>Lingkaran Hidup<

24 9 0
                                    

     Berada dikelas akhir membuatku tak tenang dengan berbagai ujian. Aku bukan kutu buku, namun banyak yang memanggil ku dengan julukan itu. Mereka hanya tidak tahu bahwa prestasi yang kuraih selama ini bukan keinginan ku tapi paksaan orang tuaku yang mengharuskanku mendapat peringkat pertama.

Jika aku tidak mendapatkan itu,mereka tak segan segan menyita handphoneku,  mengurungku dikamar dan melarangku bertemu siapapun, kecuali dia' teman ceritaku.

"Sebulan lagi Ujian Nasional, udah persiapan kan?" Tanyanya padaku.

Aku pun menggeleng kecil, ia menarikku keperpustakaan sekolah. Karena guru sedang ada rapat, semua siswa dibebaskan keluar kelas.

"Lo harus persiapan dari sekarang, gue mau lo raih juara umum angkatan kita. Gue gak mau lo sampe dikurung lagi sama bokap lo, oke?"

Tak kusadari air mataku telah mengalir deras, lelah rasanya jika harus terus mengikuti perkataan orang tuaku. Mereka seakan akan memperlakukanku seperti boneka.

Ia menarikku kedalam dekapannya, ia sangat tau perasaanku setiap kali aku harus memaksakan diri mendapat gelar peringkat satu setiap tahunnya.

"Kyra cape..." lirihku didalam dekapannya.

"Lelah lo bakal membuahkan hasil yang sangat indah, gue yakin banget. Lo juga harus yakin" ia mengeratkan pelukannya, air mata terus saja mengalir setiap mendengar tutur katanya. Beruntung mempunyainya sebagai Teman Cerita.

"Sampe kapan?..." tanyaku masih dengan isakan. Bukan sekali dua kali saja orang tuaku memaksa hal ini, tapi sejak aku berada dikelas 2 Sekolah Dasar, Lama sekali kan? Iya,  lama sekali aku merasakan tekanan seperti ini.

Aku ingin merasakan bebas, tanpa tekanan belajar yang begitu menyesakkan. Namun saat aku berhasil keluar dari lingkaran hidup itu, orang tuaku selalu berhasil menangkap dan memasukkan lagi diriku kedalam lingkaran itu.

"Sampe lo benar benar bisa ngebuktiin ke orang tua lo, kalo lo bisa jadi orang yang lebih sukses dari mereka"

"Kyra cape! Kyra pengen bebas dari semua ini" Aku memukul dada bidangnya meluapkan amarahku, ia lebih mempererat pelukannya sambil mengelus ngelus punggung dan rambutku.

"Waktu yang lo gunain buat belajar gak akan sia sia. Semua akan terbayar dengan hasil yang akan lo terima nanti"

"Lo cewek terkuat, gue yakin lo bisa lewatin ini semua. Believe me, I will always be there for you". Kalimat itu yang terus ia ucapkan untuk menguatkan ku, entah sampai kapan aku bisa mendengar ia mengucapkan itu, ku harap sepanjang hidupku.


-justremain!-

[END] Just Remain!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang