Bab 26 [end]

18.4K 910 29
                                    

Orion dengan setia menemani Olivia, mengusap punggung tangan istrinya dan sesekali menciumnya dengan sayang. Sudah hampir satu jam Olivia tidak sadarkan diri, perasaan lega menyelimuti dirinya tatkala dokter mengatakan Olivia hanya kelelahan dan stres ringan tapi, ini semua karena dirinya, jika dia tidak merencanakan semua ini, Olivia tidak akan pingsan selama ini. Orion menghela napas berat.

"Pak Orion—"

Orion menoleh sedikit, melihat Ambar berdiri tidak jauh darinya, "Biar saya yang menjaga Non Olivia..."

"Tidak. Kamu pulanglah. Biar aku yang menjaganya. Saat dia bangun, aku ingin di sisinya." ucap Orion kemudian menoleh sepenuhnya menatap Ambar. "Terima kasih karena sudah menjaganya selama ini." Orion tersenyum tulus, membuat Ambar malu.

Ambar mengangguk mengerti. "Sama – sama. Itu sudah menjadi tugas saya. Kalau begitu, saya pamit undur diri. Permisi..."

Orion mengangguk dan melihat Ambar menutup pintu rawat Olivia dari luar, dia kembali menatap Olivia dan berbisik. "Aku di sini, Sayang. Buka matamu, please!" Orion mencium punggung tangan Olivia berkali – kali dan terus berdoa istrinya cepat siuman.

----------

Wangsa duduk sambil bertumpu pada tongkatnya, menatap lurus sambil memikirkan semua hal. Dirinya, Orion dan juga Bram. Ia tahu hubungan mereka tidak bisa terus seperti ini, tapi janjinya pada Rasita tidak bisa dia ingkari.

"Wangsa?"

Wangsa menoleh mendengar suara yang tidak asing baginya, Bram berdiri di sana menatapnya dengan tatapan sedih kemudian duduk di samping Wangsa tanpa di minta.

"Orion belum keluar?"

"Dia tidak akan beranjak dari sana kalau Olivia belum sadar."

"Olivia bilang hanya orang bodoh yang tidak menyadari kemiripanku dengan Orion."

"Dia benar."

Bram tertawa getir, menertawakan dirinya sendiri dan kebodohannya selama ini. "Akulah orang bodoh itu. Aku senang kau mendidiknya dengan baik. Dia beruntung memiliki Ayah sepertimu."

"Aku berharap menjadi Ayah kandungnya." Bram langsung menoleh menatap Wangsa terkejut dengan kalimat yang didengarnya. "Kau tahu, darah lebih kental daripada air, kan?" Wangsa menoleh, wajahnya tampak sedih menatap Bram. "Aku tahu selama ini kau juga tersiksa, tapi kau ternyata memilih pilihan itu. Jadi, aku tidak bisa menyalahkanmu juga. Maaf, aku terlalu terbawa emosi."

"Kau tidak seharusnya minta maaf. Akulah yang memintamu untuk menjaga Rasita dan Orion saat itu. Aku berterima kasih karena kau sudah melaksanakan itu. Walau pada akhirnya aku menyakiti mereka, kau tetap setia mendampingi Rasita dan membesarkan Orion selayaknya anakmu sendiri."

"Aku akan menebus kesalahanku, Wangsa. Kumohon! Bantu aku..." lanjut Bram.

"Berbicaralah dengan Orion. Semua tergantung kepadanya."

Ya. Orion sudah besar sekarang dan akan menjadi seorang Ayah, tentunya dia sudah bisa berpikir dewasa dan bisa memaafkan kesalahan Bram.

----------

Orion sudah hampir terlelap saat merasakan tangan Olivia yang berada dalam genggamannya bergerak. Dia sontak terbangun sepenuhnya dan menatap kelopak mata Olivia perlahan terbuka.

"Olivia? Kau sudah bangun?"

Mata Olivia mengerjap sepenuhnya dan menatap Orion. "Orion...Kau kah itu?" ucap Olivia pelan membuat Orion harus mendekat untuk bisa mendengarnya.

"Ya. Ini aku sayang." wajah Orion sumringah, dia menekan tombol kecil di dekat meja. "Dokter akan datang sebentar lagi." bisik Orion.

Olivia tersenyum, tangannya yang lain mengusap pipi Orion. "Ini benar kamu?"

Suddenly Marriage #2 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang