6

223 47 4
                                    

Kirino

"Kirino, Bab 1 kamu ini kurang mendalam. Nanti waktu sidang kalau kamu ditanya-tanya, apa yang bisa kamu lakukan buat menjawab pertanyaan?"

"Baik, Pak. Nanti saya tinjau ulang,"

"Ini masih agak kurang mengacu ke judul kamu. Coba kamu tambahin lagi dari sumber lain,"

"Sebentar, saya catat sekalian, Pak."

"Cari-cari jurnal online saja biar lebih kredibel,"

"Sudah saya usahakan, Pak."

"Saya yakin kamu bisa, No. Kamu ini kan asisten dosen. Sekalian kamu coba tanya-tanya sedikit sama dosennya."

"Baik, Pak. Terimakasih atas bimbingannya,"

Terik matahari langsung menyambut ketika gue menginjakkan kaki keluar dari ruang Pak Barata, dosen pembimbing gue itu. Benar-benar bimbingan yang bikin gue pusing parah.

Rasanya sekarang gue ingin mendinginkan diri di kamar dan rebahan. Di tambah meminum es buah segar yang dibeli di warung deket kostan. Atau nonton series rekomendasi dari Ara yang masih menggantung.

Tapi sayangnya itu cuma jadi angan-angan gue saja dengan kata lain habis ini gue masih harus mengajar satu kelas. Skripsian bukan berarti gue libur jadi asisten dosen.

"Habis bimbingan, No?" Tanya Galang yang lagi duduk di depan ruang sekretariat.

"Ya menurut lo aja deh, gimana muka gue kalo kayak gini?" Jawab gue sambil mendudukkan diri.

"Kalo muka lo kusut kayak tumpukan baju di kamar gue sih, iya," sahut Dano yang duduk di sebelah Galang.

"Sembarangan aja lo, Dan. Kalian pada gimana nih progress nya?" Gue menyandarkan badan pada pilar-pilar selasar.

"Ya gitu lah pokoknya. Gue udah mau Bab 2 sih," Javier menimpali.

"Cepet bener lo, Jav. Pake jalur mana, Pak?" komentar Galang sewot.

"Jalur tiga, perempatan belok kanan," gue memejamkan mata dan berujar dengan asal.

"Yeee, kocak lo, No. Masih waras nggak sih Bab 1 lo masih gitu-gitu aja?" kelakar Dano yang membuat gue membuka mata.

"Mulut lo, Dan. Kagak ikut dikuliahin," balas gue dengan tertawa.

"Gue kadang ngeri-ngeri sedap sih. Ino anak SNMPTN, IPK nggak pernah dibawah 3.8, asdos lagi. Tapi Bab 1 masih gini-gini aja," celetuk Galang tiba-tiba.

"Tetap menyerah, jangan semangat, Lang kalo kata temen kostan gue," gue berujar enteng yang langsung di lempar bungkus pilus sama Galang.

Jam setengah dua siang begini memang waktu yang terbaik buat duduk santai-santai setelah melewati padatnya waktu beraktivitas di pagi hari. Mau bagaimanapun, tenaga kita pasti sudah terkuras habis dan mencapai limitnya di jam-jam ini.

Pasti rasa kantuk datang menghampiri sekitar jam satu hingga tiga sore. Kalau bisa digambarkan, mungkin otak kita sudah mengeluarkan asap yang mengepul-ngepul akibat berpikir terlalu berat. Karena memang pada jam-jam itu tubuh membutuhkan waktu untuk mengistirahatkan diri sebentar. Tidur selama setengah jam saja sudah cukup untuk memulihkan energi kembali.

"No, bangun dah. Jam 2 nih, katanya lo mau ngasdos," Javier menggoyang-goyangkan tubuh gue pelan. Mengembalikan gue ke dunia nyata setelah bermain-main sebentar ke alam mimpi.

"Buset, cepet banget. Makasih, Jav. Gue duluan dulu ya," pamit gue kepada mereka bertiga yang kebetulan memang tidak ada kelas setelah ini.

Sebenarnya gue juga nggak ada kelas lagi setelah ini. Seneng bukan main pasti rasanya, bisa pulang ke kost dan mengerjakan skripsi atau sekadar santai-santai menganggu penghuni kost yang nggak ada jam kuliah. Tapi gue justru punya tanggungan berat, menggantikan dosen gue mengajar karena beliau ada kunjungan ke Bali.

ElixirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang