1O

1.1K 176 3
                                    

Hubungan Chan dan Hyunjin sedikit merenggang setelah pernyataan yang dilakukan Chan beberapa hari yang lalu. Lebih tepatnya mereka sama-sama menghidar satu sama lain. Merasa sangat canggung setelah Chan melakukan confession.

Chan sebenarnya merasa asing dengan ketidakhadiran Hyunjin di kesehariannya. Seminggu tanpa adanya tingkah manja dari lelaki manis itu membuatnya seperti kehilangan semangat hidupnya ㅡChangbin yang bilang begitu.

Ia rindu lelaki bertahi lalat itu. Rindu suara menyebalkannya, rindu rengekannya, rindu pukulannya, rindu pelukannya. Ia rindu Samnya. Satu-satunya Sam yang Ia punya.

"Temui saja sih. Gengsi banget Lo."

Kepalanya menoleh mendapat perkataan cukup sarkas secara tiba-tiba dari sebelahnya. Seungmin duduk di kursi bar tepat di sampingnya dengan es kopi di genggamannya.

Chan menghela nafas berat, wajahnya la usap lelah. "Dia juga menghindar, Sky.” keluhnya sebelum menegak birnya. "Kalau ditolak gimana, Min?” tanya Chan putus asa. Seungmin tahu itu dari cara lelaki pucat itu memanggilnya dengan nama lahirnya, tandanya Ia benar-benar serius membutuhkan bantuan.

Seungmin menepuk bahu Chan dengan lembut. “Coba dulu. Hyunjin lagi bingung sama perasaannya, Chan.” ujarnya dengan senyuman teduhnya. Telapak tangannya masih sentiasa mengusap bahu lebar Chan, mencoba memberikan energi positif.

Botol bir itu la letakan diatas meja bar. Chan tersenyum tipis, “Thank you, Min.” ujarnya sebelum beranjak pergi dari bar tempat tongkrongan mereka.

Good luck, Chan.”

Keadaan Hyunjin tak jauh berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan Hyunjin tak jauh berbeda. Ia juga merasa tak nyaman dengan kehidupan barunya. Ia tak terbiasa untuk tidak menemukan wajah tampan berkulit pucat disaat la terbangun dari tidurnya. Ia hanya dapat melihat kamar kosong selama seminggu ini.

Hyunjin kembali tinggal bersama keluarganya. Ia masih membutuhkan waktu untuk menyendiri, dan tetap tinggal di apartemen berdua dengan Chan bukanlah hal yang tepat, maka hal itulah yang membuatnya kembali pulang.

“Chris, kangen.” lirihnya memandang langit- langit kamarnya tanpa minat. Pikirannya dipenuhi dengan kejadian dimana sang sahabat menyatakan perasaannya padanya.

Jujur, Ia bahagia karena Chan mencintainya lebih dari sekedar sahabat. Namun, Ia masih bimbang dengan perasaannya sendiri. Apakah Ia juga mencintai Chan atau hanya perasaan nyaman karena terlalu dekat.

Hyunjin meraih bantal untuk menutup wajahnya. Teriakan terbenam bantal keluar setelahnya. Ia membutuhkan hal itu agar perasaannya sedikit lega.

“Apa yang Lo lakukan, Sam?”

Keningnya mengkerut mendengar suara yang sangat familiar di indera pendengarannya. Bantal yang menutup wajahnya Ia singkirkan. Maniknya membola mendapati wajah Chan berada tepat di hadapannya.

Argh! Bangsat.” umpat Chan ketika mendapatkan pukulan kaget dari Hyunjin yang terkejut karena kehadiarannya. Untungnya lelaki itu memukulnya dengan bantalnya.

Hyunjin dengan segera duduk di atas ranjangnya begitu Chan bergerak menjauh setelah mendapatkan gebukan manis darinya. "Ya Lo ngapain? Kok Lo bisa di sini?” cerca Hyunjin dengan wajah masam.

Chan mendudukan tubuhnya tepat di samping Hyunjin. “Mau niduri lo. Mama Lo yang nyuruh Gue masuk.” balasnya dengan santai. Tubuhnya pun la baringkan di atas ranjang Hyunjin.

"Bajingan." desis Hyunjin meninju perut kokoh Chan sebal yang tentu saja menghasilkan ringisan dari sang korban. "Bercanda, Sam. Gue mau ketemu Lo. Hati Gue kangen sama Lo katanya."

Hyunjin tersenyum tipis, sangat tipis untuk Chan menyadarinya. Ia ikut membaringkan tubuhnya di sebelah Chan, menjadikan lengan Chan sebagai bantalnya. “Jijik. Keju banget. Tapi hati Gue juga bilang kangen Lo." balasnya tanpa menaruh perhatian pada lawan bicaraya.

Tak lama keduanya sama-sama terkekeh ringan akan perkataan masing-masing. Tangan Hyunjin memainkan jemari besar Chan yang berada di dekat kepalanya. Pinggang rampingnya direngkuh begitu erat oleh sang dominan.

"Chris,”

Hyunjin memandang jari-jarinya dengan pandangan kosong, “Apa Lo serius? Lo cinta sama Gue?" tanyanya setelah Chan menaruh perhatian sepenuhnya padanya.

Rengkuhan itu mengerat, Ia dapat merasakan hembusan nafas hangat di tenguknya. “Gak ada untungnya Gue bohong sama Lo, Sam.” balasnya dengan bisikan di ceruk lehernya.

Senyuman kecil muncul di wajah Hyunjin. Ia menolehkan kepalanya yang langsung bertemu dengan wajah Chan yang ternyata begitu dekat jaraknya. Manik keduanya bersitatap dalam, “Kenapa baru bilang?”

Chan tersenyum menawan, “Dulu Gue pecundang." balasnya pelan. Hyunjin tertawa pelan, “Sekarang?" tanyanya lagi dengan tatapan jenaka.

"Sekarang Gue keren. Keren udah bisa nembak Lo minggu lalu.” bisiknya penuh percaya diri sebelum menyatukan bibir keduanya dalam tautan penuh rindu.

” bisiknya penuh percaya diri sebelum menyatukan bibir keduanya dalam tautan penuh rindu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
torpe ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang