Jangan lupa vote sebelum baca
Btw sebutkan hal-hal yang kalian lakukan saat stay at home?
🍓🍓🍓🍓🍓
Hanna bersendawa setelah meneguk es teh yang ia beli. Dia menepuk-nepuk perutnya yang terasa sangat kenyang, rasanya ia sudah siap menghadapi kelakuan aneh Sema siang ini. Tanpa energi yang memadai, Hanna yakin akan terkena stroke usia dini jika terus sekelas dengan Sema.
"Han, ayo kita kembali ke kelas sebelum guru masuk!" ajak Icha.
"Iya. Ayo!" Hanna mengangguk semangat.
Sema menutup bekal makanannya, meminum cepat sebotol air yang ia bawa, lalu beranjak menyamai langkah Hanna yang sudah cukup jauh berlalu.
"Gila sih. Mie ayamnya Buk Ton emang paling enak. Parah parah," puji Hanna.
"Betul tuh." Icha setuju.
"Apa lagi cekernya. Beuh! Mantap gila."
"Parah itu mah."
Sema mengangguk membenarkan. Merasakan kuah mie ayamnya saja, Sema sudah merasa ketagihan. Cowok itu bahkan tak bisa membayangkan memakan mie ayam itu seutuhnya.
"Gue sayang Buk Ton. The best deh pokoknya," kata Hanna heboh.
Langkah kaki Sema tiba-tiba terhenti ketika menginjak sesuatu.
"Eh kok berhenti?" tanya Icha yang sadar kalau Sema mematung cukup jauh di belakang.
"Kalian duluan aja," kata Sema.
"Udah. Nggak usah dihiraukan tuh cowok sinting." Hanna merangkul lengan Icha, lalu bergegas pergi.
Sema melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada yang melihat. Pelan-pelan, dia mengangkat kaki kanannya, lalu menjumpai uang koin 1000 perak yang terlihat sedikit lusuh.
"Alhamdulillah. Rejeki anak sholeh." Sema mengambil koin itu, membersihkannya sebentar, lalu memasukkannya ke dalam saku seragam. Menemukan uang koin sudah cukup membuat Sema begitu bahagia.
Sema berjalan riang menuju kelas. Sambil tersenyum, dia segera duduk di bangkunya yang berada tepat di belakang Hanna.
"Han." Sema mencolek punggung Hanna dengan bulpoin miliknya. "Hanna. Hanna."
"Apa?" Hanna berbalik dengan mata melotot. Entah sudah keberapa kali Sema mengganggunya.
"Lo mau gue traktir gorengan nggak?"
"Enggak."
Hanna kembali fokus belajar sebelum guru datang. Dia sadar jika dirinya memiliki otak pas-pasan. Agar tidak menjadi ranking terakhir di kelas XI-IPA F, dia belajar mati-matian untuk mempertahankan ranking 13 yang ia jaga selama ini.
"Selamat siang anak-anak," sapa Bu Diah saat memasuki kelas.
"Selamat siang, Bu," sahut sejumlah siswa.
"Siang ini, saya mau memberi tahu kalian kalau di kelas ini akan ada siswa baru," kata Bu Diah. Beliau menyuruh seseorang yang berdiri di ambang pintu untuk segera masuk.
Mata Hanna melebar, melihat seorang cowok tampan yang berjalan memasuki kelas. Dia kenal siapa cowok itu.
"Anjir, kenapa tuh cowok bisa sekolah di sini?" Hanna segera menurunkan kepalanya, lalu menutupi mukanya dengan buku yang ia jabar lebar-lebar.
"Ayo silakan memperkenalkan diri," kata Bu Diah mempersilakan.
"Perkenalkan. Nama gue-" cowok itu tercekat setelah bicara, membuat beberapa siswi terkekeh gemas.
"Perkenalkan. Nama saya Putra Dirgantara Imanuel. Panggil aja Dirga. Saya murid pindahan dari Bandung," ralat cowok bernama Dirga itu.
"Njir, cogan baru."
"Ingat ya guys. Boleh dilihat tapi tak boleh diraba."
"Waaah semakin bangga gue ada di kelas F ini."
Setidaknya itulah opini-opini yang Hanna dengar dari bisik-bisik ghibah teman-teman sekelasnya.
"Siapa yang mau tanya-tanya ke Dirga?" tanya Bu Diah.
"Saya, Bu." Putri mengangkat tangan.
"Iya. Silakan Putri."
"Dirga, kenapa nama panggilanmu Dirga? Kenapa nggak Putra aja? Soalnya biar couple sama aku. Putri," papar Putri seraya menaik turunkan kedua alisnya.
Spontan satu kelas tergelak. Beberapa siswi teringat cerita wattpad yang fenomenal akhir-akhir ini. Mengingat Dirga yang tampan dan Putri yang cantik. Mereka bak pemeran di dunia wattpad.
"Tidak usah dijawab pertanyaan Putri. Silakan langsung duduk di sana." Bu Diah menunjuk sebuah bangku kosong paling ujung.
Dirga mengangguk sopan dan bergegas duduk.
"Han. Hanna." Sema mencolek punggung Hanna dengan bulpoin, membuat Hanna yakin setelah lulus SMA, punggungnya pasti bolong karena terlalu sering dicolek Sema.
"Bodo." Hanna tidak berbalik. Dia masih sibuk menutupi wajahnya agar Dirga tidak mengenalinya.
"Ada yang ditutup tapi bukan panci," sindir Sema. "Ngapain sih muka ditutup-tutupi kayak gitu?"
"Serah gue," balas Hanna setengah berbisik, takut terkena marah Bu Diah.
"Hanna. Hanna." Sema kembali mencolek punggung Hanna.
"Apa?" Hanna berbalik sambil tetap menutupi wajahnya agar tak terlihat oleh Dirga.
"Kenapa lo dipanggil Hanna? Kenapa nggak dipanggil Arabell aja? Biar kayak boneka santet di tipi."
"Iiih," geram Hanna.
Cukup sudah. Cukup. Hanna tak tahan dengan semua pertanyaan bodoh yang dilontarkan Sema. Kalau bisa, Hanna lebih memilih berdiri di depan kelas seharian daripada duduk berdekatan dengan Sema. Sejak awal kelas X sampai awal kelas XI ini, entah nasib buruk apa hingga membuat gadis itu selalu duduk berdekatan dengan cowok menyebalkan itu.
🍓🍓🍓🍓🍓
Zaeem
Ig = zaimatul.hurriyyah
Senin, 11 Mei 2020Coba tebak, Dirga itu siapanya Hanna?
KAMU SEDANG MEMBACA
How Stupid You Are
Dla nastolatkówTampan. Itulah satu-satunya kelebihan yang dimiliki Sema. Cowok itu tidak pintar, tidak kaya, juga tidak tahu malu. Selain itu, dia juga payah dalam melakukan berbagai hal. Sangat jauh dari karakter wattpad yang diimpikan oleh Hanna Arabella Maheswa...