Bagian 1

48 7 0
                                    

"Aku rasa- jika terlalu banyak memendam sesuatu, tidak akan berdampak.
Tapi kenyataanya;
Menyesakan;
Memuakan;
Memajemukan.
Terkubur dalam lubang hitam tak berpenghuni.
Bergulat dengan segala sesak yang menggerayami.
Berteriak secara lirih berharap akan belas kasih." - Magenta Cloudy Aulia

HAPPY READING LUX🕊 ✨
---

"De, kira-kira kamu bakal mau masuk sekolah di Bandung yang mana?" Ranti. Perempuan agak muda itu mamah Genta.

"Hmm, gatau ni mah aku belum nyari referensi hehe" Genta menyengir bikin Ranti geleng-geleng kepala
. Padahal, dia sudah memberi waktu yang banyak untuk putrinya mencari sekolah baru.

"Kumaha kamu mah gen, kan mamah udah bilang cepet carinya keburu si papah bertindak. Buru turun, makan bareng" Omel Ranti kepada anak satu-satunya itu.

"Pah, mahhh" Pangilan Genta langsung membuat Hanif melirik.

"Ada apa?!" Hanif dengan nada sinisnya.

fyi laki paru baya didepan ini adalah papahnya Genta, yang kerjaanya marah-marah mulu. Hanif ini lebih tua umurnya dibandingakan dengan Ranti, mamahnya.

"Aku udah milih buat masuk Sma Wirga Kencana deh di Bandung" Ucapnya seraya beraut sedu untuk meluluhkan hati papanya.

"Ga. Kamu harus masuk Smk papah ga mau tau, papah sudah mencarikan Smk yang bagus di Bandung buat kamu genta".

"Mas udah lah biarin dia masuk sekolah seperti kemauannya. Kasian loh itu dia dikengkang mulu ama kamu nif" Bujuk Ranti yang merasa sangat kasihan pada sang putrinya ini. Namun yang bisa dilakukanya  hanya membuat Genta bersabar, bersabar dan turus bersabar.

"Kalo kata aku tidak ya tidak Ranti. Nurut ajah si kalo papah suruh, ngeyel banget dibilangnya" Hanif sinis.

"Papah tu emang ga bisa ya bikin aku bahagia, aku mau itu dilarang, Aku mau begini dilarang. Aku udah berusaha sabar ya ama papah, tapi apa??? Papa selalu melarang aku! Tadi papah bilang apa?ngeyel haha. Selama ini aku ngapain ajh pah?" Genta sangat marah, sampai air matanya tidak sanggup untuk ditahan lagi.

"Pokoknya aku benciiii sama papah!! pernah papah ngasih aku kesempatan? Ngasih aku pilihan buat milih? Engk kan?!hiks hikss".

"Aku sempet mikir apa bedanya aku sama hewan sama robot yang selalu dipaksa kerja sama pemiliknya pah yang selalu nurut, diem meskipun mereka itu udah lelah?! Aku capek pah hiks hiks hiks!" pekik genta membuat Hanif tertohok diam dimeja makan. Hanif merasa perkataan Genta benar.

Hanif telalu mengengakangnya, membatasi semua yang Genta mau dengan alasan untuk masa depan Genta. Genta sendiri saja tidak tau apa masa depan yang papahnya maksud ini.

Katanya "Mending kamu nurut ama papah Genta. Ini demi masa depan kamu"

Yang tadinya Genta diruang makan pun berlari kekamarnya meningalkan Ranti dan hanif, dia capek. Sungguh, merasa sesak dikengkang seperti ini.

"Hiks kenapa si, kenapa hidup gue harus gini. Gue capek hiks padahal gue udh sabar, tapi ga bisa. Gue benciii gue ama diri gue sendiri pokoknya!!! Hiks hiks" .

Ya tuhan, Genta benar-benar tidak habis abis pikir, sampai-sampai dia marah pada dirinya sendiri. Kenapa si dia hidup jika banyak kengkangan kaya gini. Terus saja diginiinkan, Seperti kerbau yang capek tapi lagi-lagi hanya bisa menurut.

Genta sudah mengabisin 2 hari dikamarnya. Bahkan dia tidak keluar, karena tau papahnya pasti ada dirumah. Huftt!!.

"Gen!! Buka Gen ayo kita makan dulu kamu belum makan-makan udah 2 hari lohh. Gen!!! Genta!!" Teriakan Ranti dari luar kamar membuat Genta terperanjat terbangun dari tidurnya.

J A W B R E A K E RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang