Haera Pov
Nada bicaranya terdengar begitu menggemaskan.
Entah kenapa dia menjadi seperti itu. Aku tidak bisa menahan tawa penuh pujaku. "Sayangnya aku harus segera bersiap."
"Liburlah hari ini." Joshua menumbuhkan kecupan di bibirku.
"Tidak bisa, sudah kukatakan hari ini aku ada meet—"
"Tidakkah kau ingat hari ini hari apa?" dia memotong kalimatku, terlihat gemas.
"Minggu, wae?"
Dahiku berkerut ketika tiba-tiba Joshua melepas pelukannya dan menarik selimut hingga kepalanya. Apakah aku salah?
"Ya ampun, kau marah denganku Tuan Hong?"
Tidak ada sahutan.
"Shuaaa." Aku menepuk-nepuk lengannya, masih tidak ada jawaban.
Terkadang aku heran bagaimana bisa si menyebalkan dan kekanakan ini bisa menjadi idol.
Namun tidak ku pungkiri, dia sangat menggemaskan.
Kutarik selimutnya dengan perjuangan agar bisa melihat wajah tampannya yang kini menatapku kesal. Ekspresinya benar-benar membuatku tertawa.
Ku kecup dahinya sebelum beranjak dari tempat tidur.
"Aku akan memasak sebelum mandi" ujarku sembari mencepol rambutku asal.
Kusempatkan menggosok gigi dan mencuci muka, sebelum kedapur aku pergi ke kamar Seungchol oppa yang sedang tertutup itu.
tokk.. tokkk..
Tidak ada jawaban.
"Dasar kebo semua, kukira sudah bangun" gumamku.
Kemudian kubuka knop pintu kamar Seungchol Oppa. Terlihat Oppaku sedang tidur merangkul guling dan di sebelahnya, Dino sedang bermain game dengan memasang earphone di telinganya. Pantas saja tidak dengar saat aku masuk.
"Oh Haera nuna, ada apa?" kemudian Dino mematikan ponselnya dan melepas earphonnya itu.
"Dino-ya, cepat mandilah setelah itu sarapan. Jangan lupa bangunkan Seungchol oppa." ujarku pada Dino, kini dia masih di atas kasur empuk.
"Nee, nuna apakah kau akan pergi bekerja?"
"Setelah ini aku kan berangkat bekerja. Tolong jaga Joshua, kemungkinan aku akan pulang lebih awal. Jangan bilang padanya, dia masih marah memintaku untuk libur."
Memang sangat kekanakan sekali kekasihku itu. Hari ini aku juga ingin mengerjainya, huft aku sangat gemas jika melihat wajahnya yang kesal itu.
Setengah jam kemudian, ketika aku sedang sibuk menumis daging, sebuah lengan memelukku dari belakang. Aku sempat terkejut namun sedetik kemudian kudalati wajah tampan yang masih berekspresi marah milih Joshua di atas bahu kananku.
Sambil tersenyum geli kembali kualihkan padangan pada tumisanku, "Kupikir seseorang sedang marah padaku."
"Memang."
"Lalu kenapa memelukku?"
"Marah dan memeluk tidak ada hubungannya."
"Yah tapi dua kata itu punya arti yang sangat bertolak belakang Tuan Hong pemarah"
"Jangan bicara padaku, aku sedang marah."
"Ah yah, maaf aku lupa. Lanjutkan saja marahmu kalau bagitu."
Dengusan sebal Joshua adalah terakhir kali ku dengar sebelum akhirnya dia diam. Sejujurnya aku lebih memilih dia mengajakku bicara karena dengan begitu dia tidak akan seperti saat ini. Membuatku tidak bisa fokus dengan masakanku sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie Again - Joshua Hong
Romance" Setiap orang pasti memiliki kekurangan masing-masing. Tidak ada satu pun tidak ada manusia yang sempurna. Alasannya sederhana, karena menjadi sempurna itu terlalu membosankan" - Choi Haera "Karena kita bersama, aku mampu tersenyum dan karena dirim...