Hujan deras membasahi SMA Karya Abadi. Roni sudah menunggu lama di pekarangan sekolah untuk menjemput anaknya. Banyak orang tua yang masuk ke dalam pekarangan sekolah hanya untuk memayungi anak mereka agar tidak kehujanan. Namun tidak untuk Roni, ia sangat enggan menjemput anaknya seperti orang tua pada umumnya.
Roni pun membuka ponsel miliknya.
Bee cepat keluar! Saya sudah menunggu lama!
Pesan mematikan itu dikirimnya kepada Bee.
Tak menunggu lama pesan itu langsung dibaca oleh Bee dan seketika langsung ia balas.
Roni pun membuka kembali ponsel miliknya.
Disini masih hujan yah, jemput Bee pake payung ke kelas gimana yah?
Tidak!
Pesan itu langsung saja ia patahkan.
Bee menghela nafas berat ketika membaca pesan itu.
Sial!
Ia sudah sangat biasa dengan sifat ayahnya. Walaupun sudah paruh baya, ayahnya masih saja bersifat kurang dewasa. Sehingga menuntut Bee untuk bersikap dewasa dan selalu mengalah.
Dewasa atau tidaknya seseorang, umur bukan faktor utama yang dapat menentukan. Menurut Bee begitu.
Perjalanan dari kelas hingga gerbang sekolah cukup jauh. Dikarenakan SMA Karya Abadi memiliki halaman yang cukup luas.
Bee bergegas memasang mantel tas agar buku-bukunya tidak basah.
"Guys gue pulang duluan ya." Pamitnya.
"Masih hujan Bee, ntar lo sakit. Gue antar aja gimana?" Joe berusaha mencegah Bee agar tidak pulang.
"Sebentar lagi aja Bee." Tambah Jeffry.
Bee mengambil tasnya yang sudah dipasangi mantel itu lalu menyandanginya."Gapapa, gue duluan aja."
Bee pun bergegas turun ke lantai bawah sembari memasang sweater miliknya.
"HATI-HATI BAHIRAA!!" Teriak Joe dari lantai atas.
Bee tidak menghiraukannya. Dikarenakan ia tengah fokus berjalan agar tidak terkena hujan.
Sudah beberapa kali Bee mengelak untuk tidak terkena percikan hujan, namun percikan itu tetap saja mengenai pakaiannya. Alhasil ketika telah sampai di mobil, pakaiannya basah yang menyebabkan ia harus menahan dingin di dalam mobil. Iamenghela nafas berat. Hidupnya tak seindah teman-temannya yang penuh dengan perhatian orang tuanya.
Roni meliriknya sinis."Kok lama?"Bee masih berusaha mengatur nafasnya agar tidak spontan berbicara kasar. "Tadi Bee ke majelis dulu yah." Jawabnya asal.
Roni hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Bee. Setelah itu tak ada lagi percakapan. Bee masih berusaha mengeringkan pakaiannya yang basah terkena hujan tadi. Dingin ac sangat menusuk. Membuat Bee harus bertahan agar tidak mati kedinginan.
"Bee, telpon bunda bilang saya sudah jemput."Roni memecah keheningan.
Bee pun hanya mengangguk dan membuka ponsel miliknya.
"Bunda tidak aktif yah." Bee berusaha berbicara dengan hati-hati.
"Coba lagi, bisa tu."
KAMU SEDANG MEMBACA
B E E
Teen FictionBee bukanlah gadis cantik seperti tokoh novel pada umumnya. Hidupnya juga tak seenak yang kalian bayangkan. Ia hanyalah gadis yang ditakdirkan memiliki hati sekuat baja namun terkadang serapuh kaca. Ia pertama kali merasakan patah hati pada laki-la...