Semenjak acara ulang tahun Theya, Jeff semakin pusing. Bayinya selalu memanggil nama yang sangat asing di telinganya. Entahlah, akhir akhir ini Theya sering kali mengigaukan nama 'Jenio', aneh sekali memang. Bahkan Jeff dibuat pusing dengan semua ini.
Jeff pikir, Jenio bisa saja keluarga Theya. Entah ayah, kakak, adik, saudara, atau teman dekatnya. Yang jelas, Jeff tidak akan rela jika harus memberikan Theya kepada keluarganya. Ia sudah terlanjur menyayangi Theya.
Jeff mengusap rambutnya, ini pukul 11 malam dan ia masih berdiri tegap di balkon kamarnya bersama nikotin disela jari dan satu buah botol transparan yang didalamnya terisi seperempat alkohol.
Memikirkan Theya akan diambil membuat Jeff kembali pada kehidupan lamanya. Mabuk mabukan, merokok, tidur larut, dan–
"Jeff~"
–bermain wanita.
Jeff terlalu frustasi, jujur saja. Theya adalah satu satunya orang yang berhasil membuat ia semangat dan menjadi lelaki baik.
.
.
.Theya terdiam di depan pintu bercat abu dengan tulisan 'papa'. Theya bingung, diluar ada yang mengetuk pintu, tetapi suara di dalam kamar papanya sangat berisik. Theya pikir papanya sedang mengamuk, jadi ia tidak berani masuk kedalam. Itu karena ia banyak mendengar geraman dari Jeff.
Karena terlalu takut, Theya berlari menuruni tangga dan membuka pintu dengan sedikit menjinjit. Karena sering berolahraga, Theya menjadi sangat tinggi untuk ukuran anak kelas 4. Jeff sempat membanggakannya.
Cklek
"Uhm? Sapa?"
"Theraya?"
Theya hanya mengangguk, memperhatikan wanita di depan pintu dalam diam. Wanita di depan pintu berjongkok, menyamakan tingginya dengan Theya dan langsung memeluknya. Karena wanita di depannya berjongkok, ia jadi bisa melihat dua wajah lelaki dibelakangnya. Sepertinya Theya mengenali salah satunya. Bukankah itu–
"Jenio!"
Theya melepaskan pelukannya, berlari kecil ke arah 'Jenio' dengan senyum mengembang, sedangkan tiga manusia lainnya terkejut.
"Jenio ganteng, Eya suka."
"Kamu.. tau nama saya?"
Theya hanya tersenyum. Menatap lelaki tampan dihadapannya yang sepertinya berusia 14 tahun dengan tatapan berbinar. Theya mengangguk antusias.
"Huum! Jenio suka ada di mimpi Eya, hehe."
Jenio menangis, memeluk Theya dengan erat sebelum membawa Theya kedekapannya. Tak ia sangka, Theya mengingatnya.
.
.
."Jadi?"
Kini semuanya berkumpul di ruang tamu rumah Jeff. Wanita di depan pintu tadi bernama Tiyani, sedangkan lelaki disebelah Jenio adalah Mark, adik Tiyani.
"Maaf sebelumnya, tujuan saya kesini buat nganter adik saya yang terpisah dengan adiknya beberapa tahun lalu. Namanya Theraya, lahir di tanggal 1 Juli. Saya cuma mau mastiin kalo anak di pangkuan anda itu.. benar Theraya?"
Jeff terdiam, tak ia sangka Theya dijemput secepat ini. Baru semalam ia menangis. Ia masih belum bisa menerima, meskipun mereka keluarga kandung Theya. Jeff terlalu menyayangi Theya.
"Kalian.. keluarga kandung Theya?"
"Ah.. bukan kami, tapi Jenio," kata Tiyani sembari menepuk pundak Jenio pelan, "Saya dan Mark ketemu Jenio di depan rumah. Jenio cerita kalau adiknya ditinggal di depan rumah besar. Untungnya kita bisa nemuin rumah anda. Kasian Jenio, dia nggak punya siapa siapa sekarang, kita semua nggak tau dimana ibunya sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
papa muda
FanfikceOrang tua mana yang gila menelantarkan bayi yang baru berusia satu setengah tahun didepan rumah lelaki delapan belas tahun? Demi tuhan Jeff baru saja lulus sma!