сегиз ✿ 8

41 9 3
                                    

(Jujur gw ga terlalu suka sama lautan ㅠㅠ)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Jujur gw ga terlalu suka sama lautan ㅠㅠ)

Bahkan sebuah gulali dapat menjadi pahit sekarang ini. Kapanlah saatnya Karin menjadi berguna? Masa iya. Hongjoong hanya menyampaikan ulang pembicaraanya dengan Pangeran Basilius dari Netherland empat hari yang lalu, dan keeseokannya Karin langsung sakit?

Hongjoong juga. Bukannya menyelesaikan segera masalah yang ada, dirinya malah kembali ke Egiz. Kecil kemungkinan dia mengadu. Namun sekarang Karin bisa apa?

Tiap empat jam dirinya mendapatkan laporan kasus baru. Mau tidak mau, tubuh yang lemah tak berdaya itu dipaksakan berjalan menuju ruang pertemuan di sayap selatan.

Tiga sosok penting tengah duduk disana. Secangkir teh ada dipangkuan ketiganya. Para pria itu memasang raut serius walau kelihatannya santai. (hah?) Satu diantara ketiganya, Kepala Penjaga. Dia terlihat lebih banyak mendengarkan dibanding berbicara. Antara tidak paham atau mengerti suasana.

Tangga yang berundak-undak membuat kesan indah. Namun menjadikan orang sakit sulit untuk berjalan. Karin kini bimbang, entah ingin mengutuk si arsitek, atau bersyukur karena tampangnya menyejukan ruangan.

Dan sebenarnya, ruang pertemuan ini tidak cukup memberikan privasi untuk penggunanya. Sofa-sofa impor berkualitas tinggi itu di tata di atas karpet tepat beberapa meter setelah tangga berakhir. Ada sebuah jendela besar mengarah ke gerbang depan istana untuk jalan masuk cahaya matahari. Tak bisa dikatakan ruang pertemuan bila terbuka semacam itu. Haruskah diganti menjadi 'pojok diskusi'?

Jika bukan karena sakit kepala, Karin sudah mengajak ketiga pria dengan umur matang itu pindah ke ruang rapat yang lebih tertutup. Pasalnya salah satu diantara ketiga pria ini adalah orang asing. Perawakannya macam seorang pedagang asongan yang menjajakan bunga anggrek dengan harga mahal.

Topi kebun, sarung tangan. Mengapa pula dia masih memakai benda-benda itu walaupun sudah di dalam ruangan?

"Yang mulia!" Kepala Penjaga menjadi orang pertama yang berdiri menyadari keberadaan Karin. Dua yang lain menyusul. Untuk si pedagang itu, dia harus berbalik dulu.

"Baiklah, apa yang perlu dibicarakan? Dan... bisakah lain kali kita bicara di ruang rapat saja? Saya rasa ruang pertemuan akan berganti nama menjadi 'pojok diskusi'" Karena tidak ada kuasa, ketiganya hanya meringis. Seorang pria yang disinyalisir seorang detektif menggaruk tengkuk dan lengan yang terbalut jaket parkanya.

Karin duduk di sofa tunggal, menandakan bahwa dirinyalah penguasa disana. Karin mendengarkan cerita dari tukang antar barang(mari kita sebut itu) ini dengan seksama. Sesekali dia mengangguk jika memahami suatu bagian. Namun ada bagian, dimana Karin merasa agak janggal.

Menteri Perdagangan memanglah memiliki banyak koneksi, sehingga membuatnya selalu berhati-hati dalam bertindak agar tak ketahuan oleh pihak luar yang tidak sengaja melihat.

Servant Of The OceanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang