah hal yang menyenangkan. Menurutnya itu berguna untuk mengembangkan hobi sekaligus membangun relasi.
Ini sudah tepat 5 bulan ia menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi negeri di Jakarta dan sudah 3 bulan ia terdaftar sebagai anggota UKM Musik. Agenda pertemuan kali ini adalah membahas mengenai dies natalis kampus, dimana semua UKM diminta untuk menampilkan sebuah pertunjukkan untuk memeriahkan acara tersebut.
“Jadi siapa nih yang mau tampil? Gue membebaskan siapapun yang mau tampil, asal orang itu berkompeten.” Ucap Davin selaku ketua UKM.
Semua orang di ruangan tidak ada yang mengeluarkan suara. Ada yang ingin angkat tangan tapi malu, ada yang memang tidak ingin mengangkat tangan karena memang tidak minat untuk mengajukan diri.
Una hanya terdiam sambil melirik ke kanan kiri melihat anggota lain.
“Gak ada yang mau nih? Gue tunjuk aja ya.”
Seketika suasana menjadi semakin sunyi, banyak yang menghindari tatapan mata sang ketua UKM.
Hingga...
“Kamu.”
Seketika semua mendongak melihat siapa orang yang dipilih oleh ketua UKM.
Una yang awalnya menunduk seketika membelalakan matanya, jari ketua UKM tepat menuju ke arahnya.
“Saya kak?” tanya Una untuk memastikan. Seketika keringat dingin muncul di dahinya.
“Iya kamu. Kamu Aruna kan?”
“I-Iya kak, tapi kak s-saya..”
“Aku yakin kamu bisa. Selama beberapa minggu terakhir ini saya juga memantau latihan kalian semua. Disini sebagai ketua UKM, saya tidak asal dalam memilih. Melihat video Aruna berlatih, menurut saya dia cukup berkompeten sebagai perwakilan dari UKM musik? Apa ada yang tidak setuju?”
Jantung Aruna serasa ingin lepas dari tempatnya saat itu juga. Bagaimana tidak? Ia akan tampil dihadapan banyak orang untuk acara dies natalis kampus. Dimana petinggi kampus serta dosen juga akan melihatnya tampil. Membayangkan dirinya diatas panggung seorang diri saja sudah membuat perutnya sedikit bergejolak hingga merasa mual. Ingin menolak pun juga tidak bisa, dia sudah dipercaya oleh banyak orang.
--------- P L ----------
Berlatih selama dua minggu penuh menurut Aruna adalah waktu yang singkat. Mau tidak mau kerja keras harus dikeluarkan untuk hasil yang terbaik, ia dituntut untuk profesional meskipun dalam beberapa waktu ini ia juga mengalami konflik batin yang cukup membuatnya ingin menangis kencang.
Hingga tiba pada waktu dies natalis diadakan, ia dapat menyelesaikan penampilannya dengan memukau. Namun, tidak ada seorang pun yang mengerti akan kondisinya. Pada saat turun panggung bukannya euforia yang ia dapatkan, namun sakit hati yang sangat dalam. Ia menangis kencang seraya meremat ponselnya erat, hingga membuat orang disekitarnya kelimpungan mencari penyebab tangisannya yang kencang. Hingga suara Yudhis dan Nara, dua sahabat setianya terdengar berusaha menenangkannya.
From : Tio <3
Na, aku ngga bisa ngelanjutin hubungan ini. Aku ga bisa ngelakuin hubungan jarak jauh. Aku butuh seseorang yang bisa terus disamping aku dan ngeliat keadaan sekarang kamu ga bisa menuhin itu. Aku minta maaf, aku harap kamu ngerti.Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
PELIPUR LARA
FanfictionSatu hal yang pasti, yang perlu kamu ingat. Eksistensi kamu dalam hidup saya membuatnya berubah. Berbagai warna kamu tumpahkan pada hidup saya. Kamu berharga untuk hidup saya. Entah kalimat apalagi yang pantas untuk saya sampaikan kepada kamu seba...