Part 2

9 4 1
                                    

Matahari kian menampilkan dirinya di angkasa. Semburat gulatan malu-malu menghiasi ciptaan tuhan itu. Seperti ciptaan tuhan yang satu ini. Ia rela bangun lebih awal dari biasanya untuk menghadiri seminar secepat mungkin.

"Kak juna! Bangun kak! Aku udah siap nih!." Teriak Nayza yang sekarng sudah berdiri tegap didepan pintu kamar kakaknya. Tetapi, orang yang ditunggunya sama sekali tidak kunjung keluar. Sehinga, membuatnya harus mengetuk benda berbentuk persegi panjang itu berkali-kali dengan keras. Sehimgga, sosok itu sukses muncul dihadapannya dengan mata yang sesekali dikuceknya.

"Ada apa sih? Pagi pagi uadah teriak-teriak. Ketuk pintu nggak henti-henti lagi." responnya tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.

Nayza dengan matanya yang terbelalak tidak percaya dengan keadaan kakaknya sekarang ini.

"Ya ampun kak! Kakak belum mandi? Yah, kakak bilang mau ngedukung aku, tapi kakak belum apa-apa udah jam segini?."Lirih Nayza. "Tau gini, maunya aku pergi sama Zafran aja."

"Jadi, maksudnya apa? Kakak masih belum ngerti."

"Ya Allah kakak belum ngerti juga? Anterin aku dong kak udah telat nih!." Intonasi suara Nayza seketika meninggi. Sehingga, berhasil membuat Juna mengerti dengan keadaan.

"oo...sorry, sorry. Kakak lupa. Bentar ya, kakakambil jaket dulu!." Ucap Juna sambil menyambar asal jaket yang ada di sangkutan lemarinya dengan senyuman terlahir dibibirnya.

Nayza paham betul dengan keadaan kakaknya. Sehingga, kekesalannya tidak menguasainya untuk saat ini. Apalagi, hari ini merupakan hari libur Juna. Mungkin ia merasa capek dengan pekerjaan yang dilakukannya selama enam hari terakhir ini.

Mobil lamborghini itu dengan sekejab, sudah membelah jalanan Surabaya. Jalanan kota itu, sekarang tidak seperti yang diharapkan oleh gadis itu. Berbagai kendaraan sudah padat dihadapan lampu merah. "Bagaimana ini?." Besit Nayza disertai kegelisahan yang menyelimuti dirinya.

"Nggak telat kok! tenang aja!." Ucap Juna seakan menetahui isi memori yang sedang dipikirkan adiknya.

"Ih kakak nih! Kayak gak tau aku ajalah. Gimana-gimana aku nih gk pernah telat masuk kampus. Kalo gak percaya nanyak aja sama dosen aku!." Sahut gadis itu.

"Oke. Oke. Kakak percaya. Ah, tuh! Lampu hijaunya udah nyala. Siap-siap ya!."

Dengan kecepatan diatas rata-rata, Junapun melajukan mobilnya bagai pembalap yang telah ketinggalan jauh degan rivalnya. Maklum, walaupun seorang dokter ahli bedah jikalau sudah berhubungan dengan kata terlambat ialah jagoannya. Apalagi sekarang ia sedang berurusan dengan Nayza, adik kesayangannya.

Mobil putih itu berhenti tepat didepan gerbang hitam. Tanpa menunggu apapun, Nayza langsung turun kemudian menghadap ke kaca mobil sambil mengulurkan tangan kanannya.

"Kakak kira udah lupa sama yang anterin!."Ucap Juna tersenyum sambil membuka benda bening yang menjadi pembatas antara dirinya dengan Nayza. Kemudian, ia membalas jabatan tangan gadis itu.

"Udahlah kak! Jangan lama-lama pegang tangannya. Kayak gak peernah jumpa aja." Sindir Nayza.

Juna tersenyum jail melihat adiknya yang telah cemberut itu. Ia langsung melepas tangannya dari Nayza. Dan sejurus kemudian, ia meninggalkan kakaknya yang masih setia menatapnya. Kemudian, mobil itu meninggalkan gerbang hitam yang sedari tadi menjadi memperhatikan dokter itu.

Xxxx

'Keyra! Ocha! Seminarnya gak di kelas?." Tanya Nayza saat melihat dua karibnya berada diluar kelas.

"Eh. Nay. Lo belom tau? Mana ada yang ikot seminar hari libur ginian. Paling yang rajin-rajin aja, kayak lo!." Sahut Keyra disertai dengan beberapa kekehan.

RENAZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang