45. Jatuh Cinta

6.5K 1K 108
                                    

Tonton youtube channelku ya. Di sana ada tips n trik kepenulisan dan cerita-cerita sejarah lho.

❤❤❤❤❤

Crik

Kilatan cahaya terakhir dari sang fotografer itu menyudahi sesi pemotretan Sema dan Amora. Seperti biasa, Sema langsung menuju ruang ganti untuk memakai seragam sekolahnya. Ia benar-benar tak sabar pergi ke rumah sakit untuk menemui mamanya.

Di sisi lain, Amora masih terdiam di tempatnya. Dia memegang dadanya yang berdegup tak karuan usai melakukan sesi pemotretan dengan Sema. Padahal sudah bertahun-tahun Amora menjadi foto model. Tapi baru kali ini ia merasakan debaran yang tak biasa.

"Eh Sema, mau ke mana lo!" tegur Amora yang mendapati Sema terlihat terburu-buru keluar dari ruang pemotretan.

Sema menoleh sebentar, lalu mengabaikan Amora begitu saja dan tetap beranjak pergi. Masih ingin berlama-lama dengan Sema, Amora pun mengejar cowok itu, lalu menarik kerah bagian belakang seragamnya, membuat tubuh Sema tertarik ke belakang dua langkah.

"Lo itu budek, ya? Gue bilang, lo mau ke mana?" ulang Amora emosi.

"Mau ke suatu tempat."

"Tempat apa? Rumah?"

Sema mengangguk. "Iya. Rumah."

"Rumah sakit," batin Sema terkikik.

"Sebelum lo pulang, lo harus antarin gue pulang. Gue nggak mau tahu!"

"Mon maap, Mbak Amora. Gue buru-buru banget nih." Sema melihat pergelangan tangannya sendiri, padahal ia tak mempunyai arloji.

"Lo nggak punya jam tangan, Sema."

"Oh iya. Lupa." Sema meringis seolah tak bersalah.

"Pokoknya gue nggak mau tahu. Gue mau lo antarin gue. Titik!" pinta Amora bertambah ngotot.

"Mbak Amora."

"Apa?" sahut Amora ketus.

"Ada cicak di bahu Mbak Amora."

"Cicak?" mata Amora mendelik lebar-lebar. Seketika ia menjerit, melompat-lompat ketakutan sambil mengusap-ngusap pundaknya. Dan pada saat itu, Sema langsung berlari kabur.

Cukup cepat Sema berlari. Cowok itu sudah tak terlihat batang hidungnya, membuat Amora kesal setengah mati.

"SEMAAA!!" teriak Amora begitu kesal.

Amora pun langsung berlari menyusuri lorong untuk mengejar Sema yang terakhir kali terlihat menuju tangga darurat. Namun tiba-tiba langkah kaki Amora terhenti saat Gerald menghadangnya.

"Gerald, ngapain lo di sini? Bukannya lo dipenjara?" Amora bertanya keheranan, mengapakah mantan pacarnya itu bisa dengan mudah keluar dari penjara.

"Kamu pikir, karena papaku hampir bangkrut, aku nggak bisa keluar dari penjara dengan mudah?" Gerald perlahan berjalan mendekat pada Amora, membuat gadis itu melangkah mundur. "Om sama tanteku masih kaya, Sayang. Itulah sebabnya mereka menyewa pengacara yang paling bagus buat aku."

"Lo itu harusnya membusuk di penjara karena memfitnah gue bikin video syur! Lo hampir ngancurin karir gue di dunia entertaiment."

"Aku minta maaf, Sayang. Aku nggak bakal ngelakuin hal itu lagi. Jadi please! Ayo kita balikan."

Amora mengangkat salah satu sudut bibirnya. "Balikan sama lo? Jangan harap deh! Lo itu udah miskin dan nggak punya moral pula. Najis! Cuiiih!" Amora meludah, tepat di depan Gerald.

"Tapi aku masih sayang banget sama kamu. Aku rela ngelakuin apa pun demi kamu, Sayang. Pokoknya aku mau kita balikan." Gerald melangkah maju dua kali, membuat Amora kembali melangkah mundur.

"Jangan dekat-dekat ke gue! Kalau lo masih dekat-dekat, gue bakal teriak biar lo digebukin satpam."

"Aku nggak peduli kalau digebukin satpam sekalipun. Yang penting aku cinta kamu. Aku mau kamu. Aku mau kamu, Sayang!" tangan Gerald mulai mencengkram lengan Amora.

"Lepasin!" Amora mencoba melepaskan cengkaraman tangan Gerald.

"Aku nggak akan ngelepasin kamu, Sayang. Kamu adalah milikku."

"Gila lo! Sinting!" maki Amora.

Di tempat parkir, Sema langsung menuju motornya. Dia memasang helm ke kepala, menaiki motor, lalu mengeluarkan kunci dari dalam saku celananya. Matanya mengerjap dua kali. Sepertinya, dia melupakan sesuatu yang entah itu apa.

"Em ... kayaknya ada yang ketinggalan deh. Tapi apa ya?" Sema mengusap-usap dagunya seraya berpikir keras.

"Apa ya yang ketinggalan?" mata Sema mengerjap pelan dua kali lagi.

Sekitar lima menit duduk di atas motor sambil berpikir, Sema meraba punggungnya. Dia baru ingat kalau tasnya tertinggal di ruang ganti.

"Aha! Ternyata tas gue ketinggalan!" Sema cepat-cepat kembali mamasuki gedung tanpa melepas helmnya.

"Tas, jangan ke mana-mana, Tas," ujar Sema yang kini berlarian di lorong gedung.

Kreeek

Gerald merobek paksa baju yang dikenakan Amora hingga membuat pundak mulus gadis itu terekspos dengan jelas. Amora berteriak sambil meronta. Namun, tenaganya tak sebanding dengan tenaga Gerald.

"Lepasin gue, Please!" pinta Amora menitikkan air mata.

"Percuma saja kamu nangis, Sayang. Aku akan menghamilimu biar kamu jadi milikku selamanya," bisik Gerald dengan nada sensual.

"Tolooong!" teriak Amora.

"Percuma saja teriak! Para kru pemotretan sudah pulang. Nggak ada siapa-siapa lagi kecuali kita di sini."

Langkah kaki Sema seketika terhenti melihat apa yang dialami Amora. Cowok itu mendadak bisa berpikir cepat. Dia mencari sesuatu untuk memukul cowok berotot itu. Karena tidak mungkin bagi Sema menghadapinya secara langsung, mengingat tubuhnya yang bisa dibilang kerempeng. Sayangnya, tidak ada apa pun di lorong itu. Hanya ada kursi usang di dekat tangga. Sema masih menimbang-nimbang. Kalau ia menggunakan kursi itu untuk memukul orang, mungkin saja orang yang ia pukul akan mati. Ah, tidak. Terlalu beresiko menurutnya.

"Gawat nih. Kalau gue nggak cepat-cepat nolongin Mbak Amora, bisa berabe nih." Setelah berpikir sejenak, Sema teringat kini ia masih mengenakan helm. Tanpa berpikir panjang lagi, Sema melepaskan helmnya sembari berjalan mengendap-endap di belakang punggung Gerald.

Braaakkk

Sema memukul keras-keras kepala Gerald dengan helmnya. Gerald langsung terkapar di atas lantai, tepat sebelum ia berhasil melucuti pakaian Amora.

❤❤❤❤❤
Ig = zaimatul.hurriyyah
Senin, 24 Agustus 2020

Dukung aku di youtube ya.

How Stupid You AreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang