"Sampai kapan pun, gue enggak akan melepas Alesia. Karena gue udah janji buat dia bahagia, bukan terluka."
- Reyhan -
Selepas mengantar Alesia. Di tengah perjalanan, Reyhan dihadang oleh Vano. Seingat Reyhan, dirinya tidak berbuat salah kepada Vano, lalu apa sebabnya lelaki itu menghadang dirinya?
"Ada apa? Kalau ada urusan, lo bisa, kan, jangan hadang gue kayak gini," ucap Reyhan datar.
"Gue suka sama Alesia, Han." Ucapan datar dari Vano membuat Reyhan membungkam. Diam. Mencernanya dengan baik.
"Terus apa masalahnya sama gue kalau lo suka sama Alesia? Enggak ada, kan? Dasar bodoh udah habiskan waktu gue hanya buat bahas hal yang enggak bermutu kayak gini," tukas Reyhan lalu menaiki motornya.
Vano mencekal tangan Reyhan, kemudian menatap manik mata lelaki itu dengan tajam. "Gue mau lo jauhin Alesia demi gue. Apa kurang lo ambil Ummah dari kehidupan gue? Apa semua itu kurang, Han?!"
Reyhan melepas cekalan tangan Vano. Tersenyum miring kemudian dia kembali turun lagi dari motornya. "Sampai kapan pun, gue enggak akan melepas Alesia. Karena gue udah janji buat dia bahagia, bukan terluka," jawab Reyhan datar.
"Untuk apa lo buat Alesia bahagia? Lo suka sama dia? Iya, Han?" teriak Vano. "Kenapa setiap gue suka sama perempuan pilihan hati gue, lo selalu ikut," lanjutnya.
"Gue enggak tahu, kayaknya iya. Soal itu, gue enggak tahu, setahu gue lo itu benci sama Alesia. Lantas kenapa sekarang lo malah suka sama dia? Lo bodoh atau emang pura-pura bodoh?" Reyhan mengungkap semua cerita dari Alesia.
Vano berjalan satu langkah dan membelakangi Reyhan. "Dulu, gue emang benci sama dia, Han. Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata dia itu unik, pintar, menarik, dan semakin lama gue menaruh perasaan ke dia. Gue enggak tahu kenapa bisa secepat ini, yang gue tahu, Alesia itu perempuan yang sempurna."
"Gue harap, rasa suka lo sama Alesia bukan sekedar kagum seperti dulu lo sama Ummah," seru Reyhan.
Jleb!
"Dulu, lo berambisi mencintai Ummah. Sampai akhirnya Ummah terluka akibat semua pernyataan cinta dari lo. Lo tahu, Van? Saat lo lebih memilih pergi dari Ummah ketika dia terbujur kaku di rumah sakit, dia bilang ke gua, dia nyatain perasannya jika dia memiliki perasaan yang sama kayak lo. Sebenarnya, ada perasaan luka di hati gue, cuman gue tahu, perjuangan lo telah berhasil. Sampai di detik terakhir Ummah bernapas dia bilang sama gue, kalau dia akan mencintai lo sampai kapan pun, meskipun raganya udah enggak ada di dunia tapi hatinya masih ada buat lo.
"Gue harap lo paham sama yang gue ucapkan. Gue di sini hanya sebagai pemberi tahu, itu amanah dari Ummah sebelum dia pergi. Gue mau kasih tahu lo dari dulu, tapi emosi lo masih kalut bahkan lo benci sama gue. Tapi sekarang, waktu yang pas untuk gue kasih tahu. Ingat, Van. Perjuangan lo enggak sia-sia, cinta lo enggak bertepuk sebelah tangan. Kalian saling mencintai.
Mungkin, semesta enggak berpihak sama kalian berdua, makannya Ummah lebih cepat untuk pergi lebih dulu. Gue salut sama lo. Sampai Ummah bisa jatuh cinta sama lo. Di sini bukan gue yang beruntung, tapi posisi lo yang beruntung dicintai wanita seperti Ummah yang berhati emas." Reyhan menepuk bahu Vano yang masih terdiam akibat ucapan yang baru saja Reyhan katakan.
Gue duluan, Van. Ada hal yang harus gue selesaikan. Masalah Alesia, lo boleh kok suka sama dia, tapi gue harap lo paham sama perasaan gue sama Alesia. Jika gue suka sama Alesia, gue akan jaga dia, mulai hari ini, esok, bahkan selamanya," ucap Reyhan dan kemudian melajukan motornya.
Vano yang melihat kepergian lelaki itu hanya membungkam bibirnya rapat-rapat. Ini semua di luar dugaannya. Jika dia, kembali bersaing dengan lelaki yang dulu pernah mengambil wanita yang disukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gua adalah Gue
Romance"Alesia. Lo bisa enggak sih rubah penampilan lo sedikit aja. Jangan kaya gini, setidaknya, ya, berubah jadi perempuan yang modis dan berkelas lah. Jangan tiap hari yang lo pegang hanya bola basket dan laptop doang buat nulis. Yang mandang lo lama-la...