Jet Lag

55 5 0
                                    

Dan setelah penerbangan panjang, sampailah mereka ke Chicago. Dan sudah ada supir dan beberapa petugas yang menunggu kedatangan mereka. Cuaca sangat dingin seperti yang diperkirakan, tapi tampaknya salju belum turun di sana.

"Selamat datang di Amerika, tuan Nathan." sapa salah satu petugas itu sambil menyalami Nathan. Mereka pun segera diantar ke apartemen yang telah dipesan oleh Nathan.

NEMA CHICAGO.

"Ini kamar bapak." petugas itu mengantar Nathan dan Emily sampai ke depan apartemen mereka, dan memberikan kuncinya.
"Thanks, Harry." balas Nathan. Mereka pun masuk ke dalam apartemen itu.

Emily mendahului Nathan masuk ke dalam sana. Tidak terlalu besar, tapi hangat. Persis seperti yang disukai Emily.
"Kau suka?"
"Tentu saja!" sahut Emily dengan girang.

"Kamarmu di sebelah kanan, punyaku yang kiri. Masuklah" jelas Nathan dibalas anggukan Emily, membuka pintu kamarnya.

"Wow, nyaman sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wow, nyaman sekali. Tidak terlalu besar. Jadi aku tidak perlu susah-susah membersihkannya."

Emily merebahkan tubuhnya di kasur. Punggungnya sudah sangat pegal duduk di kursi pesawat tadi, meskipun Nathan memesan kelas bisnis, kasur ini jauh lebih nyaman, menurutnya.

Emily berniat membersihkan diri di tengah cuaca yang dingin itu. Ia pun keluar kamar dan mendapati Nathan terduduk di sofa dan menyandar.

"Kenapa kamu belum ke kamar? Kau sakit?" Emily menyentuh dahi Nathan, yang dirasanya normal.
Nathan menggeleng "Tidak, aku hanya masih lelah dan tidak sanggup berjalan."
"Yang benar saja, manja sekali kau. Sana ke kamar."
Nathan malah merentangkan tangannya. "Peluk dulu."
"Tidak mau." Emily menarik tangan Nathan untuk berdiri dan mengantarkannya ke depan kamar Nathan.

"Istirahatlah dulu, aku akan memasak setelah aku mandi. Apakah di dekat sini ada supermarket?"
"Sudah ada semua di kulkas."
"Wow. Baiklah, sana tidurlah dulu."
Emily mendorong masuk Nathan dan menutup pintunya, lalu mengarah ke kamar mandi.

Setelah membersihkan diri, Emily berjalan menuju dapur apartemen itu, membuka kulkas, dan benar saja. Semuanya ada disana. Emily pun mengambil beberapa bahan dan memasaknya.

Masakan pun jadi. Emily mengetuk pintu kamar Nathan.
"Nath, masakannya sudah jadi." Emily sedikit berteriak, namun tidak ada jawaban. Emily pun memutuskan untuk masuk, terlihat Nathan terlelap.

Emily mendekatinya,
"Nath masakannya sudah jadi."
Lagi-lagi, tak ada jawaban.
"Omo! Apa dia pingsan?" Emily seketika memegang dahi Nathan.
"Hm, tidak demam, tidak berkeringat dingin juga.
"Nathan bangunlah." Emily menggoyang-goyangkan tubuh Nathan.
"Aku mengantuk sekali, bolehkah kau membawanya kesini?"
"Tidak boleh, ayo makan di luar. Kalau kau tidur sekarang jet lag mu tidak akan hilang. Ayo." Emily setengah menggeret Nathan yang bahkan berjalan dengan mata tertutup itu.

i'm falling, again. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang