Gadis itu sedang duduk di teras dengan memeluk kedua lututnya. Ia sedang membayangkan beberapa hal yang akan dijalaninya esok hari. Dengan rintikan hujan yang menyelimutinya sedikit demi sedikit, ia rela membiarkan tubuh mungilnya terkena oleh percikan itu. Maklum, karena gadis itu sangat menyukai rintikan hujan, bukan hujan. Menurutnya, hanya rintikan hujan yang mampu meringankan bebannya.
Hujan deras seketika terguyur. Sehingga sukses membasahi seluruh teras rumahnya. Dengan terpaksa ia harus kembali menuju ke kamar yang bagai neraka untuknya. Gadis itu sangat membenci kesepian. Apalagi di rumahnya sekarang hanya ada dirinya. Kakaknya yang sering lembur kerja tidak selalu pulang tepat waktu. Tetapi, apa boleh buat? Karena besok ia akan mengikuti ujian final, jadi ia harus menjaga kesehatannya agar tidak terganggu ketika ujian berlangsung.
Ttt...ttt...ttt...
Deringan suara ponsel mrngejutkan gadis tersebut yangs sedang melentangkan tubuhnya dengan melingkarkan kedua tangannya di belakang leher. Ia dengan segera mengambil benda berbentuk pipih itu tanoa merubah posisinya.
"Halo...Nayza. lo taukan besok final?" terdengar pekikan dari seberang sana. Sehingga membuat gadis itu menjauhkan jarak ponsel dari telinganya.
"Apaan sih lo, Zafran! Enggak usah diteriakin, gue juga tau!"
"Ah...kan gue cuma mau ngingetin. Siapa tau lo udah lupa!"
Beberapa kekehan yang lahir di sosok seberang sana terus menggema di telinga Nayza. Hingga batas kesabarannya menciut seketika.
"Apa lo bilang, Zafran? Gue pikun? Kurang ajar ya lo? Awas ya kalo kita jumpa, bakal gue remukin tulang lo!"
"What!!! Lo mau bikin remuk tulang gue? Wah...galak betul. Tapi nggak papalah yang penting masih imut, hahaha...". Canda Zafran ternyata memberikan efek kepada Nayza. Sehingga sukses menampilkan senyuman hangatnya tertera kembali.
"Hah! Gue imut kalau galak? Yaudah gue galak ajalah! Biar selalu imut". Balas Nayza yang mengubah posisinya menjadi tegap.
"Aissh...kayaknya gue salah ngomong deh! Ah biarin aja, mau galak mau nggak kek. Lo tetap..."
Ucapan zafran tiba-tiba terputus, membuat Nayza merasa bingung. Iapun melihat layar benda pipih itu dengan seksama.Ternyata, masih menyala.
"Hello, Zafran. Lo masih ada disitu nggak? Emangnya lo mau bilang apa sih?".
"Ah, nggak ada kok! Gue cuma mau bilang kalau lo...hmm...harus tetap sehat. Ya! Ya, harus tetap sehat. Biar bisa ikut final besok. Udah dulu ya! Gue mau urus perlengkapan untuk besok, bye!". Ttt....
"Hait...kenapa sih ini orang! Dia yang telepon duluan, malah dia yang akhirin duluan juga, bikin kesal orang aja". Pikirnya sambil membuat bintang besar dikasurnya. Dan lama-kelamaan alam lain menariknya untuk bermain sejenak. Sampai saat itu, matanya berhasil tertutup dan iapun terlelap.
Matahari esokpun, lama-kelamaan menampilkan dirinya . Sinarnya yang begitu terang tidak dapat ditandingi oleh berbagai sinar lain. Tetapi, sinar tersebut dapat dikalahkan oleh senyuman gadis berambut panjang itu. Sehingga sukses menghidupkan suasana pagi yang sunyi. Indahnya tatapan mata coklatnya, membuat semua orang hanya memusatkan perhatikan kearahnya. Bagaimana tidak! Senyuman yang ditampilkan olehnya begitu manis tanpa bahan sintetis apapun.
"Hei Nay...!". Tiba-tiba seseorang yang berperawakan lebih tinggi darinya merangkul bahu gadis tersebut. Iapun menoleh ketangan tersebut, kemudian beralihkearh wajah yang mencondongkan kepalanya lurus kedepan dengan senyuman khas orang tersebut.
"Eh Zafran. Tumben cepet. Biasanya jadi petugas kebersihan kampus". Ejek Nyza dengan meniru tatapan Zafran disertai senyuman sinisnya.
Zafran mengernyitkan dahinya sambil menoleh kearah Nayza yang masih asik dengan tugasnya. Nayzapun tersenyum dan meninggalkan Zafran yang kebingungan sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENAZA
Mystery / ThrillerMasih banyak hal yang perlu kulakukan. Tanpa berharap apa yang seharusnya menjadi nyata di bagian babku yang selanjutnya. Hidup memang tidak pernah berjalan dengan arah yang diinginkan. Karena ia memiliki arah tersendiri yang harus dilampauinya.