🍭Tragedi🍭

30 4 2
                                    

"Jika lo merasa ingin kesal ataupun marah. Lo bisa torehkan ke gue, jangan ke orang lain. Paham?"

- Reyhan -

Pelajaran olahraga di kelas XI IPA sedang mengadakan teori bola basket. Kebetulan, ini adalah teori kegemaran Alesia dari dulu hingga detik ini. Ntah kenapa, bola basket juga obat ketika dirinya berada di titik jenuh selain melakukan kegiatan menulis.

Ketika dia mengatur napasnya sejenak, dan mendudukkan dirinya di bawah pohon yang rindang. Tiba-tiba ada yang melempar bola basket ke arahnya. Kepalanya berdenyut, pandangannya juga sedikit buram.

Untung saja, Alesia anak yang kuat. Dia menatap orang yang melempar bola dengan sarkas, mengeluarkan mata elang yang sedari tadi tidak dia keluarkan. Detik ini, Alesia murka dan menghampiri para barisan cewek yang bermental bubur, lembek.

"Maksud lo semua apa? Mau buat tenar? Hello, bangun udah siang, mau tenar ko pake cara murahan kayak gini. Ngga modal tahu engga, sih," tukas Alesia dingin.

Cewek yang berbaris dan berisi empat orang itu hanya menatap Alesia jengah, dan yang ditatap hanya memasang wajah datar tidak lupa dengan mata elangnya.

"Gue hanya ingin balas dendam karena lo udah berani ambil Reyhan dari tangan gue. Gue benci sama orang yang udah berani rebut kebahagiaan gue, apa lagi soal cinta," ucap Hesti -- senior Alesia, yang kabarnya mendekati Reyhan hanya ingin menumpang ketenaran di SMA Angkasa.

"Kakak Hesti yang terhormat. Balas dendam karena gue udah ambil Reyhan dari tangan lo? Lo lagi engga mimpi, kan? tanya Alesia. "Lo itu terlalu berharap tahu ngga sih, dan yang lo harapin sama sekali ngga menggubris. Kasihan ya jadi lo," lanjut Alesia diiringi tawaan hambar.

Hesti yang sudah terlihat murka akhirnya menjambak rambut Alesia yang dikuncir kuda itu dengan kasar. Alesia yang dijambak hanya terdiam, jika Hesti melebihi 2 menit dari kegiatan menjambak, Alesia yang akan menampar pipi Hesti dengan keras.

Siswa dan siswi yang berada di daerah lapangan akhirnya melihat kejadian yang jarang sekali ada, bahkan tidak pernah. Adaa yang bersorak, tepuk tangan dan ada juga yang berani membuat video.

2 menit berlalu, Alesia yang geram dan terdiam akhirnya melayangkan tangannya ke udara. Membiarkan sejenak untuk tetap pada posisi itu, dan detik kemudian.

Plak!

Tamparan telak dan sangat mematikan hingga tangan membekas telah Alesia lakukan pada Hesti. Semua orang dikejutkan oleh perilaku yang Alesia lakukan. Bahkan, ada yang merasa iba kepada Hesti karena telah diberikan kekerasan. Tapi, ini semua juga salah Hesti. Alesia tidak akan memulai jika tidak ada yang memulainya lebih dulu.

Reyhan yang ada di ruang kelasnya juga berlari dengan cepat setelah mendengar kabar dari salah seorang temannya yang memberi kabar jika Alesia sedang bertengkar di lapangan. Reyhan tidak mau jika Alesia melakukan hal yang tidak sewajarnya. Reyhan tidak mau Alesia semakin dicap murid ternakal di sekolahnya.

Sebelum Reyhan sampai di lapangan. Ternyata sudah ada guru BK yang hadir di tengah kerumunan. "Sudah, ada apa ini? Kalian semua bubar atau akan ibu hukum?" perintah Bu Reni -- guru BK yang selalu paham dan mengerti apa yang Alesia rasakan.

"Alesia, Hesti. Kalian ikut ke ruangan saya." Alesia mengangguk dan mengikuti Bu Reni jalan. Sedangkan Hesti masih terdiam, dirinya takut jika Alesia mengungkapkan yang sesungguhnya. Ini bisa saja semuanya di luar rencananya.

Gua adalah GueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang