Putri:
Dulu ada bocah kelas 4. Dia dan beberapa temannya bermain rambat2an. Kemudian, jumlah bocah yg bermain tambah banyak, bahkan ada cowoknya (jangan cie2. Kan masih bocah). Bocah itu kalah. Namun, ia tak bersedih.Oh ya, kenal rambat2an tdk?
Mr(s) Blank:
Enggak🤭Putri:
Aduh, efek beda provinsiMr(s) Blank:
Emang itu permainan apa?Putri:
Zaman bahulah yg sulit dijelaskan lewat kata2Hompipah dulu. Yg kalah jagain tembok atau apa pun (kayak petak umpet) dan meminta yg menang untuk menyentuh benda tertentu. Setelah menyentuh, yg menang harus nyentuh pos penjagaan.
Awas! Yang kalah akan mengerjarmu. Kalo sampai dapat, kamu akan kalah dan bertugas menjaga pos penjagaan.
Jika yg menang td masih menyentuh benda yg diminta, yg kalah tak bisa membuatnya kalah jika menyentuhnya.
Kalo pemainnya lebih dr 3 org, mereka bisa saling mengulurkan tangan sampai ke pos penjagaan dan yg kalah kesulitan membuat mereka kalah.
Tuh kan banyak banget 🙄
Mr(s) Blank:
Aha, ngerti🤣
Kalau orang Sunda bilangnya Ucing Sumput😂Kalo di tempat kamu, namanya apa? Ada yang namanya sama denganku, Rambat-Rambatan?
Putri:
Berarti ada, tp beda nama. Skrg ak nggak tahu apakah permainan itu msh adaMr(s) Blank:
Di aku masih ada kok🤭Bagaimana di tempat kamu? Apakah Rambat-Rambatan masih dipermainkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dialog Online 🔚
Short StoryKumpulan cermin. Hanya chat-chat terpilihlah yang akan dituangkan di sini. Semoga menghibur dan menambah ilmu pengetahuan. Pepatah bilang, "Pengalaman adalah guru terbaik". So, cari pengalaman sebanyak-banyaknya dan ambil kebaikan di dalamnya. #2...