"Bunda, Anya berangkat sekolah." teriak Anya setelah memasang sepatunya
"Lah tumben. Ini masih jam enam lo Nya, nggak mimpi kan kamu berangkat jam segini."
"Nggak lah Bun. Assalamualikum." Anya menyalimi tangan Sella dan segera menghampiri Pak Surip yang akan mengantarkannya ke sekolah.
"Waalaikumsalam." jawab Sella sambil menggeleng-gelengkan kepalanya bingung dengan sikap anaknya itu.
Setelah 10 menit keberangkatan Anya, tiba-tiba ada suara ketukan di pintu depan.
Sella yang sedang memasak pun segera membuka pintu melihat siapa yang bertamu pagi-pagi.
"Loh Ken?"
Ken menyalimi tangan Sella. "Iya Bunda, Anya udah siap?"
"Anya udah berangkat tadi jam enam. Aneh banget kelakuan tuh anak dari tadi malam." curhat Sella kepada Ken.
"Oh gitu ya Bun, yaudah deh Ken langsung berangkat aja. Assalamualikum."
Dalam hati Ken bertanya-tanya kenapa Anya berangkat tanpa menunggunya dulu.
"Waaalaikumsalam. Hati-hati ya nak."
Ken melajukan motornya setelah tersenyum mendengar bentuk perhatian Sella kepadanya.
Sesampainya di sekolah, Ken melangkahkan kakinya menuju kelas Anya. Di dalam kelas saat ini hanya ada beberapa murid dan terlihat Anya sedang membaca novel di kursinya.
"Hey!" sapa Ken membuat Anya mendongakkan wajahnya. "Kenapa nggak nungguin gue?"
"Kenapa gue harus nungguin lo?"
"Lo marah karena kejadian di RS kemarin? Lo baper beneran?"
Dengan entengnya Ken mengatakan hal itu. Anya sontak melotot tak terima dan memukul lengan Ken dengan novel yang dipegangnya.
"Kalau baper beneran gapapa juga Nya, gue tanggung jawab kok."
"Apaan sih." sahut Anya lalu menutup wajahnya dengan novel karena tak mau rona merah di pipinya terlihat oleh Ken.
"Balik bareng gue nanti!" teriak ken melangkahkan kakinya keluar kelas.
Sebenernya mau dia apasih? Seenaknya aja mainin perasaan gue. Bangsat emang!
....
Sekarang ini Ken sedang berkumpul dengan teman-temannya di warung Mang Dayat. Kali ini hanya ada beberapa anak yang ada disana.
"Kayaknya habis ini ada yang jadian nih." kata Yuda sambil melirik Ken yang sedang fokus pada handphone nya.
"Traktiran dong kita." Ken hanya diam tak menanggapi Oza dan Yuda yang menyindirnya.
"Tumben lo nggak bareng Anya tadi berangkatnya?" tanya Rey yang melihat Ken erangkat sendirian tadi.
"Dia kayaknya ngehindar dari gue deh." Ken meletakkan handphone nya dan melihat ke arah teman-temannya yang sedang menatapanya.
"Kok bisa? Gara-gara Yuda nih pasti. Pasti Neng manis bete diledekin lo kemarin."
"Ih lo juga ngeledekin ya." ucap Yuda tak terima memukul kepala Oza dengan sendok yang tersedia di warung itu.
"Gue rasa bukan karena itu dia ngehindarin gue."
Ken bingung mau melanjutkan perkataannya atau tidak. Karena sejujurnya ia tak pernah membahas masalah cinta-cintaan seperti ini bersama keempat teman sengkleknya ini.
"Terus apaan?" desak Rey melihat kebingungan di mata Ken.
"Jadi kemarin setelah gue narik tangan dia ke parkiran, gue bilang kalau omongan gue tadi cuma bercanda biar gue sama dia bisa cepat pulang."
Setelah mengatakan itu, keempat temannya diam melihat ke arahnya.
"Anjir lo goblok banget sih anjir. Kenapa lo bilang kalau bercanda haa?" histeris Oza yang langsung mendekati Ken hendak menjambak rambutnya gemas.
"Parah nih orang sumpah."
"Sekarang gue tanya, lo sebenernya suka nggak sama Anya?"
Ken mengangguk singkat sambil berdehem mengiyakan.
Sedangkan teman-temannya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Ken.
"Terus kenapa lo bilang omongan lo itu bercanda sih nyet?! Gemes gue lama-lama."
"Gue rasa belum tepat waktunya buat gue jalanin hubungan kayak gitu. Lagian Anya juga kelihatan nggak ada rasa sama sekali ke gue."
"Yud tahan gue Yud, pengen ninju orang gue rasanya." ucap Oza heboh sendiri.
"Gini Ken gue bilangin ya, mau Anya ada rasa atau nggak sama lo, kalau lo sayang perjuangin lah." ujar Rey sok bijak.
"Ikutin aja apa kata hati lo." Javas yang daritadi hanya mengamati kini ikut memberi nasihat.
"Btw Anya bawa hal positif juga ke lo."
"Maksudnya?" Ken menolehkan wajahnya ke Javas.
"Lo berhenti ngerokok sejak lo tahu kalau Anya nggak suka asap rokok kan?"
"Oh jadi ini alasan lo nggak mau gue tawarin rokok kemarin?"
Ken menganggukan kepalanya dua kali.
"Gue baru ngeh kalau semenjak lo deket sama Anya lo nggak pernah bolos sekolah juga."
"Anjir emang Neng manis gue terbaik dah pokoknya. Udah sikat aja langsung."
Ken mencerna satu persatu perkataan teman-temannya. Dan memang benar setelah Anya bilang tidak menyukai asap rokok, ia tak pernah lagi menyentuh rokok.
Sedikit demi sedikit ia juga mulai melupakan kejadian masa lalunya yang membuat ia trauma menjalin hubungan dengan lawan jenis. Anya merubahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEFANYA [COMPLETED]
Teen FictionSaat sebuah senyuman mampu menciptakan rasa yang tak pernah dapat diungkapkan pemiliknya, saat itu pula takdir dengan jahat menciptakan rasa cinta yang ada berubah menjadi kebencian. Manakah diantaranya yang lebih berkuasa dan menjadi pemenang di ak...