.
.
.Happy Reading!
.
.
.Rajuang lagi-lagi tak bisa terlelap malam ini.
Ia sudah bosan menghitung berapa malam yang telah ia lewati tanpa memejamkan mata, justru berkelana bersama pikirannya ke negeri antah berantah. Namun malam ini, tubuhnya seakan berteriak hendak memberontak dari siklus tak sehat miliknya.
Lelah sekali rasanya, mungkin sebab kegiatannya sebagai tim pencari dana dalam bazaar tadi pagi.
Alhasil, tungkai ia paksa berjejak, menyeret tubuhnya turun dari atas pulau kapuk kesayangannya. Rajuang mengambil satu botol obat batuk untuk anak-anak, rasa jeruk kesukaannya, lalu menuangnya pada sendok kecil; tiga sendok, ia telan seketika.
Rajuang tak tahu kapan pastinya ia mulai ketagihan dengan obat batuk anak-anak. Baginya, obat itu dapat membantunya tidur lebih baik daripada obat tidur yang diberikan kepadanya selama beberapa tahun belakangan; sudah tidak mempan, sungguh.
Ia pun kembali melangkah dengan lunglai menuju pulau kapuknya, lantas merangkak meraih selimut serta bantal nan empuk. Berusaha menyamankan diri, bergelung di bawah selimut sembari memejamkan mata, berharap kelam akan segera membawakannya bunga tidur.
Rajuang dapat merasakan kedua kelopaknya kian memberat, seperti tertindih gajah, dan ia mulai menguap; tanda mengantuk.
Rasanya senang sekali, akhirnya, ia dapat mencicipi tidur yang berharga.
Namun sayang, ketukan bertubi pada pintu apartemennya membuat netranya sontak kembali terjaga.
'Sialan, orang gila apa?!'
Kesal Rajuang dalam hati pada siapapun manusia yang mengetuk pintunya dengan kurang ajar.
Awalnya, Rajuang tak berniat menggubris ketukan pada pintunya. Ia kira, hanya penghuni mabuk yang mungkin salah pintu. Namun ketukan itu tak kunjung berhenti, justru semakin menjadi; bahkan kini, ketukan telah berganti menjadi debuman keras.
Rajuang pun, sekali lagi, memaksa cagaknya untuk kembali tegak. Membawanya berjalan menuju pintu apartemennya dengan tergesa pun dengan segala kekesalan yang ia rasa.
Memaki ia dalam hati, hingga pintu pun ia buka, menunjukkan seorang lelaki dengan peluh membanjiri.
"ANJING, LO KOK BISA ADA DI DALEM?!"
Sontak kerut perlahan menampakkan diri pada dahi milik Rajuang. Belum sempat ia berkata-kata, pemuda asing di depannya itu sudah melontarkan makian padanya. Rajuang bukan seseorang yang penuh kesabaran, hingga kini paras ia rubah menjadi kaku; ia kesal."Lo jadi orang nggak pernah diajarin sopan santun?" Diucap dengan nada paling menusuk jua tatap penuh kesal.
Pemuda asing, orang bodoh, di depannya ini jelas-jelas harus diberi pelajaran soal tata krama. Pemuda asing itu lantas berkerut dahi, menampilkan ekspresi tak kalah kesal dari milik Rajuang.
"Jawab pertanyaan gue,
lo kenapa bisa ada di dalem?
Ini kamar gue!"
Diucap tak kalah menusuk, bahkan pemuda itu telah pasang wajah sungguh tak bersahabat. Kedua kuasa ia lipat depan dada, buat Rajuang kian jengah melihatnya.Rajuang mendengus sebab rasanya, perutnya seperti digelitik tatkala kedua rungunya mendengar cakap pemuda bodoh, yang rupanya benar bodoh, itu.
'Kamarnya? Geez, yang benar aja!'
Kendati pemuda di depannya, ternyata, sedikit lebih tinggi darinya, Rajuang tak gentar menghadapi si bodoh. Belum lagi, melihat tindak tanduk sang pemuda yang seperti tak menyadari kebodohannya sendiri.
"You massive idiot," maki Rajuang, "mending sekarang lo pergi jauh-jauh dari pintu ini sebelum gue panggil satpam!"
Rajuang tak main-main, sungguh ia akan memanggil satpam yang berjaga di bawah untuk menyeret pemuda ini pergi bila ia memaksa untuk tetap mempertontonkan kebodohannya di hadapan Rajuang.
Ia tak tertarik, sungguh yang diinginkannya hanyalah malam yang tenang agar kepalanya bisa tidur. Bukannya pemuda aneh dengan isi kepala yang mungkin telah lama kehilangan otaknya.
Namun pemuda aneh, bodoh dan tolol, itu sepertinya tak dapat membaca situasi bila kemampuan Rajuang untuk tetap sabar tidaklah sehebat itu.
Alih-alih menyingkir atau segera angkat kaki, pemuda itu justru kian tegao berdiri; seolah hendak buat diri terlihat kian besar. Tidak tahu 'kah ia, jika Rajuang sungguh tak peduli pun gemetar.
"Dengerin, gue tanya sekali lagi, lo kenapa bisa ada di kamar gue, hah Kalau lo nggak mau jawab, gue patahin hidung lo!"
Rajuang pusing, kepalanya nyaring berteriak. Mungkin, sebab ia belum tidur sejak entah berapa malam, belum lagi dengan pemuda tolol yang kini mengancam untuk memberi pukulan pada parasnya."Sekarang gue tanya, kamar lo nomor berapa?" Tanya diucap sarat akan amarah yang mulai menumpuk, mengikis kesabaran Rajuang yang, sesungguhnya, tak seberapa besarnya.
"Kalau sampai ini emang kamar lo, silakan tonjok gue. Kalau lo ternyata tolol, i'll hit your bloody face!"
Rajuang bersungguh-sungguh atas setiap kata yang terucap dari bibirnya, walau ia tak pernah menyukai apapun yang berhubungan dengan kekerasan, kali ini adalah pengecualian; akan dengan senang hati ia merusak angkuh sang pemuda di hadapannya dengan satu kepal tangan.
Dan Rajuang tak perlu lama menanti untuk segera membuktikan ucapannya, sebab dapat ia lihat, benik netra milik si pemuda bodoh itu bergerak tak pasti. Perlahan, angkuh pada paras miliknya pun melebur; hilang entah kemana.
Satu kuasa sang pemuda bodoh itu kini sibuk mengusap lehernya, sebelum akhirnya ia pamerkan sederet gigi, yang sungguh, membuat Rajuang kian meletup-letup.
"O─Oh.. Kamar gue di sebelah lo ternyata sorry, sorry gue sa──
'BUGH!──BANGSAT!"
Rajuang tak peduli akan apa yang akan menjadi kelanjutan cakap si pemuda tolol itu, satu kepalan tengan telah dengan, sangat, senang hati ia berikan pada paras menyebalkan si pemuda."Naff off!" maki Rajuang, sebelum menutup pintu apartemennya keras-keras. Penuh dedikasi untuk meluapkan segala emosinya pada si pemuda asing yang kini tengah mengaduh dan mencercanya karena telah memberikan tinju pada wajahnya.
Akhirnya, ia bisa kembali mencoba untuk tidur, kendati kebas satu tangannya kini.
.
.
.
Next?
.
.
.Hi? Aku nggak tau sebenernya ada yang baca tulisan ini atau enggak, 'toh aku menulis di sini hanya karena ingin menulis dengan segala kekuranganku (huhu) dan sayang banget sama Hyunlix (dan seluruh anak Stray Kids lainnya 🤧 ). Kalau ada yang membaca ini, boleh tolong tinggalkan jejak berupa komentar atau vote-nya? Kritik dan saran pun akan sangat aku terima!
Terima kasih, ya. Jangan lupa jaga kesehatan, siapapun kalian. 👋
─Nunu.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
FanfictionHYUNLIX LOKAL! AU Rajuang Dwiratno tak akan menyangka bila kedatangan pemuda 𝘣̶𝘰̶𝘥̶𝘰̶𝘩̶ bernama Ghifar sebagai tetangga barunya dapat mengubah layar monokrom pada hidupnya menjadi sebuah jurai pancarona.