Suara alarm sontak membangunkan Bee yang tengah tidur pulas. Ia pun menurunkan selimut lalu mematikan alarm yang mengganggu minggu paginya itu.
Dengan keadaan setengah sadar, Bee berusaha meraba kasur untuk mencari ponsel miliknya. Seingatnya, tadi malam ia tertidur lagi sembari memegangi ponsel itu. Namun ia tidak ingat sama sekali dimana ponsel itu tergeletak.
Sebuah benda berhasil ia dapatkan. Tapi benda itu bukan ponselnya. Ia berjalan dengan langkah gontai menuju saklar lampu. Satu hal yang mengagetkannya adalah sosok anak kecil yang sedang berdiri di hadapannya dengan darah pada sudut bibirnya.
Bee beralih mendekat."Siapa kamu?" Tanyanya.
Anak kecil itu tersenyum seraya memutar gaun putihnya."Kenalkan nama ku Masha."
"Kamu masuk darimana?" Tanya Bee yang masih penasaran.
"Aku bisa masuk darimana saja."
Bee mengerjapkan mata berkali-kali. Makhluk di hadapannya ini benar-benar terlihat nyata dan ia sangat yakin bahwa ini bukan mimpi. Namun, mengapa dia bilang bisa masuk darimana saja? Bee sungguh tak mengerti maksudnya.
"Aku ingin menjadi temanmu karna kamu punya kemampuan itu Bee! Panggil saja aku di dalam hati, aku akan datang untukmu."
Anak itu pun menghilang entah kemana. Ia melontarkan kata-kata terakhir yang penuh dengan penekanan.
"Ngapasi, aneh banget! Kemampuan apasi, kaga ngerti gue woi? Kemampuan menyukai Rey dalam diam sih iya." Bee menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
Ia pastinya tidak akan pusing-pusing memikirkan hal itu. Entah siapalah itu tadi ia tidak peduli.
Akhirnya ponsel yang dicari pun sudah ia temukan. Ponsel itu tergeletak manja di bawah kolong kasurnya. Entah mengapa bisa sampai kesana. Seingatnya, tadi malam ia bermimpi sedang bermain sepakbola. Bisa jadi sih, ponselnya menjadi sasaran tendangan pinalti.
Bee mengecek ponselnya itu dan ada satu notifikasi dari Zara.
Apa ada masalah lagi hari ini, Bee?
Bee terenyuh membaca pesan dari Zara. Ia selalu mengontrol keadaannya setiap hari. Walaupun mereka bertemu di sekolah, tapi mereka selalu chattingan setiap saat layaknya sepasang kekasih.
Seperti biasanya, setelah membalas pesan dari Zara ia lanjut berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Hari ini merupakan jadwal keramasnya.
Selepas mandi dan hendak memasang baju tiba-tiba ponsel miliknya berdering.
ZaraQ
Nama itu tertera dilayar ponselnya. Panggilan itu pun langsung saja ia angkat.
"Gue di depan rumah lo, bukain pintu njir malu gue diliatin tetangga lo yang cogan tu."
Seketika panggilan itu terputus sepihak. Sahabatnya itu memang terkadang menjadi orang yang paling ngeselin dan terkadang menjadi orang yang paling bijak. Semua tergantung situasi. Seperti bunglon yang berubah warna tergantung lingkungannya. Apansih.
Bee pun buru-buru keluar kamar untuk membukakan Zara pintu. Ia keluar hanya berbalut handuk putih saja. Karena ia sudah yakin bahwa hanya dirinya saja yang tinggal pagi ini. Ayah dan bunda biasanya pagi ini pergi ke pasar, karena ayah akan ikut membantu bunda mengangkat belanjaan. Mereka memang terkadang menjadi sepasang kekasih yang terlihat sangat harmonis dan terkadang menjadi sepasang harimau sunda dan harimau turki yang senang berkelahi, padahal nyatanya mereka itu satu spesies. Eh.
Bee pun membuka pintu dan seperti biasanya Zara langsung masuk tanpa disuruh. Ia telah menganggap rumah Bee adalah rumahnya sendiri.
Bee berjalan menuju kamarnya kembali dan diikuti oleh Zara "Ngapain lo kesini?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
B E E
Teen FictionBee bukanlah gadis cantik seperti tokoh novel pada umumnya. Hidupnya juga tak seenak yang kalian bayangkan. Ia hanyalah gadis yang ditakdirkan memiliki hati sekuat baja namun terkadang serapuh kaca. Ia pertama kali merasakan patah hati pada laki-la...