Dipart ini semoga kalian suka sama jalan ceritanya,maaf ya konfliknya belum nemu. Tapi cepat atau lambat kalian akan tahu gimana nantinya konflik yang akan terjadi. Intinya baca aja terus and jangan lupa voment nya.
So...Happy reading😉
***
Di apartementnya, Falro sendiri. Dia sedang memasak makan malamnya nanti bersama Indra, yang belum ada tanda-tandanya akan pulang karna Indra yang sedang ada les bahasa inggris. Itu semua pun Falro yang membiayai nya,jika bukan dia lalu siapa?
Semenjak orang tua mereka sudah tiada. Falro lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Keluarga Falro yang tersisa hanya Indra. Saudara kandung
satu-satunya yang dia miliki.Tingtong..Tingtong..
Bunyi bel apartementnya membuat Falro bergegas mematikan kompornya karna masakannya sudah matang,tak perlu waktu lama untuk memasak,karna yang dimasak nya berbahan serba simple no ribet. Falro segera melepas celemeknya dan menaruhnya di meja pantry.
Falro sudah bisa menebak siapa yang datang,sudah pasti Indra adiknya yang sudah pulang dari les nya. Karna jam yang sudah menunjukkan pukul 20.16 menit.
Agak telat sedikit,tapi tak masalah. Yang penting bagi Falro,Indra tidak apa-apa.Falro segera membukakan pintu apartement nya,dia sempat menunduk karna merapihkan kemejanya yang belum dia ganti karna tadi setelah pulang kerja dari kantor dia langsung bergegas pulang dan memasak.
Jadwal Falro sangatlah padat,maka dari itu dia menyempatkan diri untuk memasakkan makan malamnya bersama Indra.
Dia tak menyewa prt atau art karna menurutnya,dia mampu menyelesaikan sendiri. Yang pada kenyataannya dia sangat kesulitan jika harus menyelesaikan sendiri,ditambah pekerjaannya yang super double. Setelah jam makan siangnya dari kantor dia mampir ke cafe mengecek keadaannya. Lalu setelah jam hampir habis dia kembali ke kantor lagi. Dan berakhir di apartement pukul 18.44 menit. Langsung dia melaksanakan tugasnya,meskipun itu sebenarnya bukan tugasnya.
Falro sempat menyeka keringatnya dengan lengan kemejanya yang panjang lalu tersenyum dengan sumringah menyambut kedatangan Indra. Adik kesayangannya. Namun,senyum Falro luntur dan berubah menjadi kerutan didahinya, seketika saat tau siapa yang datang ke apartement nya bukanlah Indra melainkan.
"Maaf? Benarkah ini dengan bapak yang bernama Afalro Dirgamansyah?" Tanya seorang tukang pengirim paket ke Falro. Membuat Falro menambah kerutan di dahinya.
"Iya? Apa ada paket untuk saya?" Tanya Falro kemudian menunjuk dirinya sendiri.
"Benar,ini pak. Tolong tanda tangani disini" Tunjuk tukang pengirim paket pada kertas dan menyerahkan bulpointnya pada Falro. Lalu menyerahkan sebuah kotak besar bewarna putih berhiaskan pita merah di tengahnya. Lalu Falro menerimanya dan mengucap terima kasih,sambil memandangi kotak tersebut. Dia hendak bertanya siapa pengirimnya tapi si tukang pengirim paket sudah pergi. Falro segera menutup pintunya tapi, seperti tertahan oleh sesuatu.
Falro mendongak saat dia mendapati ada satu tangan yang sedang menahan pintunya. Falro berinisiatif ingin menjepit tangan tersebut karna dia yang sempat terkejut, tapi sebuah dorongan dari depan pintu membuat Falro segera membuang jauh-jauh pikiran tersebut.
Falro mundur selangkah karna terdorong. Ternyata ini yang ditunggu sudah datang membuatnya kesal.
"Kalau mau masuk ketuk pintu dulu atau itu ada bel,punya tangan bukannya buat ngetuk sama mencet tapi malah nahan. Untung gak abang jepit tangan kamu" Sengit Falro berwajah datar. Tapi Indra hanya memasang cengiran khasnya. Dan mengacungkan dua jarinya berbentuk v,sebagai tanda perdamaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Embun Mata
Teen Fiction[Cover : x.cptwld_] Belajarlah untuk menghargai bukan menyakiti. Mengingatkan bukan membiarkan. Dan memberi ketulusan bukan pelampiasan'. Jadilah wanita yang diinginkan para pria untuk dimiliki tapi tak mudah untuk ditaklukan juga disakiti.'