6. 혼 돈|Chaotic

265 29 3
                                    

Na Chaerin.

Aku benar-benar tidak mengerti lagi dengan jalan pikiran ku sendiri. Entah bagaimana bisa, kini aku terdampar di aula konser group Boys. Entah apa yang merasukiku hingga aku memutuskan hal ini dan memijakkan kaki di tempat ini.

Aku mendudukan diri di salah satu kursi penonton. Jauh dari panggung. Aku sengaja. Tak ingin salah satu dari mereka menyadari kedatanganku. Bahkan aku sampai memakai topi hitam di lengkapi masker. Tak lupa pakai kacamata agar mereka terkecoh. Di atas panggung sana, hanya ada beberapa member yang aku sendiri tak terlalu paham siapa saja bersama beberapa back dancer. Mereka sedang berlatih menggunakan papan nama yang menurutku sudah tak perlu. Semua orang sudah mengenal mereka, lalu apa fungsinya? Mungkin formalitas?

Atensiku teralihkan pada getaran benda pipih cerdas yang berada di genggaman tanganku. Telepon dari seseorang yang sama secara terus menerus membuatku enggan mengangkatnya dan memilih menghindarinya saja. Aku sedang dalam mood tidak baik dan aku tak mau jika aku menyalurkan kemarahanku secara tidak langsung padanya.

"Tidak diangkat?"

Aku sontak mengalihkan atensiku dan menoleh ke samping kananku. Ku lihat seorang seniorku datang mendekati ku bersama dengan seorang teman wanitanya yang aku tak begitu kenal. Tapi wajahnya tak terlalu asing. Kedua tangannya membawa beberapa kantong besar yang aku yakini berisi makanan cepat saji.

"Eoh, Rahyun sunbaenim." Sapaku pada keduanya. Mereka tersenyum membalasku. Bahkan teman wanitanya juga tersenyum membuatku semakin menatapnya penasaran.

"Kalau kau lupa, dia pernah datang ke acara premier film kita sewaktu di Gwangju. Sahabatku, Ahn Yena." Sahutnya peka kemudian memperkenalkan setelah aku melemparkan tatapan penasaran ada temannya.

Ya, aku pernah terlibat satu film dengan Rahyun sunbae. Aku mengambil di beberapa dialog di film yang sama dengannya. Jadi, dari situlah kami saling mengenal. Bahkan boleh dikatakan lumayan dekat. Aku terlalu canggung dengannya soalnya.

Wanita yang tadi di kenalkan sebagai Yena menjabat tanganku. Kami saling berjabat tangan dan mengenalkan nama masing-masing.

"Ahn Yena." Sapanya sambil tersenyum menampilkan eye smile nya yang kelewat menanawan.

Mataku terpaku. Yena mempunyai wajah yang tidak bisa dibilang standar apalagi untuk kalangan orang biasa yang bukan dari public figure seperti dirinya. Dia punya kulit yang putih seputih susu, khas kulit putih orang korea. Sama seperti milikku, dominan menuruni genetik ibuku. Yena juga punya mata yang mendukung, sedikit sipit, tapi tak terlalu kecil dan memiliki double eyelide. Ditambah pipinya yang sedikit chubby dan bibir ducknya membuat Yena memiliki kecantikan yang unik di mataku.

"Kau tahu, dia fans beratmu."

Aku sedikit terkejut mendengar ucapannya yang kelewat semangat. Aku bahkan tak menyangka.

"Waktu itu dia datang ke fan meeting mu lewat bantuan Jimin, tapi sepertinya kau belum menoticenya. Jadi dia agak sedikit kecewa kala itu."

"Jimin?" aku bahkan lebih terkejut saat mendengar Rahyun sunbae menyebut nama Jimin. Aku takut aku salah dengar. Pendengaranku di pertaruhkan.

Jimin membantu Yena untuk bertemu denganku? Apa hubungan mereka? Sungguh, pikiran ku kini sudah terbang ke alam terka dengan jutaan praduga yang aku sendiri tak yakin.

Dia terkekeh pelan. "Bukan. Kau jangan salah paham dulu. Dia tidak ada apa-apa kok dengan Jimin. Jungkook yang memaksa Jimin untuk membantu Yena bertemu denganmu."

"Tapi Jimin bilang waktu itu kau seseorang yang sangat special. Aku pikir--" kataku mencoba mengingat. Jimin memang pernah memintaku untuk mengosongkan satu buah kursi untuk seseorang. Katanya itu sangat spesial. Sampai aku tersadar.

HawthornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang