BRUUUKKK..
Gray menoleh. Sudah satu jam yang lalu dengan tenang ia membaca di perpustakaannya Mary dan kini harus terusik dengan sebuah suara yang cukup keras. Dilihatnya bertumpuk-tumpuk buku tergeletak di lantai dengan tak beraturan. Sedangkan di sampingnya ada sebuah tangga dan Mary terlihat menuruninya. Apa yang baru saja ia lihat tersebut Gray tahu bahwa Mary menjatuhkan buku-buku itu.
Gray membalik novelnya tanpa menutup halaman terakhir yang ia baca ke atas meja agar ia bisa melanjutkannya lagi. Kemudian ia beranjak dan membantu Mary memunguti buku-bukunya.
"Akh, maaf, Gray. Aku mengganggu waktu membacamu," ucap Mary tanpa berhenti menata buku yang berserakan menjadi satu tumpukan yang rapi. "Kau... tidak perlu membantuku," lanjut Mary setelah tidak ada jawaban dari lelaki tersebut.
Gray tetap tidak menyahut dan tetap membantu Mary menata buku. Namun kegiatannya segera terhenti ketika ia melihat sebuah gambar di salah satu buku yang terbuka. Gambar tersebut telah menyita perhatiannya. Karena penasaran, ia mengambil buku itu dan mengamatinya.
Mary memperhatikan buku yang diambil Gray. "Itu namanya bunga kebahagiaan," ia memberitahu karena tampaknya Gray belum pernah melihatnya.
"Bunga kebahagiaan?" Gray mengernyit. Belum pernah ia dengar sebelumnya nama bunga kebahagiaan. Dan nama tersebut terdengar aneh di telinganya.
"Itu bunga langka, Gray. Hanya di Mineral Town saja tumbuhnya. Ayahku baru saja menyelesaikan penelitiannya terhadap bunga tersebut. Kau tahu? Butuh dua puluh tahun ayah menyelesaikannya," jelas Mary.
"Benarkah?" Gray tampak tak percaya. Namun saat dilihat sampul buku tersebut masih baru, ia tak heran lagi. Gray membolak-balik halaman. Sebuah tulisanpun menarik perhatiannya.
Bunga Kebahagiaan adalah bunga kesukaan Dewi Panen Mineral Town. Jika kau melemparkan bunga tersebut ke kolam air terjun dan Dewi Panen muncul, apapun permintaanmu akan terkabul.
Gray menautkan kedua alisnya. Ia tertawa kecil dan sama sekali tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya.
"Ini fiksi yang menarik. Tapi aku lebih suka membaca novel," ucapnya sambil menutup buku tersebut dan memberikannya pada Mary.
"Gray, ini bukan fiksi. Ini nyata!" Mary tak terima hasil jerih payah ayahnya hanya dianggap sebuah fiksi belaka.
"Benarkah? Aku belum pernah melihat yang seperti ini," Gray berucap sambil mengambil buku-buku yang berserakan dengan cepat.
Mary menghela nafas saat Gray tampak tak percaya dengan apa yang tertulis di buku tersebut.
"Maka dari itu buku ini ada, Gray," Mary kembali berusaha meyakinkannya. Bahkan ketika Gray menaiki tangga dan mengembalikan buku-buku tersebut kembali ke raknya, ia hanya menatapnya dengan tatapan memelas berharap Gray mengubah pikirannya untuk percaya.
"Tanya saja Claire!" ucap Mary kemudian yang berhasil membuat Gray langsung terpaku. Namun tak berapa lama Gray menyelesaikan aktivitasnya menata buku di rak dan kembali turun.
Mary tahu ia sudah kelepasan bicara. Namun ia juga tahu bahwa Gray penasaran dan menginginkan penjelasan lebih lanjut darinya.
"Apa maksudmu? Katakan padaku, kenapa aku harus bertanya pada Claire?" desak Gray.
Mary menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya ia ragu harus mengatakannya atau tidak. Tapi melihat Gray yang putus asa menunggu jawabannya, ia tidak tega.
"Kau tahu, ayahku adalah seorang peneliti alam. Dia menggunakan hampir seluruh waktunya untuk meneliti bunga misterius yang bisa mengabulkan semua permintaanmu. Awalnya itu hanyalah mitos. Tapi... kerja keras ayahku telah mengubah mitos itu menjadi nyata."
![](https://img.wattpad.com/cover/182576236-288-k443559.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(HIATUS) He's My Fiance [Fan Fiction Game Harvest Moon]
FanfictionSeason 2 of She's My Fiancee Kisah Claire & Gray belum berakhir!