Saya rasa, hampir semua orang pernah merasakan hal ini. Kebuntuan dalam menuliskan kata. Bukan hanya berlaku bagi para penulis, seseorang yang kehilangan semangat dan kemampuannya menuangkan ide serta pikirannya pun dapat dikatakan dalam fase tersebut—writer block.
Sudah satu bulan berlalu, selama itu pula saya berkutat pada naskah lama yang ingin segera saya selesaikan. Secepatnya agar saya bisa kembali menulis hal baru.Namun—di tengah perjalanan menulis itu, siklus ini muncul. Mungkin ini bukan yang pertama, ini ke sekian kali selama saya terjun ke dunia literasi.
Dan saya pun tahu penyebabnya....
Tapi tetap membiarkannya dan justru menikmatinya. Ya, saya sangat menikmati masa bebas saya dengan menghabiskan waktu di perpustakaan, membaca sebanyak yang saya mampu tuntaskan. Dan, ketika mengetik kata-kata yang terangkum dalam beberapa paragraf... sebuah keisengan spontan yang tak terpikirkan sebelumnya datang. Saya menuliskan kalimat-kalimat ini sesuka hati, tanpa terikat aturan apa pun. Seperti di buku harian, tanpa harus memikirkan alur, dan repot-repot mencari setumpuk referensi ataupun riset sebagai pendukung dalam sebuah kisah. Saya bebas bercerita.
Mengatakan apa saja yang terlintas di kepala saya di detik ini pula. Ini lebih mengasyikkan ketimbang berkeluh kesah. Menulis apa saja, mengeluarkan semuanya tak peduli hasil akhirnya.
13 Mei 2020

KAMU SEDANG MEMBACA
All around
Ngẫu nhiênThis is not about story. I write about my feelings, I want to describe anything on my mind. With a million words that I know. I talk, when I have something to say and I don't talk when I don't. Simple as that. Sometimes it's very hard to say ( My s...