Happy reading😉
***
Alfina merasa ada yang duduk di hadapannya,akhirnya dia mendongakkan kepalanya. Alfina bernafas lega,dia kira siapa, ternyata...
"Nail?" Panggil Alfina memastikan.
Nail hanya berdehem membalas panggilan Alfina. Lalu meletakkan tasnya diatas meja dan mengeluarkan ponselnya lalu memainkannya tak menghiraukan Alfina yang sedang dilanda kebingungan.
"Lo ngapain disini?" Tanya Alfina heran melihat Nail yang duduk dihadapannya.
Nail mempause game nya lalu menatap Alfina.
"Emangnya kenapa?" Tanya balik Nail. Ini hal yang paling dibenci Alfina saat dia bertanya pada orang,malah orang itu balik bertanya kepadanya.
Alfina menghembuskan nafasnya pelan,lalu menenangkan diri,dan mengucap sabar dalam hati.
"Bisa gak,jangan tanya balik?" Geram Alfina menekankan kalimatnya,dan mengubah nada bicaranya.
Nail paham situasi,akhirnya dia cengengesan tak jelas. Lalu meletakkan ponselnya diatas meja. Nail memanggil pelayan dan memesan makanan juga minuman.
"Gue? Ya, duduklah ngapain lagi emangnya" Jawabnya gugup. Nail menggaruk belakang kepalanya yang memang sedikit gatal.
"Gue tahu, maksudnya tuh,kan ada tempat lain? Ngapain ditempat gue?" Serang Alfina pada Nail dengan tatapan intensnya.
Nail merasa sedang di introgasi karna dia yang diduga sedang membuat kesalahan. Tapi tidak, dia tidak melakukukan apa-apa jadi kenapa dia harus takut.
"Ya pengen aja lah,kebetulan gue liat ada lo jadi gue ya, gabung aja. Gaboleh?" Jelas Nail pada Alfina. Alfina hanya mengangguk paham.
"Gue kira lo lagi buntutin gue" Alfina menyeruput coffenya dan mengaduk-ngaduknya.
"Yakali, gak guna juga gue buntutin lo Al" Nail tertawa karna pemikiran Alfina yang menurutnya imposible?
Nail merasakan ada yang aneh dari Alfina,karna tak biasanya dia hanya diam saat bersamanya. Terkadang Alfina sangat cerewet padanya,namun kali ini tidak.
"Al?" Panggil Nail menyadarkan Alfina dari lamunanya. Entah sudah berapa kali Alfina melamun terus. Hal itu membuat Nail heran.
"Lo-" Ucapan Nail terpotong oleh kedatangannya pelayan.
"Maaf ini pesanannya" Sela pelayan tadi yang membawa banyak makanan dan meletakkannya diatas meja,dan mengharuskan minuman Alfina bergeser ke kanan. Alfina hanya mengerutkan keningnya heran dan menatap Nail dengan tatapan bertanya.
"Lo beli makanan segini banyaknya buat apa?" Tanya Alfina masih dengan mengerutkan keningnya.
"Gue beli makanan banyak karna gue laper" Jawab Nail membalas tatapan Alfina. Dan memegang perut datarnya.
"Tapi kan,gak seharusnya lo beli sebanyak ini. Lagipula kalau lo laper harusnya pulang,gak malah kelayapan disini" Sindir Alfina pada Nail.
"Kalau nyokap gue udah mateng masaknya,gak seharusnya gue disini. Pastinya sekarang gue udah makan dirumah kali" Balas Nail ketus. Dan mulai memakan makanannya dengan lahap.
"Nai" panggil Alfina,dan hanya dibalas Nail dengan deheman karna dia yang asik mengunyah udang crispy nya.
"Kalau mau ya makan aja gapapa,gue yang bayar" Jawab Nail setelah menelan makanannya,dan mengira bahwa Alfina hendak meminta makanannya.
"Enggak,gue gak ada niatan mau ngambil makanan lo kok" Ujar Alfina. Alfina mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja. Dan mulai berfikir. Lalu dia memainkan ponselnya untuk menghilangkan rasa bosannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun Mata
Teen Fiction[Cover : x.cptwld_] Belajarlah untuk menghargai bukan menyakiti. Mengingatkan bukan membiarkan. Dan memberi ketulusan bukan pelampiasan'. Jadilah wanita yang diinginkan para pria untuk dimiliki tapi tak mudah untuk ditaklukan juga disakiti.'