ㅡkumpulan berita datang (!)

29 6 0
                                    

BAM!
BAM!
BAM!

Kumpulan berita datang!

Ia terduduk diam di atas kasur. Malam hari itu sinar rembulan menerangi dengan sempurna. Gemerlapnya nampak lebih terang dari biasanya.

Suara bising di kedua telinganya mulai datang, sel-sel neuron di dalam otak mulai bekerja lebih cepat. Seolah takut terlambat mengirimkan pesan penting pada sang tuan.

"Ada berita apa?" Tanyanya sambil mengosongkan pikiran. Karena takut-takut berita kali ini jauh lebih banyak dan riuh.

"Begini, di bumi sudah krisis cinta. Di sini cinta seperti barang langka yang mahal. Kemarin, aku mendengar perbincangan pohon, burung, dan lalu manusia-manusia lesu yang berjalan di tepi trotoar dengan wajah merengut. Ini darurat!"

Ia menarik napas berat begitu mendengar berita pertama itu.

"Lalu, kalaupun manusia di bumi tahu tentang cinta. Yang mereka tahu hanya cinta yang palsu. Aku tidak tahu apa itu namanya, tapi, manusia bumi saat ini berhubungan dengan pola untung dan rugi. Mereka lebih senang mencintai barang, dan mereka senang memanfaatkan manusia. Ada yang terbalik di sana. Seharusnya barang dimanfaatkan, dan manusia saling mencintai. Bukankah ini yang benar?"

Ia kini memijat keningnya sambil menghela napas panjang.

"Ada berita lainnya lagi! Tak kalah penting! Manusia saat ini hanya tahu bagaimana caranya agar dicintai. Tapi, mereka tak mau tahu bagaimana caranya mencintai. Mereka terus menginginkan sesuatu, mendapatkan sesuatu. Dan lupa untuk berbagi dan memberi. Bukankah, untuk berbagi dan memberi kita tidak harus kaya dulu? Berbagi dan memberi adalah salah satu cara untuk belajar mencintai, bukan?"

Ia semakin menghela napasnya panjang, dan berat.

"Hohoho, ada berita yang tak kalah seru! Manusia itu lucu, mereka ingin cinta. Tapi, culas untuk belajar tentang cinta. Mereka pikir, hanya dengan perasaan saja untuk memahami itu cukup. Nyatanya, cinta adalah apa-apa yang perlu dipahami dengan rasa dan akal sehat. Karena mereka tak ingin belajar tentang cinta. Pada akhirnya mereka tidak mengenal cinta. Padahal, cinta memiliki banyak wajah. Cinta tidak hanya hadir dalam bentuk bahagia, senyum dan tawa. Tapi, cinta pun hadir dalam bentuk luka, tangis, dan kesedihan."

Ia lalu mengacak-acak rambutnya kasar. Lalu, mendesah kesal.

"Kita harus bagaimana setelah ini?"

"Ya, kita harus bagaimana?"

"Kita harus bagaimana?"

Suara-suara dari dalam telinga itu semakin riuh dan kencang. Sampai-sampai ia menutup kedua telinganya frustasi.

"Ah! Berisik! Aku ini manusia, tahu!" Ia lalu menarik selimut lembutnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasur. Beberapa detik kemudian kedua matanya tertutup dengan rapat.





Afnan Syahirain
96' Buitenzorg

AfeksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang