B E E - 4

35 11 2
                                    

Bee duduk seorang diri di bawah pohon beringin yang rindang. Akarnya yang panjang membuat orang yang melihatnya sedikit bergidik ngeri. Namun, apapun mitos tentang pohon beringin, ia sungguh tidak peduli. Yang penting, kini dirinya dapat tempat untuk berteduh dan menyelamatkan kulit eksotisnya itu agar tidak semakin gelap karena terbakar panas matahari.

Saat ini, ia telah menghabiskan dua botol air mineral yang sempat di belinya di kantin Pak Aceng.

"Aduh cape banget." Ia mengibaskan kedua tangannya di udara. "Panas banget ya ampun." Keluhnya.

Senin pagi ini menjadi awal persiapan event sekolah. Seluruh jajaran OSIS dan MPK sudah mendapat tugasnya masing-masing. Bee mendapat peran sebagai penanggung jawab. Jadi wajar bila ia sangat sibuk.

Bee memilih untuk beristirahat sejenak. Bersender penuh di batang pohon itu sembari mendengarkan beberapa lagu dari chainsmokers. Ia bersenandung kecil mengikuti alunan musiknya. Membiarkan angin menerpa lembut wajahnya.

"Nih minuman buat lo."

Seseorang yang datang dari arah barat menyodorkan minuman dihadapannya. Suara berat cowok itu cukup menyadarkannya yang hampir tenggelam dalam lamunan.

Bee mengerutkan dahi bingung."B-buat gue?" Ucapnya memastikan.

Tumben sekali laki-laki ini memberinya sesuatu. Padahal, sejak dulu hanya Bee yang suka memberi. Entah itu coklat, bunga bahkan cintanya. Apa ini pertanda bahwa cintanya sudah di gubris?

"Iya buat elo, Bee." Ucap laki-laki itu meyakinkan.

Hah? Serius aja lo.

Bee menunduk menahan malu seraya mengambil minuman itu."Makasih ya Rey,"

Bee meletakkan minuman itu tepat disampingnya agar dapat menjadi cadangan hingga nanti sore. Karena kemungkinan persiapan event ini akan menghabiskan waktu seharian.

"Gue masih kenyang, nanti gue minum." Bee tersenyum meyakinkan.

"Oh iya, gue pamit dulu ya, Bee. Masih mau ngurusin anak-anak."

Setelahnya, laki-laki itu pun melesat pergi tanpa jejak. Menyisakan aroma khasnya yang menusuk.

Bee hendak melanjutkan istirahatnya hingga seseorang kembali menyadarkannya.

"Bee," Sapa laki-laki di depannya yang sedang berjongkok serius menatapnya.

Bee yang tadinya sempat memejamkan mata sontak membuka matanya kembali.

Laki-laki itu berfikir sejenak lalu melanjutkan pembicaraannya. "Tadi lo kok bicara sendiri?"

Bee mengerutkan dahinya bingung. "Bicara sendiri maksud lo gimana Joe?"

"Iya lo tadi gue liat bicara sendiri Bee," Joe memusatkan perhatiannya pada suatu benda. "Ini apa?" Tanyanya sembari mengangkat benda yang ada disamping Bee.

"Itu minuman Jo, dari Rey. Gue masih kenyang jadinya buat stok nanti sore aja."

Joe berlagak menerawang minuman tersebut."Hah? Minuman gimana maksud lo? Ini belatung semua gini."

"Ha ser—"

"Anjir anjir.." Jeffry menggeleng singkat.

"Lo berdua mojok kok di bawah beringin gini sih?" Zara sedikit mendongak untuk melihat pohon itu, lalu kembali menatap Bee dan Joe yang belum sempat berbicara sepatah kata apapun.

Jeffry menatap Joe seraya menaikkan-naikkan alisnya. "Sekere itu ya lo?"

"Kalo penunggunya nampakin wujud gimana? Hih!! Serem banget tauk," Zara menyeruput sedikit es cappucino yang ia pegang lalu melanjutkan omongannya.

"Dan isunya nih ya, di dalam pohon beringin ini ada makhluk yang ga bisa dijelasin wujudnya. Abstrak bangeeett.."

Perkataan Zara berhasil membuat Bee merinding dan tak berkutik. Jeffry yang sedari tadi berdiri disamping Zara pun seperti merasakan hawa-hawa tidak enak diantara mereka.

"HUARGGGHH! Kenapa kalian mengganggu tidurku." Joe memulai aksinya.

Zara meletakkan punggung tangannya di dahi Joe."Tuhkan tuhkan Joe udah mulai kerasukan nih."

Jeffry melirik Zara sekilas."Hm baiklah sekian persentasi dari saya. Saya Jeffry Pier Lekner Mayor selaku moderator pamit undur diri." Ucapnya diikuti dengan gerakan menundukkan badan dan berangsur pergi meninggalkan mereka bertiga.

Bee yang masih ada disitu berusaha mengeluarkan jin yang ada di tubuh Joe dengan berbagai hafalan surat yang ia ketahui. Karena hanya tersisa mereka bertiga disana. Sedangkan Jeffry sudah menyelamatkan diri.

Joe meliukkan badannya ke kanan dan ke kiri."HUARGHHHH HAREUDANG HAREUDANG HAREUDANG, PANAS PANAS PANAS!!"

"Ini jin udah gila kali ya? Dibacain surat malah nyanyi." Cerca Bee yang sedikit emosi dengan pergerakan jin ini yang semakin agresif.

"Hahahahahah ngakak njir. Setannya anak tik-tok." Zara tertawa puas.

Joe menyiapkan langkah seribu untuk berlari. Meyakinkan diri untuk tidak akan jatuh tersungkur karena tali sepatunya yang lepas.

"TAPI BOONG!" Joe mencibir lalu lari dengan seribu langkahnya, diikuti dengan gelak tawa puasnya.

"SIALAN LOO ANAK PAK ANDRE!!" Teriak Bee yang berniat ingin memasukkannya ke kolam buaya saat itu juga.

🐝🐝🐝

Bee sudah bersantai dirumah menikmati rebahannya. Hari ini cukup melelahkan. Ia mengambil beberapa snack di kulkas. Kebetulan, ia menyediakan kulkas di kamarnya. Alasannya, karena malas naik turun tangga kalau lapar tengah malam.

Ia membuka macbooknya, lalu membuka akun tiktok pribadinya.

Erlangga Rey Lesmana.

Iseng, ia mengetik nama itu di pencarian. Ada banyak username yang ia temukan. Ia membuka satu per satu dan tidak menemukan akun Rey.

"Syukur dia ga alay."

Ia mengecek ponselnya. Ada satu notifikasi, namun nomor itu tidak terdaftar di kontaknya. Ia sempat mengernyit bingung dan kemudian membalasnya.

Unknown
Izin Bee, gue boleh minta nomor Zara?

Mff, siapa?

Ia membalas cepat dan singkat pesan itu. Tak lama notifikasi baru muncul dari nomor itu.

Rey.

Tak berfikir lama, ia langsung saja memberikan nomor Zara kepadanya. Zara terkejut membaca pesan dari bar notifikasinya.

Titip salam sama Zara.

What?!!

Oh oke ternyata pas itu dia minta nomor Zara siplah cukup tau. Jadi dia ngasi gue minuman itu karena apa? Kasian? Kasian liat gue kecapean?




Jangan terlalu percaya dengan tingkah manis laki-laki karena kita perlu menyeleksi agar tidak sakit hati! -Bee

B E ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang