1990 seoul
Rintik hujan masih turun membasahi kota seoul, sudah 2 jam lamanya langit masih asyik menyirami tanahnya yang sudah basah dan menimbulkan genangan kecil maupun besar disana-sini. Pepohonan sesekali bergoyang pelan diterpa angin hujan dengan sebagian daunnya luruh tersapu angin.
Walau begitu tak sedikit penduduk seoul mesti turun ke jalan untuk menunaikan kewajiban mereka. Entah untuk mengganjal perut, mencari ilmu di sekolah atau universitas dan mencari lembaran won demi won demi kelangsungan hidup mereka. Walau hujan masih menyisakan rintik-rintik kecil, bukan menjadi alasan untuk berdiam diru dan menunggu sang langit mau bermurah hati untuk mengganti air hujan dengan sinar mentari pagi.gadis berseragam putih dengan rompi sweater hitam dan bawahan rok sebatas lutut berwarna abu muda. Dia berjalan dengan langkah pasti dan riang gembira tak menghiraukan rintik rintik hujan yang membasahi rambut dan seragamnya.
Pun dia tidak melindungi diri dengan sebuah payung atau jas hujan. Sepertinya gadis itu menikmati terpaan hujan, atau karena hatinya sedang riang gembira? Berbanding terbalik dengan cuaca pagi itu yang seperti galau. Bahkan sinar mentari pagi pun masih enggan untuk memunculkan diri.Namanya lalisa manoban atau akrab disapa lisa, sudah 3 tahun lamanya dia menginjak tanah seoul mengikuti keluarganya yang ingin mengadu nasib di negeri gingseng.
Pembawaannya yang ceria dan ramah membuat orang-orang akan terpesona padanya, tapi tidak semua orang dapat menarik perhatiannya. Gadis ini sangat special, dia tidak suka di kejar tapi lebih suka mengejar. Khususnya dalam hal yg menyangkut perasaan. Baginya dia akan merasa bersemangat dan tertantang saat di posisi berjuang untuk mendapatkan cintanya.
Dia terus berjalan hingga tiba di sebuah rumah dengan arsitektur traditional.
Di tangan kanannya tergenggam seikat bunga daisy yang memancarkan keindahan dalam warna putihnya.Ttookk..ttookk...ttookkk...
Lisa mengetuk besi pada pintu kayu sedikit keras, wajar mengingat pintu itu tidak terhubung langsung dengan rumah utama hingga membuatnya harus menimbulkan suara keras agar orang didalam sana bisa mendengar kalau ada tamu yang bertandang di pagi itu.
5 menit lamanya lisa menunggu, pun dia masih sabar menanti pintu itu terbuka lebar.
Kkkreeeeekkk...
" selamat pagi bibi hyo!."
Lisa tersenyum ramah sambil membungkukan setengah badannya pada wanita paruh baya yang baru saja membukakan pintu untuknya." oh nona lisa.. maaf yah lama menunggu.. tadi bibi ada di dapur sedang menyiapkan sarapan untuk tuan besar kim.. ayo masuklah, diluar agak dingin. Nanti kau bisa sakit."
Ajak bibi hyo sambil menarik tangan lisa pelan.Kaki lisa kemudian masuk kedalam mengekor bibi hyo. Walau dia sudah sering bertandang ke rumah itu tapi lisa masih bersikap sopan bahkan pada pelayan sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
past and future
Fanfictionpernahkah terbesit di pikiranmu atau sedikit saja kau membayangkan kalau kau bisa menjelajah masa depan? jika iya bagaimana rasanya saat kau punya kesempatan untuk mengubah nasibmu dengan orang yg kau cintai?. walau mungkin kau seharusnya berumur 90...