Chapter 9

537 41 8
                                    


Suasana siang yang terik di Kota Daedo. Panas tahun ini luar biasa. Rasanya pasti sangat segar untuk memakan buah semangka keluarga Layla. Tapi sepertinya hari ini bukan waktu yang tepat.

Dipusat kota sedang ada raptobot yang mengacak-acak pusat kota. Pilot tobot langsung meluncur menuju lokasi. Mereka segera memasuki tobot mereka masing-masing.

"Dolly, aku boleh ikut?" Tanya Rio memelas, ini sudah ketiga kalinya dia meminta kepada sepupu nya.

"Sudah kubilang enggak! Nanti kamu terluka. Lebih baik kamu disini bersama Lily," Jawab Dolly. Dia segera masuk kedalam Tobot D.

"Tapi.." belum selesai Rio menyelesaikan perkataannya, Dolly bersama Tobot D sudah ngacir duluan ke jalan raya.

"Huh dasar! Selalu seperti ini!" Gumam Rio kesal.

"Akukan juga bisa bantu," Sambung Rio. Dia sekarang merebahkan tubuhnya di sofa.

"Nggak usah ngeluh mulu deh, bosen dengernya," Timpal seseorang dari belakang. Gadis berambut coklat itu menyilangkan tangan di dada.

"Eh Lily, maaf maaf," balas Rio sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Ini sudah 3 bulan sejak Rio dan Lily berbaikan. Hubungan Rio dan Lily yang sebelumnya sudah seperti air dan minyak kini berubah drastis. Mereka jadi berteman dan berhubungan lebih baik, apalagi mereka berdua sering ditinggal para Pilot Tobot . Rio sekarang sudah menganggap Lily sebagai teman baiknya walau sebenarnya dalam lubuk hati Lily, dia masih merasa tidak nyaman di sekitar Rio. Dalam hatinya yang paling dalam dia masih menganggap Rio adalah anak yang merepotkan.

"Rio, kita lihat livestream berita aja, kita pantau mereka dari jauh," ajak Lily sambil mengusap tabletnya. Rio mengangguk, merapat ke samping Lily. Tablet Lily memancarkan hologram tiga dimensi yang terlihat nyata. Mata Rio terlihat bersemangat.

"Kok bisa ada hologramnya? Keren!" Tanya Rio kagum. Matanya tak berhenti berbinar.

"Nathan, dia mengajariku cari modifikasi gadget," Jawab Lily singkat, dia masih fokus melihat kerah tabletnya.

Sudah 10 menit para Pilot bertarung. Terlihat jelas di berita, bahwa mereka sangat kewalahan menghadapi robot itu. Robot kali ini sangat hebat. Dia bisa berubah menjadi binatang apa saja, semua binatang yang diinginkan pilotnya. Dari lalat sampai gajah, jadi ini benar-benar merepotkan. Lily mengerti kondisi ini, lawan mereka bukanlah lawan yang mudah. Lily hanya bisa memantau dan sesekali berkomunikasi dengan Dylan dengan earpiece di telinganya. Berbeda dengan Rio, karena dia keseringan melihat film superhero yang sangat OP, dia merasa kemampuan Pilot Tobot sangatlah buruk. Dia

"Astaga lihat mereka, lemah banget!" Gumam Rio kesal. Dia tidak sadar bahwa ucapannya terdengar sangat jelas di telinga Lily. Lily yang kaget langsung menoleh ke arah Rio dengan tatapan kesal.

"Apa maksudmu?" Lily mematikan livestream dan alat komunikasi Pilot Tobot miliknya, nada bicaranya sangat tidak ramah.

"Mereka sangat lambat tapi tidak mau kita bantu," jawab Rio sambil memalingkan wajahnya dari Lily.

"Kitakan gak punya kemampuan yang memadai buat melawan robot. Kita juga tidak punya tobot. Yang ada nanti kita malah merepotkan mereka," Balas Lily.

"Aku punya kemampuan! Aku ini punya fisik yang kuat?" Kata Rio dengan nada tinggi.

"Kemampuan?! Meremehkan orang lain dan membagakan diri?!Kau itu tidak lebih dari anak manja yang sombong!" Lily berdiri dari kursi lalu menggebrak meja di depannya. Mukanya merah, benar benar marah.

"Fisikmu yang 'kuat' pun juga tidak akan bisa melawan robot itu, saat kau menendang ke arah robot. Bukan robot itu yang rusak tapi kakimu yang patah," Sambung Lily dengan muka meremehkan.

"Kata siapa? Setidaknya aku punya fisik lebih dari mereka! Aku juga lebih cerdas dari mereka. Akan aku tunjukkan dan membuat dirimu menyesal" Rio juga bangkit dari kursi lalu keluar dari markas tobot.

"Hei! Ahn Rio! Jangan pergi kamu!" Teriak Lily, Rio hanya menutup kupingnya. Sekarang dia benar benar menghilang dari bingkai pintu.

Lily hanya bisa menghela napasnya yang berat, "Ini bahaya, kalau dia benar benar kesana, dia akan merepotkan semuanya,"

****

"Kemapuan apa?! Meremehkan orang lain dan membagakan diri?! Kau itu tidak lebih dari anak manja yang sombong!"  Kata kata Lily masih berputar di kepalanya. Rio masuk kedalam kamarnya lalu menarik boks dari bawah kasurnya. Dia mengacak-acak boks itu.

"Ck, mana dua benda itu ketika dibutuhkan? Ah ini dia," Rio mengambil pistol air dan cairan asam dari boks dibawah kasurnya.

"Besi bila terkena asam akan segera mengkropos, ini akan membuat robot itu kalah dalam sekejap," Batin Rio sambil tersenyum.

"Untung aku sempet ngambil ini dulu saat praktikum sekolah," Rio tersenyum bangga sambil menatap cairan asam miliknya.

"Lihat saja miss Kwon yang terhormat, akan kubungkam mulutmu dengan aksiku yang heroik dan menawan," Rio memasukkan botol kaca dan pistol itu kedalam tas kecil lalu pergi ke garasi rumahnya untuk mengambil sepedanya.

Dia mulai keluar dari rumah Dolly lalu pergi menuju pusat kota. Sementara dari jendela Lily melihat Rio keluar dari rumahnya, bersepeda menuju pusat kota.

"Astaga anak itu!" Lily yang berada di dekat jendela segera membuka jendela dan berteriak, "AHN RIO! JANGAN KE PUSAT KOTA!"

Namun seperti yang kalian bayangkan Rio tidak menggubris teriakan Lily. Dia terus menggenjot sepedanya.

"Hais, kalau beginikan dia jadi bertambah merepotkan," Lily pergi naik menuju kamarnya. Lily segera menarik sebuah belati yang tajam yang selama ini dia simpan di bawah sarung bantalnya.

"Ini cukup untuk pertahanan diri dan mengancam anak bandel itu pulang," Dia memasukkan belati kedalam sarung belati lalu dia simpan di dalam jaketnya. Lily juga tidak lupa mengikat rambutnya yang panjang sepunggung itu. Dia mengaktifkan earpiece nya kembali.

"Tes, Dylan kamu bisa mendengarku?" Tanya Lily, dia memperbaiki kondisi earpiecenya.

"Bisa, bisa," Dylan merespon pertanyaan Lily.

"Bagaimana kondisi lapangan?" Tanya Lily lagi.

"Tidak begitu baik, ada apa Lily?" Jawab Dylan yang terengah-engah kelelahan.

"Dylan, Rio pergi ke pusat kota, kayaknya dia mau ikut ngelawan robot itu ," Ujar Lily panik sambil berlari menuruni tangga, menuju garasi.

Dylan yang mendengar pernyataan Lily spontan berseru, "HUAPPA?!"
.
.
.
.
.

Aku balik dengan cerita tobot lagi.
Ya bisa dibilang ini efek PSBB jadi aku gabut dirumah.
Jangan lupa like dan Vote ya!
Chapter selanjutnya mungkin up beberapa hari setelah Ceritaku yang 'stalker' up
Okeh see you next chapter!

Tobot : Cousin (Super Sloow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang