chapter 3: my girl has changed.

219 24 2
                                    

1994 seoul

Tap..tap..tap..tap...

Langkah kaki jenjangnya bergerak lincah, tas punggungnya bergoyang kiri kanan cepat seiring dengan pergerakan gadis jangkung itu. Rambut sepunggungnya dibiarkan tergerai indah.
Tangannya yang berjari panjang dan lentik tengah mengamit beberapa buku yang harus dia bawa untuk perkuliahannya.
Sepertinya dia sedang terburu-buru menaiki anak tangga terlihat dari langkahnya yang terus berpijak tanpa henti.

Brukkk...

" aww..hei.."

" maaf.. aku tidak...eh?."
Lisa yang terkejut setengah tak percaya akan sosok yang di bertabrakan dengannya.

" LISA?!."
Pekik gadis itu yang juga sama terkejutnya dengan lisa.

" apa aku tidak salah lihat? Dia.. "
Lisa masih tertegun menatap gadis itu.

" LISA?!..kaukah itu?."
Gadis itu terpana melihat lisa seolah dia setengah tak percaya dengan penglihatannya.

" ehmm.. hai.. apa kabarmu? aku tidak menyangka akan bertemu denganmu disini.. di kyunghee."
Lisa yang semula terdiam mulai bisa menguasai dirinya walau masih sedikit gugup.

" aku sangat baik lisa-ya.. dan kau? Ahh kau terlihat agak berisi dan.. "
Gadis itu meneruskan ucapannya dengan memeriksa tinggi badan lisa. Dan sepertinya lisa tahu apa yang dipikirkan gadis itu.

" aku bertambah tinggi?."
Tanya lisa sambil tersenyum bangga.

Gadis itu hanya memalingkan muka sepertinya dia agak kesal dengan kenyataan kalau tinggi tubuhnya tidak bisa menjangkau tinggi gadis didepannya ini, mungkin sudah nasib dia harus terlihat pendek disebelah lisa

" apa kau tidak mau memeluk sahabatmu ini huh?!."
Gadis di depan lisa mencoba mengalihkan pembicaraan.

Tanpa berucap sepatah katapun lisa langsung menghambur dalam pelukan gadis itu. Gadis yang sudah setahun ini di rindukannya dan sekarang rasanya seperti mimpi saat mereka bisa bertatap muka kembali
Saking rindunya

" bagaimana kabarmu lisa?."
Tanya gadis itu sesaat setelah melepaskan pelukannya dari lisa.

" baik."
Ujar lisa dengan senyuman manis.
yukurlah.. aku pikir kau akan depresi karena merindukanku..hehehe."
Gadis itu tertawa renyah, tawa yang selama ini lisa rindukan hadir di depan matanya.

" yah jennie.. aku depresi dan nyaris gila karena merindukanmu."

" bagaimana kabar paman dan bibi kim? Kau betah selama berkeliling afrika?."
Tanya lisa.

" ayah dan ibu sehat, dan kau pasti tahu kenapa aku ada di korea.. di seoul, yah.. aku tidak betah. Makanya aku pulang."
Jawab gadis itu.. jennie dengan tampang bete saat menceritakan alasan dia pulang ke korea.

" tapii. Kenapa kau tidak cerita soal itu saat mengirim surat padaku? Aku bahkan sempat berpikir kita akan bertemu saat sudah jadi nenek-nenek saking betahnya kau disana."
Ujar lisa tentang pemikirannya selama ini.

Jennie tak menjawab atau belum menjawab pertanyaan lisa. Dia hanya menundukan wajahnya dengan raut wajah sedih. Melihat itu membuat lisa tidak enak hati dibuatnya.

" maaf.. lupakan saja ucapanku tadi."
Ujar lisa.

Jennie mengangkat wajahnya masih terlihat sedih, dan lisa serta merta menawarkannya untuk melipir ke kantin. Dan syukurlah dengan senyuman lebar jennie menerima penawaran lisa. Mereka kemudian memilih sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kampus mereka.
Iisa yang hari itu ada jadwal perkuliahan yang harus dihadiri memilih bolos, ada banyak hal yg harus dia tanyakan pada gadis yang sempat menghilang dari kehidupannya.

past and futureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang