Rasanya masih seperti kemarin, kami berbincang di tengah keramaian kantin. Lengkap dengan berbalut seragam putih abu-abu. Tenggelam dalam topik pembicaraan perihal universitas pilihan masing-masing yang meninggalkan rasa khawatir berlebih.
Kirino, kakak kelas satu tahun di atasku. Secara tiba-tiba mengirimkan pesan singkat bernada sok akrab melalui salah satu aplikasi dengan ikon berwarna hijau itu pukul sebelas malam tepat, ketika aku baru saja menyelesaikan tugas matematika yang mampu menghabiskan satu lembar kertas folio.
Hari-hari berjalan dengan begitu manis. Hatiku berhasil ia menangkan di penghujung tahun pertamaku berstatus sebagai seorang siswi SMA. Kirino selalu menyambangi kelasku selepas jam pelajaran ke empat, ketika kami semua sedang istirahat.
"Kamu besok mau kuliah dimana?" Tanyaku pada laki-laki yang tengah sibuk dengan satu piring siomaynya.
"Sastra Jepang. Aku mau nyoba jalur SNMPTN," jawabnya dengan mulut penuh.
"Banyakkin sholat, Kirino. Jangan ngelayap terus,"
"Tiap Jumat aku Jumatan."
"Terserah deh. Masih disini kan? Nggak jauh-jauh?" Aku kembali bertanya.
"Nggak. Kalo jauh-jauh nanti ribet kangennya berbayar," kelakarnya.
Waktu terus berputar. Membawa kami pada masa-masa transisi menjadi dewasa. Kirino dan aku sudah resmi menjadi mahasiswa. Menungguku untuk menyusulnyaㅡwalaupun kami berada di fakultas yang berbedaㅡmembuat Kirino kala itu tidak henti-hentinya mengirimkan serentetan penyemangat setiap malam ketika aku sibuk berkutat dengan soal-soal latihan SBMPTN.
Petang itu di tengah kesibukkan evaluasi acara jurusanku, sosok laki-laki yang menjabat sebagai ketua pelaksana, Bayu namanyaㅡternyata teman Kirino di kostㅡmenghampiriku dan memberi sebotol air mineral dengan kertas kecil yang menempel disana.
"Semangat, Ra! Dikit lagi kelar,"
"Makasih, Kak. Kak Bayu semangat juga!"
Bayu tersenyum hangat.
"Abis ini lo dijemput Ino?"
"Iya. Dia habis ngasdos katanya sekalian."
"I see. Oh iya, jangan lupa ya besok latihan paduan suara buat tugas di Gereja minggu depan."
"Siap! Besok gue bakal dateng."
Laki-laki itu lantas berjalan meninggalkanku ditengah lorong dengan masih menggenggam botol air mineral utuh itu. Kembali merenung dan menghubung-hubungkan fakta yang masih abu-abu. Antara Kirino denganku. Tentang perbedaan yang begitu kontras ditengah-tengah kami.
Kembali bersama Kirino tanpa adanya penghalang seperti ketika aku masih duduk di bangku kelas dua belas, tak serta merta membuat semuanya berjalan dengan mulus. Kesibukkan dan perbedaan diantara kami tak jarang memercikkan toksin yang terkadang justru merusak diri kami sendiri.
Hingga seseorang datang. A good poison burst as a remedy between Kirino and me.
ㅡ
hi everyone! jadi im back with a new book(lagi-lagi sama anak-anak sklokal, yey) (padahal yang satunya belum kelar, hehe). sebenernya ide ini udah ada sejak akhir tahun 2019 lalu. tapi baru ada niat buat merealisasikannya sekarang. pun itu pakai segala pertimbangan yang susah juga. soooo without further ado, enjoy the book!❤ㅡxoxo, alettara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elixir
FanfictionA good poison burst as a remedy between Ara and Kirino. All names credit to eskalokal on twitter.