🍁 6. Kenangan 🍁

13 10 3
                                    

[ Budayakan sebelum membaca vote, comment and share kalau bisa ya disubscribe sekalian, nggak kok cuma bercanda aja. Happy reading😉 ]

Semoga suka sama cerita aku😊

🍁🍁🍁

Suara deburan ombak dan angin yang bertiup kencang menyatu bak alunan musik di kedua telinga Asya. Gadis itu berdiri di bibir pantai membiarkan ombak membasahi sepatunya. Pandangannya menyorot matahari yang perlahan tengelam dan semburat jingga yang perlahan menggelam, menandakan hari sudah berganti malam.

Tatapannya memancar kesedihan yang mendalam. Asya masih tak bergeming sedikit pun, ia masih menatap langit yang mulai menggelap dan bertaburan bintang serta bulan sebagai pelengkap.

"Masalah itu seperti ombak yang datang dan pergi saat waktu nya tiba. Kenangan kita disini akan selalu hidup walaupaun jejak telapak kaki kita akan hilang ditelan ombak. Ibarat laut di pantai, meski kadang pasang dan surut percayalah rasanya akan tetap sama tak akan pernah berubah."

Kalimat itu akan terus teringat di dalam otak nya tak akan pernah terhapus kan oleh waktu yang terus berputar.

"Kamu benar, kenangan kita akan terus hidup walaupun kamu sudah pergi dan bahagia disana." gumam Asya lirih, kini ia sudah tak bisa membendung air matanya. Air matanya lolos begitu saja dari pelupuk matanya.

"KENAPA KAMU NINGGALIN AKU GA? KENAPA? KENAPA? KAMU BILANG KAMU NGGAK AKAN BUAT AKU NANGIS LAGI TAPI APA? KAMU YANG BUAT AKU NANGIS!" tanya Asya bertubi-tubi, ia tertunduk lemas di bibir pantai.

Air matanya mengalir bagaikan air tejun yang turun tiada hentinya. "Kenapa kamu ngorbanin diri kamu sendiri cuma buat gadis bodoh kaya aku!"

"Seandainya waktu itu aku nggak ngelakuin hal bodoh. Seandainya kamu nggak nolong aku. Seandainya waktu itu kamu nggak ngikutin aku. Seandainya waktu bisa aku putar, mungkin kamu masih di sini di samping aku, menemami aku dikala duka dan senang tapi itu hanya seandainya."

Asya mengeluarkan semua unek-unek yang mengangu pikiranya akhir-akhir ini. Ia sedikit lega setelah mengeluarkan setengah beban yang menggangu pikirannya.

Setelah puas mengeluarkan unek-unek nya di pantai yang biasa ia datangi bersama sahabatnya Raga Antonio. Sabahat yang selalu mendukung dan menyemangatinya di saat ia putus asa. Sahabat yang memendam rasa untuk nya namun tak terbalaskan. Sahabat yang mempertaruhkan nyawa untuk dirinya. Sahabat yang selalu menghiburnya di kala sedih. Juga sahabat yang selalu ada di kala duka dan bahagia. Tapi sahabatnya itu sekarang sudah berada di surga tempat terindah di alam semesta ini.

"AARGHH...... SEMUA INI GARA-GARA GUE! RAGA MENINGGAL GARA-GARA GUE ! KAK LINA MENINGGAL JUGA GARA-GARA GUE! KENAPA MEREKA YANG PERGI TUHAN? KENAPA BUKAN GUE SAJA YANG PERGI? KENAPA SEMUA ORANG YANG GUE SAYANG PERLAHAN PERGI NINGGALIN GUE? KENAPA?"

I S A B E L L ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang