Perpisahan

69 14 0
                                    

Setttt. (ada suara mobil ayah)

"Bunda bunda, ayah pulanggg" teriakku dari lantai atas.

Kak Azra hanya diam.
Aku langsung menghampiri ayah dan memeluknya, namun aneh tidak ada senyum di wajah bunda. Nenek langsung bersalaman dan ayah langsung bicara kepada kita semua

"Azra? Sudah besar, cantik ya" kata ayah.

Aku cemburu, langsung aku memanyunkan bibir dan kak Azra tertawa kecil melihatku seperti itu.

"Salma kenapa? Kau cemburu dengan ku?" tanya kak Azra saat itu.

"Tidak" jawab ku singkat.

"Kita kakak beradik, kamu adikku aku akan menjagamu."

Kehadiran kak Azra seperti malaikat, hatinya lembut. Mungkin karna dia terbiasa dengan kehidupan didesa.

Semua berlalu, kita ber3 dirumah tanpa ayah. Ayah tidak datang lagi. Aku rindu sangat rindu, bunda yang saat itu tidak bekerja dan aku lihat saldo tabungannya mulai menipis dia mencoba tetap mengendalikan keadaan seakan baik-baik saja.

"Bunda jangan khawatir kita tidak meminta banyak hal, Azra paham yang bunda pikirkan" kata kak Azra dengan pemikiran yang sangat dewasa.

Saat sepulang sekolah aku tertabrak motor, tubuhku lemas, kaku dan berlumur darah. Semua orang berkumpul berusaha membantuku membawa ke rumah sakit terdekat. Aku koma selama seminggu. Tidak sadarkan diri sama sekali. Kakak bercerita pada ku, saat aku koma semua menangis. Nenek tidak tau karna dia sudah kembali kedesa. Ayah marah besar dengan bunda, ayah pikir bunda tidak memperhatikan ku, ayah bahkan mendorong tubuh bunda sampai terjatuh saat ia tau hidupku diujung tombak. Semakin hari aku kritis, karena aku kehilangan banyak darah. Semua mereka lakukan demi aku bertahan hidup.

Perjuangan mereka menyelamatkanku tidak sia-sia. Aku sadar, semua ucap "alhamdulillah" aku hanya diam, dan dokter datang memeriksa.

Saat aku pulang dari rumah sakit, dengan kondisi tubuh yang masih lemas aku diajak pergi oleh ayah.

"Salma ikut dengan ayah ya" kata ayah

Lalu bunda melepaskan tangan ayah dari tubuhku.

"Salma harus tetap dengan saya!!" bentak bunda.

"Bagaimana bisa kau mengurus dua anak sekaligus, saya tidak akan membiarkan Salma terluka lagi!!" ayah mengucapkan itu dengan suara lantang. Dan membawa ku ke dalam mobil.
Bunda dan kak Azra menangis.

Bagaimana mungkin kesembuhanku disambut dengan pertengkaran. Mentalku hancur sejak itu.
Dirumah ayah, aku diperkenalkan dengan sosok wanita yang kata ayah itu ibu ku juga.

Aku tidak paham, wanita itu tersenyum "Salma cantik, sudah sehat?" kata wanita itu
.
Aku hanya diam.

"Jangan nakal, nurut dengan mama ya" kata ayah.

Aku ingin pulang, aku ingin bunda.
Suatu malam aku menangis berteriak kepada ayah, "ayah pulang pulang pulang Salma ingin pulang!!"

"Salma mau pulang kemana? Ini rumah mu, dan aku ibu mu" kata wanita itu.

Ayah tidak mendengar suara ku sama sekali. Ada pria yang kira kira umurnya 3 tahun lebih besar dari ku. Dia memandang ku dengan heran, itu yang membuat ku semakin takut.

"Dia kakak mu, Salma" kata wanita itu.

"Nama ku Raihan" ucap anak laki-laki itu.

"Mereka baik kan? Salma tidak perlu takut disini bersama mereka, kan ada ada ayah juga" ucap ayah meyakinkan.

Sebaik apapun ibu sambung, ibu kandung tetap yang terbaik.
Aku ingin kak Azra bukan kak Raihan.

"Ayah ajak kak Azra kesini, Salma ingin main dengannya" kata ku dengan nada rendah.

Ayah mengiyakan kata-kataku, aku cukup lega. Kak Raihan hanya diam, dia tak banyak bicara.

AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang