.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
"Lho, tatonya dicolong kucing?"
Pintu apartemennya baru saja tertutup rapat, tatkala satu tanya keheranan menyapa kedua rungunya. Tak perlu banyak berpikir untuk menebak siapa empunya suara, Rajuang sudah hafal betul, itu milik Ghifar.
"Ngaco lo, Kak, gue tutupin aja ini," balas Rajuang sembari beri satu usap pada tengkuknya.
Ia merasa sedikit tidak nyaman lantaran Ghifar yang sibuk mengamati rupa miliknya yang sedikit berbeda.
Sejak insiden dirinya, dalam wujud perempuan, dan Ghifar yang bertelanjang kaki, hubungan mereka jelas membaik. Setidaknya, Rajuang tidak lagi memanggil Daneswara muda itu dengan sebutan tolol atau ucap kasar lainnya.
Bahkan, sebutan Kak ia sisipkan tanpa canggung sekarang. Tak mau jadi orang yang tidak tahu sopan santun, mengingat Ghifar memang lebih tua darinya satu tahun.
"Kok tumben?"
"Mau ke gereja, Kak."
Kemeja putih dengan aksen hitam pada kerah, rapi terkancing benik yang berjajar di depan tubuh. Penampilan yang hanya akan melekat pada Rajuang tiap Minggu datang menjemput dan Tuhan memanggilnya untuk datang bersua.
"Gereja lo di mana, Ju?
Jangan bilang GBI PRJ..""...Iya, Kak,"
"Kita satu gereja, dong, hahaha.
Ini gue juga mau ke sana,
lo naik apa?""Motorlah, masa gue jalan kaki?"
Selepas satu cakap sarat akan nada jenaka Rajuang udarakan, kekehan milik Ghifar mulai terdengar memasuki kedua rungu miliknya.
"Eh, mending bareng gue aja? Kebetulan, habis ambil mobil dari bengkel kemarin,"
Dasar, modus.
Beberapa detik waktu Rajuabg buang untuk menimbang tawaran yang diajukan.
Satu sisi Rajuang berkata untuk beri gelengan kepala, menolak ajakan Ghifar karena tak ingin merepotkan. Ditambah dengan fakta bahwa, sebenarnya, ia merasa sedikit aneh bila dekat dengan Ghifar.
Rasanya aneh, Rajuang tidak bisa menggambarkannya. Tapi, ia sedikit suka. Mungkin, banyak? Entah, ia tidak paham.
Ini seperti warna baru.
Namun sisi lainnya berkata untuk beri anggukan kepala, mengiyakan tawaran Ghifar karena bukankah sungguh lumayan, tidak perlu repot-repot membawa kendaraan memecah hiruk-pikuk Jakarta?
"Juang?"
Tersentak, lamunnya pecah.
"Eh──sorry, Kak."
"Untung nggak jadi maung,"
"Tai,"
"Canda, Ju, sensi amat.
Jadi, gimana? Mau bareng gue
atau panas-panasan sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
FanficHYUNLIX LOKAL! AU Rajuang Dwiratno tak akan menyangka bila kedatangan pemuda 𝘣̶𝘰̶𝘥̶𝘰̶𝘩̶ bernama Ghifar sebagai tetangga barunya dapat mengubah layar monokrom pada hidupnya menjadi sebuah jurai pancarona.