5. Ketika Valdo Memasak

136 17 11
                                    

'Halo?'

"Halo, Bang Marvin sibuk gak?"

'Mau apa Val?'

Valdo terkekeh, sosok yang dia ajak bicara memang tidak suka basa-basi.

"Laper gue."

'Intinya?'

"Vidcall bang, ajarin masak."

'...'

"Bang, tidur?"

'Delivery aja ya.'

"Gak ada duit, adanya cuma duit tabungan ini. Gak bakal gue ambilah."

'Cih.'

"Serius elah Bang, abanh tahu selama WFH gue malah boros banget masalah makan, jajan mulu."

Ya memang. Sejak negara-negara dunia disibukkan dengan Covid-19 dan Indonesia termasuk salah satunya, cara kerja sebagian orang memang berubah. Misalnya saja Valdo yang harus bekerja dari rumah, Nanda yang jam kerjanya dikurangi, atau Marvin yang diliburkan entah sampai kapan. Sebagian dari mereka kehilangan atau kekurangan penghasilan sementara biaya hidup tetap atau justru melonjak naik.

Omong-omong Marvin ada di rumah orang tuanya sejak beberapa hari lalu. Memilih pulang daripada tinggal di kontrakan tanpa penghasilan. Tabungan ada sih, untuk sehari-hari Nanda juga menawarkan untuk memakai uangnya dulu. Tapi sang ayah meminta Marvin pulang saja, beliau mengaku masih sanggup jika harus menanggung hidup si bungsu itu. Beruntung rumah Marvin sebenarnya tidak jauh, masih terletak dalam satu wilayah dan bisa ditempuh hanya dalam waktu setengah jam dengan motor. Lalu kenapa dulu dia memilih tinggal di kontrakan? Karena bujukan Valdo -- kakak dari salah satu mantan muridnya -- yang mencari teman dan karena jarak antara sekolah tempatnya bekerja dan kontrakan lebih dekat dibandingkan rumahnya dan kontrakan.

Kembali ke situasi saat ini dimana Valdo berada dalam usaha membujuk Marvin.

'Bang Nanda pulang jam berapa hari ini?'

"Jam lima palingan. Keburu laperlah."

Sejenak Valdo tidak mendengar apapun hingga akhirnya Marvin kembali bersuara.

'Ya udah, nyalain kameranya.'

*

'Itu minyaknya kebanyakan, kurangin.'

Valdo menurut, rusuh menuang sebagian minyak dari penggorengan ke mangkuk tempat minyak goreng dingin. Hampir saja wajan itu jatuh ketika Valdo kurang hati-hati. Di ujung sana Marvin yang mengamati semua gerak-gerik Valdo sudah mulai sport jantung. Tapi dia memilih tidak bersuara, takut akan membuat Valdo semakin bingung.

'Bawang putih cincangnya masukin dulu...'

Marvin terus memantau gerak gerik Valdo, beberapa kali berdecak saat Valdo menutupi pandangannya dari penggorengan.

'Masukin air Val.'

"Kok air bang?"

'Udah nurut.'

"Ok."

'Dikit aja Val!' Marvin memekik cepat.

"Gak bilang daritadi," gerutu Valdo yang membuat Marvin ingin melempar ponsel karena kesal.

'Udah gak papa, abis ini masukin saus tiram,' merasa situasi aman untuk sementara, di seberang sana Marvin mengalihkan pandangannya sejenak ke arah laptop, kembali meneliti ketikannya. Belakangan dia memang menjadi penerjemah untuk salah satu situs online. Lumayan untuk penghasilan di masa pandemi. Mengingat saat ini pekerjaan Marvin sebagai pelatih basket tengah tidak aktif.

RANDOM LINE (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang