Bagian 5

24 2 1
                                    

Perhatian!!!
Part ini banyak kata-kata non baku
Dan banyak bahasa sunda kalo ada yang kurang mengerti komen yap!!



Happy reading!!!

-

------

Sudah beberapa Minggu Genta sekolah di Wiken, mereka ber8 semakin dekat. Genta juga sepertinya sudah mulai menerima mereka namun hanya masih sedikit rasa cangung didirinya. Selama sekolah di Wiken, banyak yang tidak menyukai Genta dan teman-temannya apalagi kakak kelas yang merasa bahwa dia dan yang lain penguasa di Wiken. Sedangkan kita yang jadi bahan olokan hanya memilih untuk terdiam berpura-pura tidak mendengar.

Karena pelajaran Matematika yang menguras banyak pikiran, mereka ber8 memutuskan untuk ke kantin Emak biasa mereka nongkrong disekolah yang letaknya paling ujung.

"Rek mesen naon?" Tanya Fifi.

"Biasa deh, mie Aceh ama es lemon" Pinta Tatan.

"Yang lain sama apa gimana? Mau gue pesen ni" Ujar Fifi.

"Geus he'eh saura keun bae fi" Jawab emput dan mendapat angukan dari yang lain.

"Emak! Punten, pesen mie Aceh jeung es lemonna 8 mak" Pinta Fifi pada ibu kantin. Mereka memangilnya emak karena ibu kantin ini sudah memiliki 2 anak dan cucu.

"iya neng! Sakejap nyak!" Sautnya.

Sengol Pinka pada Genta "Eh Gen"

"Hm?"

"Lo pas itu ditarik kak Johan? Kenapa dah, lo kenal dia?" Tanyanya kepo sontak membuat teman-temanya mentap Genta penasaran.

"Iya Gen, lo kan anak pindahan baru disini" Ikut Tatan bertanya.

"Hmm, mungkin Kak Johan kakaknya Genta. Iya ga Gen??" Selidik Najmi pada Genta.

"Sotoy anjing!" Sarkas Sesil sambil menyonyor dahi Najmi.

"wkwkwk tau ya sotoy banget dah lo Naj" Ujar Caca.

"Naj kamu anaknya siapa si?" Emput.

"Anaknya Bapak hj. Sukendar . Spd" ucapnya seraya tersenyum bangga.

"Bapaknya sarjana Hukum, Emaknya orang karton lah kenapa gini si bentukan anaknya? Heran. Balik kaditu anying!" Usir Fifi tidak percaya membuat teman-temanya tertawa.

"FIFI! JAHAT YA KAMU" seru Najmi tidak terima.

Genta yang mendengar celotehan teman-temannya itu hanya memutar bola matanya.

Sampai akhirnya, datang emak membawa banyak mangkuk dibantu oleh anaknya. Anak kedua emak itu bernama Ningsih, usianya mungkin hampir setara dengan Genta dan teman-temannya, dia juga cantik. Bahkan, banyak cowo-cowo Wiken yang nongkrong disini hanya untuk mengodanya.

Ningsih putus sekolah akibat emak tidak punya uang untuk membiayainya jadi, dia membantu orang tuanya berjualan di kantin sekolah.

"Punten neng, ini mie ama es lemonnya" Emak sambil tersenyum.

"Ish emak. Nuhun mak" Balas Sesil sambil mengambil alih nampan ditangan emak disusul oleh Ningsih menaruh banyak gelas dimeja.

"Sami-sami neng. Emak tinggal ya, kalo butuh apa-apa sok pangil emak" titah emak.

"Enyak mak, siap" Jawab Fifi seraya mengancungkan jempol.

Seperti biasa mereka melanjutkan seputar obrolan tidak bermutu. Mulai dari membicarakan guru kimia yang tampan seperti oppa korea, kakel cogan, rencana nyeblak di Sallu, ngegibah orang lah. Pokoknya apa saja dibahas, sampai kadang-kadang terjadi adu argumen mengunakan urat seperti di perkumpulan para perdana mentri kerjaan Johnson.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

J A W B R E A K E RTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang