There is something in the sky

20 2 2
                                    

☁️

Sejak kecil, aku terbiasa untuk memandangi langit. Ketika pertama kali aku mengatakan bahwa langit adalah sahabatku.

Karena langit selalu dapat membuatku merasa tenang dan damai. Dalam benak seorang anak kecil berusia 4 tahun, hanya itu yang bisa kukatakan.

Setiap hari, setiap waktu, kapanpun aku mau. Langit adalah tempatku mencari ketenteraman jiwa yang kadang memberontak.

Hingga hari ini, aku tumbuh di usiaku yang ke 20. Langit masih menjadi tempat pelepas penat, sembari menunggu ajal 'kan menjemputku.

Pemikiranku bertumbuh, seiring berjalannya waktu yang kian menipis untuk kuselami.

Seakan ada banyak mata yang melihat, terus memperhatikan diriku. Langit membuat diriku tak lagi sepi dalam kesendirian. Langit mengajarkanku bagaiamana cara menghargai alam dan makhluk.

Aku suka dan tidak bisa berhenti. Di langit ada sesuatu yang selalu kurindu. Sesuatu yang bahkan jauh lebih besar daripada harapan hampaku.

Tuhanku di sana, di langit tertinggi yang tidak seorang makhluk dapat menjangkaunya. Itu membuatku tersadar, betapa rendahnya diriku selama ini.

Saat semua orang berkata, jika aku adalah orang yang menyedihkan. Hanya karena aku sendiri dan memilih sendiri, langitlah tempatku bercerita selain tumpukan diary yang sesekali kusentuh, kubaca, kemudian kukenang.

Di atas sana aku bisa melihat banyaknya gugusan awan yang saling bertumpuk menjadi lukisan indah. Ada bintang ketika malam, ada bulan yang berubah, serta matahari, sebuah benda atau objek pertama kali yang pernah kutanyakan pada ibu.

Aku tak membenci mendung, karena tiap kali melihatnya, hujan kemungkinan besar turun membasahi bumi. Dari langit pula... air dingin berasa tawar itu menghujaniku yang sudah jatuh hati karenanya.

Langit....

Ribuan atau mungkin jutaan kata, tak akan cukup untuk menjabarkan bagaimana perasaanku terhadapnya.

Langit.... Aku mencintaimu!


All aroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang