09-Bad Morning

43 8 0
                                    

Membunuh manusia itu gampang.—

**

Senjana berjalan dengan langkah
lebarnya menuju halte. Ia bahkan menutupi wajahnya dengan hoodie yang Ia gunakan. Lagi-lagi Ia mencoba untuk menghindar dari Sanjaya – Sang Ayah, yang hendak mejemputnya dan Gita.

Hingga suara klakson mobil membuat gadis itu tertoreh. Nampak Wulan didalam kursi kemudi, menurunkan kaca mobilnya. Tanpa basa-basi Senjana masuk ke dalam mobil sahabatnya itu.

“Sampai kapan lo akan terus menghindar? Kucing-kucingan gak jelas” gadis itu kembali melajukan mobilnya.

Senjana menghela nafasnya. “Semuanya semakin rumit”

“Karena ulah lo sendiri kan?”

“Lan, lo yang paling tau masalah gue. Jadi jangan terus menghakimi gue, bisa?”

Wulan memang sahabatnya sejak mereka menginjak Sekolah Dasar.
Berbeda dengan Dhea dan Adel. Memulai pertemanan tepat pertama kali pada saat masa Perkenalan di SMA NUSA INDAH. Beruntungnya, mereka ternyata satu kelas dan mengikuti ekstrakulikuler yang sama – Cheerleaders. Dari situlah, keempat gadis itu bagai tak terpisahkan.

“Oh ya, gue gak pulang. Gue harus ketemu sama seseorang”

“Who?” satu alis gadis itu terangkat.

“You know who I’m talking about”

Masih dengan mata yang fokus kedepan, Wulan sedikit berpikir siapa yang di maksud oleh sahabatnya itu.
Beberapa saat kemudian, Ia mengangguk pelan, saat dirasa sudah tau siapa orang itu.

“Masih belum selesai? Apalagi sekarang?”

“Justru sekarang gue mau selesaikan semuanya”

“Then do it”

“I will. Tapi lo tau itu gak mudah” Senjana menyandarkan punggungnya. Menghela nafasnya dengan berat. “Akhir-akhir ini dia menghindar dari gue, bahkan dia sempet neror gue. Hanya karena gue ngebatalin rencana awal kita”

Senyum smirk timbul di wajah Wulan. “Seharusnya lo udah tau siapa orang yang lo ajak kerjasama itu”

Di persimpangan, mobil mereka berbelok. Untungnya Wulan masih ingat jalan menuju rumah itu. mengingat terakhir kali Ia berkunjung saat mereka duduk dibangku Sekolah Menengah Pertama.

“Tapi, gue ngerasa ada yang aneh. Maksud gue, dia gak seharusnya sampai neror gue, kan? Karena selama ini dia selalu patuh sama gue”

“Patuh? Emangnya ada orang yang rela ngelakuin apapun tanpa maksud tertentu?” sambil berdecak Wulan menggelengkan kepalanya. “Coba lo pikir, dia kaya gitu karena emang rencana kalian batal. Atau karena hal lain?”

Senjana menoleh keluar kaca. Berpikir keras hingga kerutan di dahinya muncul. Tiba-tiba Ia teringat
seseorang. Kevin. Sebelumnya, Ia tidak pernah mendapat teror
apapun. Namun, setelah Ia semakin dekat dengan Kevin…

“Udah sampai” Wulan menghentikan mobilnya. Tepat di seberang rumah mewah bernuansa putih dan ya, setelah sekian lama, Ia rasa tidak ada perubahan apapun pada rumah itu.

Masih di dalam mobil, keduanya memperhatikan rumah itu dari samping kaca mobil.

“Rumahnya masih keliatan sepi. Tadi pagi gue sempet kesini, tapi gue gak nemu ada tanda-tanda penghuni rumah itu”

“Terus?”

“Gue akan nunggu. Gue rasa, dia gak keluar karena ngeliat gue”

“Sampai kapan kita akan nunggu?”

SENJANA [Re-Publish] REVISI !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang